Beberapa hari belakangan banyak yang berkomentar tentang badanku. Banyak sekali yg bilang kalo aku makin kurus. Menurut angka timbangan, berat badanku memang turun sekitar 3kg setelah sakit beberapa minggu yang lalu. Aku ga merasakan banyak perubahan, meskipun sudah banyak orang yang mengatakan demikian.
Disaat seperti ini aku mengalami dilema. Aku senang, karena banyak yang bilang aku kurus (walopun sebenernya aku ga merasa, secara ga ada satupun baju yg jd longgar :D). Tapi aku sedih karena kehilangan nafsu makan. Meskipun (sepertinya) sudah sembuh dari sakit, aku masih belum bisa banyak makan. Bukan karena nggak bisa, tapi karena ga selera.
Aku yang pada dasarnya doyan makan, tiba-tiba jadi tidak mudah tergoda dengan makanan enak sekalipun. Sampai-sampai mendengar kata 'leko' pun aku tetap ga selera makan, padahal itu adalah kata keramat yang selalu bisa membuatku menelan ludah saat membayangkan iga penyetnya. Parahnya, belakangan aku merasa makan hanyalah formalitas. Kalo ga makan, maag bakal kambuh, plus diomeli teman2. Kalo pagi ga pernah sarapan. Makan siang hanya formalitas. Kalo malam, aku memang merasa lapar, tapi sedikitpun ga ada nafsu makan. Menyedihkan ya...
Dalam keadaan seperti ini aku masih bisa bersyukur, karena kadang-kadang aku suka tiba-tiba kepengen makan makanan tertentu. Biasanya kepengen yang aneh-aneh dan tidak mudah dijangkau sih. Tapi ini adalah celah buatku agar mau makan. Saat pengen makan sesuatu, aku akan berusaha mendapatkan makanan itu, dengan harapan aku bisa makan banyak dan bisa mengembalikan selera makanku. Meskipun seringnya hasilnya nihil. Makan dikit langsung kenyang.
Kalau boleh milih, aku pengen bisa kembali kayak dulu, bisa ngrasaain enaknya makanan, dan bisa makan dengan enak.
Kalo boleh serakah, aku juga pengen ga tambah gemuk lagi, tapi nafsu makanku juga kembali seperti semula :D
Apa yang sedang kualami, sangatlah tidak nyaman, kawan... Maka bersyukurlah bagi yang diberkahi dengan kesehatan, dan bisa merasakan enaknya makan..
This is my page. My space. I share what's in my head. Sometime it's inspiring thing. Sometime it's just vent of my mind. What's in this page is just a little piece(s) of my life. You can judge what I write. But not my life ;) - I write what I want to write. Because this is my space
Senin, 17 Februari 2014
Senin, 10 Februari 2014
Cerita Seru di Penghujung Tahun
Pertengahan Bulan Desember tahun lalu, Socialiezt '07 (SCZ) cabang Jakarta kedatangan tamu yaitu Hanip, salah satu anggota SCZ pusat (Jogja). Karena itu SCZ cabang Jakarta yg diwakili aku, Zukko dan Eca, menghabiskan akhir pekan bersama dengannya. Dari jumat sore kami berkumpul di kost Eca. Setelah makan malam di Lotte Shopping Avenue yang terletak di halaman belakang kost Eca, kami mengadakan rapat serius yang berlangsung sejak jam 10 malam hingga hari Sabtu dini hari. Rapat yang berlangsung cukup alot itu bertujuan untuk memutuskan kemanakah kami akan pergi pada hari Sabtu.
Tempat hiburan yang paling umum di Jakarta adalah mall. Beberapa mall sempat disebut sebagai salah satu alternatif tujuan. Tapi hanip request ingin melihat pepohonan. Jadi Mal dihapus dari daftar tujuan. Selain Mal, di Jakarta ada Kota Tua dan juga Monas. Hanip cukup tertarik untuk ke sana. Sayangnya Kota Tua sedang direnovasi. Lalu Monas? Ahhh, ngapain ke Monas?? Sempat ada celetukan untuk ke Bogor saja. Tapi kami ragu apakah waktunya cukup, mengingat Sabtu sorenya Hanip harus pulang ke Jogja. Lagipula, kemampuan kami untuk bangun pagi juga diragukan. Padahal kalau mau ke Bogor, setidaknya jam 7 pagi kami sudah harus berangkat. Pilihan yg lain adalah kebun Binatang Ragunan. Tapi, di Jogja kan ada kebun binatang juga..
Menjelang jam 12 malam, belum juga diputuskan kemana tujuan kami. Karena waktu sudah larut malam, rapat makin terasa alot, kami memutuskan untuk voting. Peserta voting adalah Zukko, Eca, dan Aku. Setelah hopeless dengan rapat yang tak kunjung selesai itu, voting pun dimulai. Dengan lesu aku menyeletuk Ragunan. Lalu tak lama Zukko mengatakan Ragunan. Dan Eca menyusul dengan menyebut Ragunan juga. Hanip dengan cerianya menyambut keputusan 'musyawarah untuk mufakat' itu. Bukan antusias dengan tujuan wisatanya, tapi senang karena akhirnya rapat selesai juga dan menghasilkan keputusan. Rapat yang dilalui dengan alot itupun akhirnya selesai dengan gampangnya.
Kami berencana untuk berangkat sepagi mungkin. Melihat kemampuan molor kami yang luar biasa, Hanip meramalkan bahwa kami baru akan berangkat jam 10. Tapi dengan yakin, yang lain berkata akan berangkat jam 8 pagi.
Pagi diawali dengan drama dorong-dorongan untuk mandi, dan saling mempersilahkan untuk mandi duluan. Sebenarnya itu hanya kamuflase untuk menutupi kemampuan tidur kami yang luar biasa itu. Dan bisa ditebak, sesuai ramalan Hanip, kami baru siap pergi jam 10 lewat. Tapi itu semua tidak mengurangi semangat kami. Dengan ceria, kami naik busway menuju Ragunan. Misi pribadiku, aku mau melihat pinguin! :D
Sesampainya di Ragunan, aku agak sedikit kecewa karena tidak ada pinguin. Tapi tak apalah.. Dari sekian banyak binatang yang ada di Ragunan, kami semua ingin melihat Macan dan hewan-hewan primata. Kalo ke kebun binatang, hewan primata hukumnya wajib untuk dikunjungi. Pertemuan pertama kami dengan hewan di Ragunan adalah dengan Gajah. Gajah itu meskipun hewan besar, bagiku mereka itu unyu sekaliiii... Apalagi bayi-bayi gajahnya, bikin gemessshh...
Karena kebun binatang cukup luas, kami memutuskan untuk menyewa sepeda untuk berkeliling. Sepeda biasa biaya sewanya Rp.10.000,- per jam. Sedangkan sepeda tandem Rp.15.000,- per jam. Kami menyewa 2 sepeda biasa dan 1 sepeda tandem. Setelah menyewa sepeda, acara jalan-jalan kami jadi lebih menyenangkan. Kami dapat bergerak dengan lebih cepat. Kami langsung menuju kandang harimau, hewan yang sangat ingin kami lihat. Setelah puas memandangi binatang buas yang terlihat manis itu, kami menuju kandang hewan primata. Setelah melihat monyet-monyet bergelantungan, kami lanjut ke kandang ular. Kami melihat ular sanca dan ular kobra.
Setelah selesai melihat ular, dan kami mulai merasa capek, kami memutuskan untuk mencari hewan terakhir yang menjadi misi kami, yaitu Macan Tutul. kami berkeliling mengikuti petunjuk arah kandang Macan tutul. Dalam pencarian panjang kami, kami terhenti di kandang Rakun. Astaga.... Rakun itu lucu sekaliiii.... Kami mampir di kandang hewan super unyu itu. Kami melihatnya berdiri dengan badan berbulu dan gendut itu... Lucu sekaliii....
Setelah puas melihat Rakun, kami melanjutkan misi kami mencari Macan Tutul. Dengan menempuh perjalanan panjang, juga menembus gerimis yang mulai membuat udara menjadi dingin, kami berputar-putar mencari kandang yang tak kunjung kami temukan itu. Ketika kami melihat sebuah kandang dengan tulisan Macan Tutul, kami semakin bersemangat mengayuh sepeda kami ke arah sana. Kami berhenti di tepi jalan yang berjarak sekitar 10 meter di depan kandang macan tutul. Sepeda kami tidak bisa kami bawa untuk mendekati kandang..
Dengan girangnya kami celingukan di depan kandang itu. Tapi tak ada satupun dari kami yang turun dari sepeda. Setelah beberapa menit menunggu munculnya si macan tutul, kami tak juga melihat wujud makhluk itu. Rupanya sang macan tutul sedang beristirahat di atas dahan pohon di dalam kandangnya. Kami tidak bisa melihatnya karena terhalang penutup kandang di bagian atas. Karena tak ada satupun yang turun dari sepeda, aku berkata sambil menunjuk gambar Macan Tutul di dekat kami, "Macan tutul itu bentuknya kayak gitu kan? Udah lah ya, kita lanjut jalan aja.." Dengan datarnya teman-temanku mengiyakan dan kami berlalu..
Sesampainya di kost Eca, kami baru tersadar, ngapain kami jauh-jauh ke Ragunan kalo cuma mau liat GAMBAR Macan Tutul??? Dan kami pun tertawa ngakak atas apa yang telah terjadi.
Photo by: Eca
Tempat hiburan yang paling umum di Jakarta adalah mall. Beberapa mall sempat disebut sebagai salah satu alternatif tujuan. Tapi hanip request ingin melihat pepohonan. Jadi Mal dihapus dari daftar tujuan. Selain Mal, di Jakarta ada Kota Tua dan juga Monas. Hanip cukup tertarik untuk ke sana. Sayangnya Kota Tua sedang direnovasi. Lalu Monas? Ahhh, ngapain ke Monas?? Sempat ada celetukan untuk ke Bogor saja. Tapi kami ragu apakah waktunya cukup, mengingat Sabtu sorenya Hanip harus pulang ke Jogja. Lagipula, kemampuan kami untuk bangun pagi juga diragukan. Padahal kalau mau ke Bogor, setidaknya jam 7 pagi kami sudah harus berangkat. Pilihan yg lain adalah kebun Binatang Ragunan. Tapi, di Jogja kan ada kebun binatang juga..
Menjelang jam 12 malam, belum juga diputuskan kemana tujuan kami. Karena waktu sudah larut malam, rapat makin terasa alot, kami memutuskan untuk voting. Peserta voting adalah Zukko, Eca, dan Aku. Setelah hopeless dengan rapat yang tak kunjung selesai itu, voting pun dimulai. Dengan lesu aku menyeletuk Ragunan. Lalu tak lama Zukko mengatakan Ragunan. Dan Eca menyusul dengan menyebut Ragunan juga. Hanip dengan cerianya menyambut keputusan 'musyawarah untuk mufakat' itu. Bukan antusias dengan tujuan wisatanya, tapi senang karena akhirnya rapat selesai juga dan menghasilkan keputusan. Rapat yang dilalui dengan alot itupun akhirnya selesai dengan gampangnya.
Kami berencana untuk berangkat sepagi mungkin. Melihat kemampuan molor kami yang luar biasa, Hanip meramalkan bahwa kami baru akan berangkat jam 10. Tapi dengan yakin, yang lain berkata akan berangkat jam 8 pagi.
Pagi diawali dengan drama dorong-dorongan untuk mandi, dan saling mempersilahkan untuk mandi duluan. Sebenarnya itu hanya kamuflase untuk menutupi kemampuan tidur kami yang luar biasa itu. Dan bisa ditebak, sesuai ramalan Hanip, kami baru siap pergi jam 10 lewat. Tapi itu semua tidak mengurangi semangat kami. Dengan ceria, kami naik busway menuju Ragunan. Misi pribadiku, aku mau melihat pinguin! :D
Sesampainya di Ragunan, aku agak sedikit kecewa karena tidak ada pinguin. Tapi tak apalah.. Dari sekian banyak binatang yang ada di Ragunan, kami semua ingin melihat Macan dan hewan-hewan primata. Kalo ke kebun binatang, hewan primata hukumnya wajib untuk dikunjungi. Pertemuan pertama kami dengan hewan di Ragunan adalah dengan Gajah. Gajah itu meskipun hewan besar, bagiku mereka itu unyu sekaliiii... Apalagi bayi-bayi gajahnya, bikin gemessshh...
Karena kebun binatang cukup luas, kami memutuskan untuk menyewa sepeda untuk berkeliling. Sepeda biasa biaya sewanya Rp.10.000,- per jam. Sedangkan sepeda tandem Rp.15.000,- per jam. Kami menyewa 2 sepeda biasa dan 1 sepeda tandem. Setelah menyewa sepeda, acara jalan-jalan kami jadi lebih menyenangkan. Kami dapat bergerak dengan lebih cepat. Kami langsung menuju kandang harimau, hewan yang sangat ingin kami lihat. Setelah puas memandangi binatang buas yang terlihat manis itu, kami menuju kandang hewan primata. Setelah melihat monyet-monyet bergelantungan, kami lanjut ke kandang ular. Kami melihat ular sanca dan ular kobra.
Setelah selesai melihat ular, dan kami mulai merasa capek, kami memutuskan untuk mencari hewan terakhir yang menjadi misi kami, yaitu Macan Tutul. kami berkeliling mengikuti petunjuk arah kandang Macan tutul. Dalam pencarian panjang kami, kami terhenti di kandang Rakun. Astaga.... Rakun itu lucu sekaliiii.... Kami mampir di kandang hewan super unyu itu. Kami melihatnya berdiri dengan badan berbulu dan gendut itu... Lucu sekaliii....
Setelah puas melihat Rakun, kami melanjutkan misi kami mencari Macan Tutul. Dengan menempuh perjalanan panjang, juga menembus gerimis yang mulai membuat udara menjadi dingin, kami berputar-putar mencari kandang yang tak kunjung kami temukan itu. Ketika kami melihat sebuah kandang dengan tulisan Macan Tutul, kami semakin bersemangat mengayuh sepeda kami ke arah sana. Kami berhenti di tepi jalan yang berjarak sekitar 10 meter di depan kandang macan tutul. Sepeda kami tidak bisa kami bawa untuk mendekati kandang..
Dengan girangnya kami celingukan di depan kandang itu. Tapi tak ada satupun dari kami yang turun dari sepeda. Setelah beberapa menit menunggu munculnya si macan tutul, kami tak juga melihat wujud makhluk itu. Rupanya sang macan tutul sedang beristirahat di atas dahan pohon di dalam kandangnya. Kami tidak bisa melihatnya karena terhalang penutup kandang di bagian atas. Karena tak ada satupun yang turun dari sepeda, aku berkata sambil menunjuk gambar Macan Tutul di dekat kami, "Macan tutul itu bentuknya kayak gitu kan? Udah lah ya, kita lanjut jalan aja.." Dengan datarnya teman-temanku mengiyakan dan kami berlalu..
Sesampainya di kost Eca, kami baru tersadar, ngapain kami jauh-jauh ke Ragunan kalo cuma mau liat GAMBAR Macan Tutul??? Dan kami pun tertawa ngakak atas apa yang telah terjadi.
Photo by: Eca
Minggu, 09 Februari 2014
Me and Foods
Aku adalah penyuka makanan alias pemakan segala. Aku bisa makan segala jenis makanan. Kali ini aku ingin bercerita tentang makanan. Fakta-fakta unik mengenai reaksiku terhadap makanan.
Makanan adalah hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa makanan, kita akan sulit bertahan hidup. Jika berbicara tentang makanan, maka akan ada kaitannya dengan selera. Selera makan tiap orang pasti berbeda. Ada orang yang bersifat 'picky eaters', yaitu orang yang suka memilih-milih makanan, atau orang yang ga mau makan kalo ga makan makanan kesukaannya. Padahal, pada dasarnya semua makanan punya manfaat besar bagi manusia (manusia sehat yang tidak mengidap alergi makanan). Aku bersyukur aku tidak alergi terhadap semua jenis makanan. Aku bebas memakan apapun. Karena itu, aku berusaha untuk memakan semua jenis makanan tanpa pilih-pilih atau anti memakan makanan tertentu.
Memang, aku tidak suka dengan beberapa jenis makanan. Tapi aku berusaha untuk tidak membenci satu-pun jenis makanan. Makanan adalah salah satu jenis hal yang kaya manfaat. Dengan anugerah kesehatan yang kudapat, tidak sepantasnya aku membenci benda-benda tak berdosa itu. Bayangkan saja, kalau ada orang yang alergi kacang. Makan makanan yang diolah dengan alat yang sama dengan alat yang digunakan untuk mengolah kacang, meskipun tidak mengandung kacang, bisa saja tersiksa dengan sakit alergi kacang itu. Betapa repotnya untuk makan, karena harus benar-benar selektif memilih makanan dengan alasan kesehatan. Maka dari itu, aku yang Puji Tuhan tidak alergi makanan, berusaha untuk tak membenci satu jenis makanan pun. Meskipun belum bisa sepenuhnya berhasil...
Ngomongin soal kacang, kacang tanah, adalah makanan yang penuh misteri buatku... Kadang aku sangat tergoda dengan makanan ini.. Tapi tidak jarang aku eneg degan makanan ini, meskipun hanya melihatnya... Entah kacang yang sudah diolah, ataupun kacang untuk camilan, tidak ada satupun yang membuatku benar-benar ketagihan, ataupun benar-benar anti padanya. Makanan berbumbu kacang seperti pecel, gado-gado, lotek, ketoprak, dan kawan2nya, termasuk dalam jenis makanan yang aku suka. Kalo lagi pengen, bisa kayak orang ngidam, yang harus segera mendapatkannya.. Tapi ada kalanya aku sangat eneg dengan bumbu itu, meskipun hanya membayangkannya. Begitu juga dengan snack kacang. Saat lagi suka makan kacang, aku bisa ngemil kacang berbungkus-bungkus. Tapi kalo lagi ga suka, iddiih, makan satu butir pun aku tak mau... Begitulah kacang tanah buatku, penuh misteri...
Lain kacang lain cerita. Kedelai adalah jenis kacang-kacangan juga.. Tapi aku suka sekali dengan kacang kedelai yg sudah diolah menjadi tempe. Lain pengolahan lain pula kegemaraan. Meskipun sama-sama dibuat dari kedelai, aku kurang suka dengan tahu. Tapi karena sifat dasarku yg adalah 'pemakan segala' jenis makanan, dan aku punya impian untuk tak membenci satupun jenis makanan, pelan-pelan aku mulai berteman dengan tahu. Dari yang dulu sangat anti dengan tahu, sekarang sudah mulai mau makan tahu..
Selain tahu, aku juga mulai berteman dengan daun bawang. Aku dulu sangat-sangat benci kalo ada makanan yang dicampuri daun bawang. Berhubung mas pacar suka daun bawang, dan aku berharap tidak membenci makanan, aku pelan-pelan mulai berteman dengan daun bawang. Aku mulai tidak ngomel ketika ibu mencampurkan daun bawang dalam sop atau telur dadar. Aku juga mulai senang makan martabak telor. Aku tidak memilih2 dan membuang daun bawang ketika makan mi ayam yang ada daun bawangnya. Walaupun masih agak picky, kalo ada yang memotong daun bawang mentah yang terlalu besar.
Impianku untuk tidak membenci satupun jenis makanan agaknya belum bisa sepenuhnya terwujud. Aku masih benci dengan benda kecil berekor, yang sekilas seperti kecebong berwarna putih. Yakk, tauge. Aku masih belum bisa dengan ikhlas hati menyukainya. Hanya satu kondisi, dimana aku dengan ikhlas hati mau makan tauge, yaitu ketika tauge sudah dimasak dengan sangat empuknya. Kalau bisa nyaris hancur. Karena hanya dengan cara itu, baunya yang aneh itu jadi tidak terasa. Kalo ada tauge mentah atau setengah mateng tercium dihidungku, bisa-bisa selera makanku langsung lenyap. Ya, aku masih berusaha untuk tidak membenci tauge.
Lalu bagaimana dengan makanan yang nyaris dibenci oleh banyak orang, pete dan jengkol? Aku tidak membencinya. Aku cuma benci kalo ada orang makan makanan itu, lalu membuat toilet bau. Just it. Aku memang menghindari makan pete dan jengkol. Tapi bukan berarti aku membenci makanan tak berdosa itu.. Kalo disuruh(dipaksa) makan ya hajar saja. Asalkan orang yang memakai toilet yg sama denganku tidak ikut memakannya. hahaha...
tambahan:
Kalo ibu masak makanan yang ada pete-nya, aku selalu diam2 mengambil pete itu dan membuangnya. Kalo ketahuan ibu, aku pasti aku diomelin... :D
Makanan adalah hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa makanan, kita akan sulit bertahan hidup. Jika berbicara tentang makanan, maka akan ada kaitannya dengan selera. Selera makan tiap orang pasti berbeda. Ada orang yang bersifat 'picky eaters', yaitu orang yang suka memilih-milih makanan, atau orang yang ga mau makan kalo ga makan makanan kesukaannya. Padahal, pada dasarnya semua makanan punya manfaat besar bagi manusia (manusia sehat yang tidak mengidap alergi makanan). Aku bersyukur aku tidak alergi terhadap semua jenis makanan. Aku bebas memakan apapun. Karena itu, aku berusaha untuk memakan semua jenis makanan tanpa pilih-pilih atau anti memakan makanan tertentu.
