Jumat, 19 Juni 2015

Cinta dan Dia

Jatuh cinta, berjuta rasanya. Begitu kata Titiek Puspa. Dan begitu pula yang kurasakan belakangan ini; bahagia, penuh tawa, penuh seyum, penuh harap, bahkan kadang merasa dunia hanya milik berdua. Tak hanya perasaan bahagia, rasa khawatir, sedih, bahkan tangisan juga pernah muncul sesekali. Begitulah, berjuta rasanya.

Bagi yang melihat orang jatuh cinta, mungkin akan menganggap bahwa cinta bisa membutakan seseorang. Mungkin juga ada beberapa orang yang mengira aku telah dibutakan oleh cinta.
Aku belum lama mengenal Dia. Tapi dalam waktu yang singkat -singkat bagi beberapa orang- aku bisa menyatakan bahwa Dia adalah segalanya bagiku. Bagi orang lain, ini semua terlalu singkat. Kami pernah (hampir) jatuh. Lalu dalam sekejap kami kembali bangkit seperti sedang dimabuk cinta dan jadi orang paling bahagia sedunia.

Banyak orang yang menganggap proses kedekatan kami terlalu cepat. Namun bagi kami proses itu sudah berlangsung cukup lama. Sejak kami masih terpuruk dalam masalah kami masing-masing, semesta sudah mulai berproses untuk mempertemukan kami. Saat kami benar-benar bertemu, kami saling menguatkan dalam sakit dan lelah kami -sakit dan lelah dalam penantian panjang-. Kami saling memberi harapan, dan ya, dalam sekejap kami dekat. Kami merasa tenang dan bahagia saat kami bersama.

Ada kemungkinan bahwa rasa bahagia ini adalah euforia semata, karena kami sama-sama menemukan sosok yang kami cari, kami perlukan, kami inginkan. Mungkin banyak orang yang mengira demikian, Mungkin ada yang meragukan kami. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa untuk mematahkan keraguan itu. Kami hanya bisa membuktikannya, dan hanya waktu yang dapat membantu kami.

Aku sudah memikirkannya dengan sungguh-sungguh, merasakan sedalam-dalamnya, bahwa dengan Dia aku mempunyai keyakinan. Dengan dia aku mendapatkan harapan. Dan dengan Dia aku merasakan cinta. Aku bukan sekedar menginginkannya. Aku membutuhkannya.

Dia menunjukkan pada dunia seberapa berartinya aku baginya. Sebagai seorang perempuan yang lemah, aku merasa kuat karena aku merasa dibutuhkan. Dari hari ke hari perasaanku makin kuat. Dari hari ke hari aku ingin Dia bahagia. Dari hari ke hari aku makin tak bisa jauh darinya. Aku bahagia dengan perhatiannya padaku. Aku merasa leluasa dengan ruang yang diberikannya untukku. Semua yang kurasakan ini bertumbuh, makin besar dan makin kuat setiap harinya.

Yang aku tahu, euforia tidaklah bertumbuh. Euforia pelan-pelan akan meredup dan mati dengan sendirinya, seiring berlalunya waktu. Yang kuyakini, ini bukanlah euforia. Ini adalah perasaan yang selalu hidup. Perasaan yang selama ini belum pernah kutemukan maknanya. Perasaan yang aku belum pernah tegas menyatakannya. Perasaan yang akan selalu tumbuh, selalu hidup selama aku masih bernafas. Perasaan yang disebut cinta...
Ya, Aku cinta Dia.


for my beloved Putra Para Dia
Jogja, Juni 2015
-Niken-

Tidak ada komentar: