minggu yg aku maksud dalam judul tulisan ini bukanlah 'sunday' tapi 'week'
yaa, kurang lebih kalo dibahasa inggris-in kurang lebih 'sad week' kali yaa..
minggu ke empat bulan Mei, minggu yang semula aku kira akan berjalan sangat berat dengan tugas-tugas yang mendekati deadline, baru berjalan dua hari. hari ke tiga baru akan dimulai. hari itu, rabu pagi, entah apa yang membangunkanku dari tidur, begitu pagi. nggak lama setelah aku bangun, ada telepon masuk, dari ibu... tidak ada firasat apapun saat itu. saat ibu mengabarkan bahwa keponakannya-yang tidak lain adalah kakakku- yang tinggal di Palembang, baru saja dipanggil menghadap Tuhan. kaget, tentu saja. aku tau, kalau sudah sebulan ini kakak sepupuku yang usianya hampir sama dengan ibuku ini dirawat dirumah sakit, karena gagal ginjal. tapi kabar duka ini tetap saja membuat kaget. banyak hal yang berkecamuk di kepala. bagaimana dengan merry?dia baru saja lulus smp, tapi kenapa dia harus kehilangan ibu-nya secepat itu? bagaimana dengan evi?dia masih di Jogja, dan saat ini dia sedang ujian akhir semester, bagaimana keadaannya setelah mengetahui kepergian ibunya? harry, kakak mereka, aku percaya dia pasti kuat. tapi aku nggak bisa membayangkan kesedihannya..
ibu segera memintaku menemui evi, dan menghiburnya. juga ibu memintaku menemaninya pulang ke palembang. setelah bersiap-siap dengan segala keperluan yang akan aku bawa, aku bergegas menemui evi. mulai saat itu juga aku dan week-kakakku-, tak henti-hentinya saling berhubungan, week memberi banyak informasi tiket, dan mengurus segalanya untuk keberangkatan kami ke palembang.
singkat cerita, kami siap berangkat, dan jam 19.30 kami sudah mendarat di Palembang. hanya itu tiket yang tersedia untuk aku, evi dan indra. Perjalanan tidak berhenti sampai di situ. perlu 5jam lagi untuk sampai rumah. Harry sudah menunggu kami di bandara, untuk bersama-sama pulang. Kamis pagi, jam 01.00, kami tiba di rumah. Lega, karena kami dapat berjumpa dengan almarhum. Mbak Warni, kakakku, dia begitu tenang. Dia tak lagi merasa sakit, seperti bulan-bulan terakhir.. Dia terlihat tenang dalam tidur abadinya..
Segenap prosesi pelepasan jenasah sampai pemakaman selesai pada pukul 11.00. Dan pukul 14.00, aku dan indra harus segera pergi menuju Palembang, karena esok pagi kami haru segera pulang menuju Jogja. Kalau kami pergi malam hari, tidak ada kendaraan. Mau tak mau, kami harus berangkat siang itu juga. Malam hari jam 20.30, kami sampai di kota Palembang, dan kami beristrahat di rumah kerabat indra. Cukup waktu untuk mengumpulkan kembali energi kami.
Jumat pagi, kami pulang ke Jogja, dan sore pun, kami sudah tiba di rumah.
minggu ini terasa berat dan berjalan sangat cepat, lebih berat dari tugas2 yang sudah mendekati deadline itu. berat untuk melepas kepergian orang terkasih, yang sudah lebih dari 3 tahun tak pernah kami jumpai, karena kondisinya tak memungkinkan untuk pulang ke Jogja. Berat, tapi kami harus melepasnya, agar langkahnya menuju rumah Bapa menjadi lebih ringan. Terasa sangat cepat, sehingga berasa seperti mimpi, kadang membuatku berpikir 'apakah dia benar-benar sudah pergi?'
Berdoa, adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan. Permudah jalannya, Ya Tuhan, dan Berilah kekuatan bagi yang ditinggalkan...
Selamat Jalan mbak War...
yaa, kurang lebih kalo dibahasa inggris-in kurang lebih 'sad week' kali yaa..
minggu ke empat bulan Mei, minggu yang semula aku kira akan berjalan sangat berat dengan tugas-tugas yang mendekati deadline, baru berjalan dua hari. hari ke tiga baru akan dimulai. hari itu, rabu pagi, entah apa yang membangunkanku dari tidur, begitu pagi. nggak lama setelah aku bangun, ada telepon masuk, dari ibu... tidak ada firasat apapun saat itu. saat ibu mengabarkan bahwa keponakannya-yang tidak lain adalah kakakku- yang tinggal di Palembang, baru saja dipanggil menghadap Tuhan. kaget, tentu saja. aku tau, kalau sudah sebulan ini kakak sepupuku yang usianya hampir sama dengan ibuku ini dirawat dirumah sakit, karena gagal ginjal. tapi kabar duka ini tetap saja membuat kaget. banyak hal yang berkecamuk di kepala. bagaimana dengan merry?dia baru saja lulus smp, tapi kenapa dia harus kehilangan ibu-nya secepat itu? bagaimana dengan evi?dia masih di Jogja, dan saat ini dia sedang ujian akhir semester, bagaimana keadaannya setelah mengetahui kepergian ibunya? harry, kakak mereka, aku percaya dia pasti kuat. tapi aku nggak bisa membayangkan kesedihannya..
ibu segera memintaku menemui evi, dan menghiburnya. juga ibu memintaku menemaninya pulang ke palembang. setelah bersiap-siap dengan segala keperluan yang akan aku bawa, aku bergegas menemui evi. mulai saat itu juga aku dan week-kakakku-, tak henti-hentinya saling berhubungan, week memberi banyak informasi tiket, dan mengurus segalanya untuk keberangkatan kami ke palembang.
singkat cerita, kami siap berangkat, dan jam 19.30 kami sudah mendarat di Palembang. hanya itu tiket yang tersedia untuk aku, evi dan indra. Perjalanan tidak berhenti sampai di situ. perlu 5jam lagi untuk sampai rumah. Harry sudah menunggu kami di bandara, untuk bersama-sama pulang. Kamis pagi, jam 01.00, kami tiba di rumah. Lega, karena kami dapat berjumpa dengan almarhum. Mbak Warni, kakakku, dia begitu tenang. Dia tak lagi merasa sakit, seperti bulan-bulan terakhir.. Dia terlihat tenang dalam tidur abadinya..
Segenap prosesi pelepasan jenasah sampai pemakaman selesai pada pukul 11.00. Dan pukul 14.00, aku dan indra harus segera pergi menuju Palembang, karena esok pagi kami haru segera pulang menuju Jogja. Kalau kami pergi malam hari, tidak ada kendaraan. Mau tak mau, kami harus berangkat siang itu juga. Malam hari jam 20.30, kami sampai di kota Palembang, dan kami beristrahat di rumah kerabat indra. Cukup waktu untuk mengumpulkan kembali energi kami.
Jumat pagi, kami pulang ke Jogja, dan sore pun, kami sudah tiba di rumah.
minggu ini terasa berat dan berjalan sangat cepat, lebih berat dari tugas2 yang sudah mendekati deadline itu. berat untuk melepas kepergian orang terkasih, yang sudah lebih dari 3 tahun tak pernah kami jumpai, karena kondisinya tak memungkinkan untuk pulang ke Jogja. Berat, tapi kami harus melepasnya, agar langkahnya menuju rumah Bapa menjadi lebih ringan. Terasa sangat cepat, sehingga berasa seperti mimpi, kadang membuatku berpikir 'apakah dia benar-benar sudah pergi?'
Berdoa, adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan. Permudah jalannya, Ya Tuhan, dan Berilah kekuatan bagi yang ditinggalkan...
Selamat Jalan mbak War...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar