Minggu, 02 Maret 2014

Tentang Ketagihan dan Aku

Hari ini aku kembali merasakan semacam ngidam. Tapi bukan ngidam dlm arti yg sebenarnya ya. Tidak jarang aku menginginkan sesuatu, dan itu terbayang-bayang terus menerus, sampai aku bisa mendapatkannya. Aku tidak akan berhenti memikirkan atau membicarakannya sampai keinginanku terpenuhi. Biasanya hal ini berlaku pada makanan atau minuman. Dan hari ini hal yang sangat menggoda lidahku adalah cappuccino. Lebih spesifik lagi cappucinno mekdi. Tapi perjalananku sepajang hari ini tidak menakdirkanku untuk bisa mampir ke tempat makan itu. Rasa kopi kesukaanku itu membuatku berkali-kali menelan ludah. Tiap kali lewat kedai kopi, aku jadi otomatis berhenti sejenak untuk melihat menu dan menganalisis sambil menebak-nebak apakah cappuccino-nya enak. Dalam pencarian itu, langkahku terhenti di starbak, kedai yang kukira tidak ada di west mall grand indonesia. Dan herannya aku bisa sampai di kedai kopi itu, rasanya seperti ada yang menuntunku untuk bisa sampai ke sana. Tanpa rencana dan hanya jalan begitu saja. Setelah memesan cappuccino, aku dikejutkan dengan kenyataan bahwa aku mendapatkan customer voice, yang singkatnya aku punya kesempatan untuk mendapat free minuman, setelah aku memberi penilaian ttg starbak di website-nya. Beruntungnya diriku... Pada titik ini aku merasa alam semesta sudah berkompromi untuk memberikan keberuntungan ini padaku.. Oh, Thanks God, thanks universe...

Berbicara tentang kopi, kudengar dari temanku bahwa salah seorang teman kuliah yang merupakan teman ngopi-ku (karena di dalam geng hanya kami berdua yg paling suka minum kopi. dan selera kami sama), katanya dia sudah mulai berhenti minum kopi dalam beberapa bulan ini. Dalam obrolanku dengan teman-temanku tadi muncul pertanyaan "emang dia udah ketagihan kopi, sampai berusaha berhenti gitu?" Aku tertarik dengan kata "ketagihan". Kata itu membuatku berfikir, apa aku pernah ketagihan? Sulit buatku untuk menemukan jawaban itu. Satu per satu makanan, benda-benda dan idola-idolaku bermunculan dikepalau. Seperti sedang diabsen, mereka muncul dan seolah olah bertanya padaku "apa kamu ketagihan padaku?"

Cappuccino. Aku suka sekali dengan jenis kopi ini. Tapi aku tidak selalu setiap saat ingin minum minuman ini. Bahkan aku juga tidak mempunyai standard khusus, cappuccino mana yang paling pas di lidahku. Bahkan ada kalanya aku merasa bahwa cappuccino itu biasa aja. Dan kalau disuruh menjelaskan tentang komposisi cappuccino, aku masih meraba-raba dan tidak yakin pasti. Jelas, aku tidak ketagihan padanya.

Handphone. Benda ini adalah benda yang paling lama kedua yang melekat pada tubuhku setelah pakaian. Aku sangat membutuhkannya setiap hari. Tapi, ada kalanya juga aku tidak peduli dengan gadget satu ini. Aku bisa seharian tidak peduli padanya, meskipun aku lagi bengong-bengong ga ada kerjaan. Itu artinya jelas bahwa aku tidak ketagihan pada handphone.

Iker Casillas. Kiper asal Spanyol ini sudah kunobatkan sebagai pria paling ganteng sejagad raya ini. Kalo melihat fotonya aku bisa heboh sendiri. Tapi kegantengannya itu tak membuatku jadi benar-benar tergila-gila padanya. Tak membuatku rajin mantengin berita tentangnya, atau rajin nonton pertandingannya. Kalo ditanya biografinyapun belum tentu aku bisa jawab. Dan kadang kalo liat fotonya pas jadi model iklan aku bisa komen jelek, ato sekedar "ihh, ga maskulin!". Aku tidak ketagihan padanya juga.

Berbagai hal yang muncul dan bertanya "apakah kamu ketagihan padaku?" itu tak ada satupun yang membuatku menjawab "ya". Kalau ada orang yang suka atau punya hobi khusus, kebanyakan mereka akan sangat mendalaminya. Tapi tidak demikian denganku. Semua hal bagiku sama saja. Meskipun ada beberapa hal yang luar biasa, tapi selalu ada sisi "biasa saja"-nya bagiku. Tidak ada hal yang kupandang perfect, dan aku tidak pernah mengejar untuk membuatnya perfect. Aku lebih suka menikmati apa yang ada apa adanya. Aku menikmati semuanya yang berjalan dengan natural.

Aku tidak tahu, sebenarnya sikapku ini adalah hal yang baik atau buruk. Aku tidak tahu apakah ini berkah buatku atau malah musibah. Apakah hidupku datar dan tidak spesifik? Entahlah... Aku hanya khawatir jika sikap ini membuatku jadi tidak peduli sekitarku. Tapi aku bersyukur, karena sikap itu membuatku bisa lebih menikmati hidup. Tidak ngoyo dan tidak berlebihan. Dan ketidakspesifikan itu memudahkanku saat menjalani hari-hariku, karena aku bisa menganggap bahwa semuanya sama saja.

Jakarta, 1 Maret 2014

Tidak ada komentar: