Selasa, 29 November 2011

Hidup Benar Menurut 10 Butir Filsafat Jawa

1.       Urip Iku Urup (Hidup itu nyala)
Hidup kita itu hendaknya memberi manfaat bagi segenap orang lain yang berada di sekitar kita. Semakin besar kita bisa memberikan manfaat dan berguna bagi khalayak ramai, kualitas hidup kita pun juga akan menjadi lebih baik.
2.       Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan Kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak)
Tugas kita selagi hidup di dunia ini adalah mengusahakan bonum commune yang dalam bahasa politik sering diterjemahkan sebagai kebaikan atau kesejahteraan bersama untuk segenap masyarakat. Kita meminimalisir segala bentuk kejahatan dan wujud keserakahan.
3.       Sura Diya Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti  (Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar)
Cinta tanpa pamrih akan mengalahkan segala bentuk kekerasan hati. Dalam bahasa Latin ada ungkapan Caritas Christi urget nos yang kurang lebih bisa diartikan “kasih Tuhan mendorong kita untuk berbuat banyak bagi sesama”. Bisa juga kita artikan “kasih mengalahkan segala angkara murka”
4.       Ngluruk Tanpa Bala; Menang Tanpa Ngasorake; Sekti Tanpa Aji-aji; Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa harus merendahkan atau mempermalukan orang lain; Berwibawa tanpa harus mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)
Apalah artinya hidup ini bila kita dimusuhi orang lain karena ulah kita sendiri? Rasa-rasanya tiada guna kita memuja diri dengan segala atribut duniawi berbentuk kekuasaan, kekayaan, penampilan fisik, kalau nyatanya kita tidak punya kawan. Pun pula tidak perlu juga kita membuat orang lain malu atau sakit hati hanya karena kita ingin “balas dendam”. Jauh lebih bermartabat, kalau kita berani mengampuni orang lain dan memberikan maaf, sekalipun yang bersangkutan barangkali tidak mau mengaku salah dan tidak mau berdamai dengan kita. Kebesaran jiwa seseorang justru terbaca ketika berani mengaku salah dan minta maaf; pun pula rela mengampuni mereka yang bersalah kepada kita.
5.       Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu)
Memiliki benda itu perlu namun tidak perlu menumpuk. Benda atau harta harus diperlakukan sebagai “sarana” dan bukan “tujuan” hidup. Tujuan hidup kita tak lain adalah memuji kebesaran Tuhan, melayani sesama dan berbakti kepada Sang Pencipta melalui karya-karya kasih kepada sesama.
6.       Aja Gumunan; Aja Getunan; Aja Kagetan; Aja Aleman  (Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; jangan mudah terkejut; jangan mudah kolokan ataumanja)
Banyak ornag mengalami “gegar budaya” (culture shock) manakala menjadi kaya secara tiba-tiba. Di Indonesia, banyak orang OKB (Orang Kaya Baru) mendadak berubah tingkah lakunya. Selain suka berbelanja di pusat-pusat bisnis, caranya berdandan dan berbicara dengan orang lain pun jadi berubah.
7.       Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi)
Harta, kekuasaan, dan kenikmatan adalah tiga hal yang sering kali membawa manusia pada jurang dosa alias gampang digoda melakukan pelanggaran norma-norma sosial-hukum-susila-agama-moral.
8.       Aja Kuminter mundak Keblinger; Aja Cidra Mundak Cilaka (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka)
Pintar dan cerdas sangat membuka peluang bagi kita menjadi sombong dan arogan. Kalau kita merasa pintarsendiri, kita memandang orang lain dengan sebelah mata. Kita meletakkan diri kita terlalu tinggi dan memandang orang lain terlalu rendah. Orang yang hanya peduli dengan dirinya sendiri akan mudah sekali “jatuh” dalam dosa yang disebut main curang.
9.       Aja Milik Barang Kang Melok; Aja Mangro mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, canti, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat)
Hidup sederhana itu indah. Hidup menurut ukuran dan takaran kita sendiri adalah bijaksana daripada harus hidup penuh kepalsuan layaknya bunyi pepatah lama “Besar pasak daripada tiang”. Sekarang ini, banyak orang lupa diri lantaran kena hipnotis akan hidup enak, mewah dan serba cepat.
10.   Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti)
Sombong adalah akar segala dosa. Merasa diri paling hebat biasanya menjadi awal untuk melakukan segala bentuk penghinaan kepada orang lain. Sombong dan arogansi akan bertambah hebat, kalau ditopang oleh kekayaan. Menjadi lebih “mengerikan” lagi kalau ditambahi dengan semangat mencari kekuasaan alias ambisius.

-Dikutip dari “Olah Hati dan Budi” Teks misa gereja St. Antonius Kotabaru Yogyakarta-

Tidak ada komentar: