___________________________________________________________________
Wednesday, August 13th, 2008
Lost in Love. MenurutQ itu film yang bagus. At least better than Eiffel I’m in Love… Ceritanya jauh lebih masuk akal daripada Eiffel I’m in Love. Lebih romantis, n mengena buat aku. Pemeran utamanya juga lebih bagus. Dan, ga cuma modal mewah, kaya Eiffel I’m in Love.hehehe….
Tapi, bukan kedua film itu yang pengen aku bahas. Dari film itu aku pengan bahas tentang “masalah”. Yang aku tangkep dari Lost in Love, kisah Tita berawal dari suatu “masalah”. Masalah adalah suatu hal yang hampir pasti semua orang mengalaminya. Tiap hari, bahkan tiap jam, tiap orang pasti punya masalah. Entah masalah besar, atau masalah yang sangat kecil sekalipun, yang saking kecilnya, ga pernah disadari akan adanya masalah itu. Pasti kita juga pernah atau bahkan sedang mengalami suatu masalah. Mungkin kita ngerasa ga ada yang peduli sama kita yang sedang punya masalah. Tapi kalo ada orang lain yang lagi punya masalah, kita juga nggak peduli kan? Karena kita melihat bahwa mereka itu biasa aja, nggak sedang bermasalah. Jadi kita nggak peduliin mereka, karena kita nggak tau kalo mereka sedang bermasalah. Misalnya kita lagi maen di pantai. Di sana kita liat orang yang lagi sendirian, duduk di pinggir pantai. Orang itu terlihat biasa, karena banyak orang yang di pantai cuma pengin liat ombak, jadi orang itu terlihat biasa aja. Padahal mungkin aja dia sedang mengalami masalah. Mungkin abis putus sama pacarnya, ada masalah keluarga, ga bisa pub selama seminggu, ato masalah-masalah lain yang mungkin sedang dialaminya. Ga bakal ada pengunjung pantai lain yang tau kalo dia punya masalah. Kecuali orang itu teriak-teriak ga jelas, kaya orang gila. Bisa dipastikan kalo orang yang liat bakal tau kalo dia sedang punya masalah, atau sudah terlajur larut dalam masalahnya sendiri. Jadi, selama seseorang punya masalah yang nggak bisa dia selesaikan sendiri, dan dia nggak berusaha mengatakan masalahnya itu pada orang lain, maka selama itu pula dia akan merasa sendiri, karena orang-orang akan menganggap bahwa mereka itu “biasa” aja, dalam artian sedang tidak bermasalah. Kecuali kalo orang itu beruntung, punya seorang teman, sahabat, pacar, atau orang-orang dekat yang sangat-sangat mengerti dirinya, dan yang bisa menyadari kalo dia lagi ada masalah.
Masalah yang menimpa seseorang belum tentu merupakan masalah batiniah seperti masalah di atas, yang cuma bisa dirasakan. Tapi bisa juga masalah yang kelihatan. Masalah yang kelihatan yang dialami seseorang yang lebih mudah diketahui, atau bahkan dirasakan oleh orang yang melihatnya. Misalnya aja di jalan, ada kendaraan yang mogok. Semua yang lewat pasti tau kalo sang pengendara lagi punya masalah dengan kendaraannya. Tapi rata-rata orang yang liat pasti berlalu begitu saja. Mungkin cuma bilang “Oh, mogok..” atau “Kasihan ya…” tanpa ada tindakan lebih lanjut, misalnya berusaha memberi pertolongan, karena merasa nggak kenal sama sang empunya kendaraan. Lagi-lagi karena ketidaktahuan,kita nggak peduli. Kalo orang mengalami masalah batiniah, kita nggak peduli, karena kita nggak tau kalo dia lagi punya masalah. Kalo orang mengalami masalah yang kelihatan, kita tetap aja nggak peduli, karena kita nggak tau siapa orang itu.
Dari peristiwa-peristiwa seperti itu, aku jadi berpikir, apakah mungkin suatu saat nanti, di dunia ini terjadi suatu kepedulian yang begitu indah. Dimana setiap orang saling memperhatikan, care about everything and everyone. Dimana setiap orang bisa mempedulikan satu sama lain tanpa harus mengetahui apa masalah seseorang, atau siapa orang yang sedang bermasalah itu? Hal indah yang akan sangat susah banget untuk bisa terwujud. Di dunia yang makin modern, yang makin ‘mengindahkan’ individualisme, membuat sedikit demi sedikit orang mulai egois, yang katanya demi berlangsungnya hidup, yang ujung-ujungnya menghalalkan segala cara, misalnya penipuan. Sudah nggak sedikit orang yang menggunakan kepedulian seseorang untuk menipu. Singkatnya memperdayai orang lain lah.. Semakin seringnya tindak memperdayai seperti itu, membuat kepercayaan orang menjadi makin berkurang. Karena kita nggak tau lagi mana orang yang bener-bener butuh kepedulian kita, atau yang cuma memperdayai kita..
Yah, emang sulit buat mewujudkan dunia yang seperti itu. Tapi nggak ada salahnya kan, kalo kita mencoba, mulai dari hal-hal kecil, dari lingkungan kecil, misalnya keluarga kita sendiri. Atau temen-temen deket, temen-temen sekelas, temen-temen se-kost, atau orang-orang yang sering, dan akan sering berinteraksi sama kita…, dan pastinya kepedulian itu kita lakukan dengan tulus. Yang di pelajaran PPKn dikatakan “tanpa pamrih”…
**Sedikit renungan buat kita. Maaf kalo nggak berkenan. Hehehe… thanks for reading…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar