Woaaa, kalo diibaratkan ruangan, halaman ini sekarang pasti sudah berdebu. Dua bulan lebih aku tidak menjamah blog ini. Terlalu banyak cerita yang seharusnya bisa kutulis di tempat ini. Tapi, belakangan aku terlalu menikmati dunia nyata. Jadi aku sering lupa untuk mengisi halaman ini lagi.hehe
Awal Juni lalu, aku resmi resign dari kantor pertamaku ( m a s s i n do ). Ada banyak alasan kenapa aku memutuskan untuk resign tahun ini. Salah satunya karena ada mimpi yang sempat terkubur pelan-pelan yang bangkit lagi dan membuatku ingin mencapainya (baca : rada mengkeret ). Sejak awal tahun 2013, aku mulai mempertimbangkan untuk mencoba memasuki dunia yang dulu pernah kukagumi itu. Sejak itu pula banyak motivasi yang muncul. Singkat cerita aku makin mantap untuk resign. Aku berencana untuk pulang ke Jogja, istirahat 2-3 bulan, sambil mempersiapkan diri untuk masuk dunia itu.
Alasan lainnya, aku ingin kembali dekat dengan keluarga, dan orang-orang terdekatku. Aku sempat menganggap bahwa alasan ini adalah alasan cengeng seorang perantau abal-abal sepertiku. Dengan kata lain, itu hanya karena homesick saja. Aku rasa 2-3 bulan akan cukup mengobati semua kerinduanku, dan setelah itu aku akan bisa kembali ke ibukota untuk mewujudkan mimpi lama itu.
Saat ini, aku sudah 2 bulan berada di Jogja. Tinggal bersama kedua orang tuaku. Dekat dengan kakak dan keponakanku yang makin hari makin unyu. Dekat dengan masyer. Dan tentu saja dekat dengan makhluk2 penggemarku: Onyet, Pong-pong, AO, dan anjing-anjing kecil lain yang belum kuberi nama. Tidak ketinggalan aku juga jadi lebih dekat dengan Pluto. Mereka semua adalah sumber semangatku.
Selama 1 bulan pertama aku merasakan kenyamanan yang amat sangat. Hidupku jauh lebih nyaman dari 2,5 tahun yang telah kulalui di Jakarta. Sudah pasti, aku merasa nyaman dengan semua yang ada di sekelilingku. Aku bisa menikmati hidupku dengan leluasa, tanpa beban dan tekanan. Lalu datanglah informasi bahwa ada lowongan magang Accounting di sebuah perusahaan game di Jogja. mereka membutuhkan tenaga untuk 1-2 bulan, katanya. Kuambil kesempatan itu. Kupikir waktunya sangat pas. Selama 1-2 bulan ke depan aku akan punya kegiatan, dan setelah itu aku bisa lanjut melaksanakan rencana-rencanaku.
Hidup dekat dengan keluarga. Hidup di lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk, dan orang-orang yang penuh obsesi. Hidup di kota yang masih lekat dengan alam. Hidup di tempat yang mudah untuk mencari ketenangan.
Dulu saat masih di Jakarta, setiap sore aku pasti merasa badan sangat lelah dan kepala selalu pusing. Punggung dan leher selalu terasa seperti remuk, meskipun seharian kegiatanku hanya di kantor, dan aku bepergian hanya dengan duduk manis di angkot.
Sekarang, sejauh apapun aku berkendara, dan selelah apapun aku bekerja, aku tidak pernah merasakan hal itu lagi.
Dulu saat masih di Jakarta, ketika aku perlu hiburan, satu-satunya tempat yang masih dalam jangkauan adalah Mall. Ada banyak mall sebagai alternatif. Dan keadaan ini sepertinya mengajarkanku pada hedonisme. Kalau mau wisata alam, aku meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk menjangkaunya. Yang ada hanya makin capek.
Sekarang, jika aku merasa penat, aku cukup berkeliling naik motor, ke tempat yang banyak pepohonan.
Apa yang kurasakan 2 bulan belakangan mengubah pandanganku. Aku ingin tetap tinggal di Jogja saja.Apa lagi yang mau aku cari? Hidup seperti ini sudah nyaman.
Lalu ada yang bilang, "gimana kamu mau maju, kalau kamu tetap di Jogja?"
Aku sendiri tidak tahu apa yang disebut dengan maju. Apakah itu kaya raya? Mungkin iya. Tapi makin hari aku makin berpikir,bahwa materi bukanlah segalanya.
Kakakku pernah bilang, "Sebanyak-banyaknya yang kita dapat pasti akan kurang. Sesedikit-sedikitnya yang kita dapat pasti akan cukup."
Aku merasa hidupku saat ini serba kecukupan. Aku cukup tenang bisa dekat dengan orang yang kusayang. Aku cukup nyaman tinggal di tempat yang jauh dari tekanan. Aku cukup bahagia karena aku bisa lebih dekat dengan alam. Aku cukup jauh dari yang namanya stress, dan cukup puas untuk selalu bisa bersyukur.
Mungkin aku bukanlah pejuang sejati. Aku mudah merasa puas, mudah merasa cukup. Tapi memang begitulah, tidak ada lagi yang ingin kucari. Semua sudah cukup kudapat.
Saya kembali. Saya tidak ingin pergi lagi.
Tapi, jika nanti mimpiku memanggil lagi, maka aku akan pergi jika hanya berbekal ikhlas hati.