Tiga hari yang lalu, di hari Minggu pagi yang cerah, Rina, seorang temanku mengalami musibah. Saat dia ada di jalan, naik motor untuk menuju tempat untuknya berlari pagi, tanpa ba bi bu sebuah mobil menabraknya. Sopir mobil itu mengatakan bahwa saat kejadian, dia dalam keadaan mabuk.
Menurut cerita yang kudengar, motornya masuk ke kolong mobil (yang sopirnya) sialan itu, dan tubuh Rina terpental. Helm yang dipakai Rina hampir lepas. Akibatnya, Rina mengalami luka parah di kepalanya. Tak hanya kepala, engsel kaki kirinya bergeser, dan tulang panggulnya retak. Begitulah cerita yang kudengar.
Masalah tidak berhenti ketika Rina berhenti membuka matanya untuk waktu yang siapapun tidak tahu berapa lama dia akan kehilangan kesadarannya. Kabar simpang siur mengatakan bahwa keadaan Rina cukup parah, dan harus segera dilakukan operasi di kepala yang membutuhkan biaya puluhan juta. Cedera di kaki dan panggulnya juga perlu dioperasi. Darimana biayanya? Semua orang yang mengenalnya makin cemas. Ada sedikit kelegaan ketika dengan jaminan asuransi membuatnya bisa masuk ruang operasi untuk membedah batang otaknya.
Singkat cerita, operasi pertama dapat dilalui, meskipun kesadaran Rina juga belum bisa diprediksi. Kami, teman-teman Rina bergegas menjenguk Rina pada Senin sore bersama-sama berangkat dari kantor. Tak sedikit dari kami yang terpukul melihat keadaan teman kami yang terbaring di ruang ICU. Dia tak merespon saat kami memanggilnya. Hanya setitik air mata yang keluar dari matanya yang lebam itu. Padahal, tiap kali berpapasan dengannya, sapaan ceria selalu terlontar dari bibirnya yang selalu tersenyum. Hati kami serasa rontok melihat keadaannya.
Setelah kami bergiliran (mencoba) berbincang dengan Rina, kami menuju bagian administrasi. Kami semua terkejut karena biaya operasi dan perawatan Rina sudah dua kali lipat besarnya dari prediksi biaya yang kami tahu. Dan itu belum termasuk biaya operasi yang akan dijalani pada kaki dan panggul setelah keadaan Rina stabil. Ya Tuhan... Begitu besar cobaan yang dialami oleh teman kami ini...
Setelah melihat keadaan keluarga Rina dan juga setelah mengetahui respon sopir penabrak yang tidak bertanggung jawab itu, kami memutuskan untuk melakukan penggalangan dana untuk Rina. Apapun kami lakukan. Broadcast message di BB, email resmi kantor, sampai sharing di jejaring sosial, semua kami lakukan. Entah bagaimana nantinya respon dari penerima pesan-pesan itu, kami tetap melakukan apa yang kami bisa.
Aku pribadi, mencoba optimis dalam kepesimisanku. Tidak semua orang yang kami kirim pesan mengenal Rina. Belum tentu mereka akan mau membantu. Bagiku, berapapun yang dapat kami kumpulkan, pasti sangat berarti buat Rina. Dan aku juga menekankan untuk mohon doa bagi temanku ini, karena menurut dokter, Rina perlu mujizat untuk sembuh. Ya, doa adalah yang paling dibutuhkan olehnya.
Ternyata dunia ini belum buta dan tuli. Di dunia ini masih banyak orang yang mau peduli. Dua hari usaha kami sudah mendapat bantuan yang cukup banyak. Banyak orang yang tidak mengenal Rina pun ikut membantu, tanpa ba bi bu, tanpa pamrih, semua demi Rina. Aku sampai merinding saat mengetahui begitu banyaknya orang yang peduli, yang mau membantu, juga besarnya antusias dan doa untuk Rina.
Satu hal baik, Rina terhitung cukup kuat untuk bertahan dan berjuang untuk sembuh. Doa-doa untuknya membuat Rina makin kuat melawan apa yang sedang dialaminya. Semoga dengan segala bentuk bantuan dan dukungan untuknya, Rina makin kuat dan segera pulih.
Kepedulian untuk Rina sangat indah.... Ternyata dunia ini masih punya hati dengan kepedulian di dalamnya...
Keep pray for Rina...