Memang, aku tidak suka dengan beberapa jenis makanan. Tapi aku berusaha untuk tidak membenci satu-pun jenis makanan. Makanan adalah salah satu jenis hal yang kaya manfaat. Dengan anugerah kesehatan yang kudapat, tidak sepantasnya aku membenci benda-benda tak berdosa itu. Bayangkan saja, kalau ada orang yang alergi kacang. Makan makanan yang diolah dengan alat yang sama dengan alat yang digunakan untuk mengolah kacang, meskipun tidak mengandung kacang, bisa saja tersiksa dengan sakit alergi kacang itu. Betapa repotnya untuk makan, karena harus benar-benar selektif memilih makanan dengan alasan kesehatan. Maka dari itu, aku yang Puji Tuhan tidak alergi makanan, berusaha untuk tak membenci satu jenis makanan pun. Meskipun belum bisa sepenuhnya berhasil...
Ngomongin soal kacang, kacang tanah, adalah makanan yang penuh misteri buatku... Kadang aku sangat tergoda dengan makanan ini.. Tapi tidak jarang aku eneg degan makanan ini, meskipun hanya melihatnya... Entah kacang yang sudah diolah, ataupun kacang untuk camilan, tidak ada satupun yang membuatku benar-benar ketagihan, ataupun benar-benar anti padanya. Makanan berbumbu kacang seperti pecel, gado-gado, lotek, ketoprak, dan kawan2nya, termasuk dalam jenis makanan yang aku suka. Kalo lagi pengen, bisa kayak orang ngidam, yang harus segera mendapatkannya.. Tapi ada kalanya aku sangat eneg dengan bumbu itu, meskipun hanya membayangkannya. Begitu juga dengan snack kacang. Saat lagi suka makan kacang, aku bisa ngemil kacang berbungkus-bungkus. Tapi kalo lagi ga suka, iddiih, makan satu butir pun aku tak mau... Begitulah kacang tanah buatku, penuh misteri...
Lain kacang lain cerita. Kedelai adalah jenis kacang-kacangan juga.. Tapi aku suka sekali dengan kacang kedelai yg sudah diolah menjadi tempe. Lain pengolahan lain pula kegemaraan. Meskipun sama-sama dibuat dari kedelai, aku kurang suka dengan tahu. Tapi karena sifat dasarku yg adalah 'pemakan segala' jenis makanan, dan aku punya impian untuk tak membenci satupun jenis makanan, pelan-pelan aku mulai berteman dengan tahu. Dari yang dulu sangat anti dengan tahu, sekarang sudah mulai mau makan tahu..
Selain tahu, aku juga mulai berteman dengan daun bawang. Aku dulu sangat-sangat benci kalo ada makanan yang dicampuri daun bawang. Berhubung mas pacar suka daun bawang, dan aku berharap tidak membenci makanan, aku pelan-pelan mulai berteman dengan daun bawang. Aku mulai tidak ngomel ketika ibu mencampurkan daun bawang dalam sop atau telur dadar. Aku juga mulai senang makan martabak telor. Aku tidak memilih2 dan membuang daun bawang ketika makan mi ayam yang ada daun bawangnya. Walaupun masih agak picky, kalo ada yang memotong daun bawang mentah yang terlalu besar.
Impianku untuk tidak membenci satupun jenis makanan agaknya belum bisa sepenuhnya terwujud. Aku masih benci dengan benda kecil berekor, yang sekilas seperti kecebong berwarna putih. Yakk, tauge. Aku masih belum bisa dengan ikhlas hati menyukainya. Hanya satu kondisi, dimana aku dengan ikhlas hati mau makan tauge, yaitu ketika tauge sudah dimasak dengan sangat empuknya. Kalau bisa nyaris hancur. Karena hanya dengan cara itu, baunya yang aneh itu jadi tidak terasa. Kalo ada tauge mentah atau setengah mateng tercium dihidungku, bisa-bisa selera makanku langsung lenyap. Ya, aku masih berusaha untuk tidak membenci tauge.
Lalu bagaimana dengan makanan yang nyaris dibenci oleh banyak orang, pete dan jengkol? Aku tidak membencinya. Aku cuma benci kalo ada orang makan makanan itu, lalu membuat toilet bau. Just it. Aku memang menghindari makan pete dan jengkol. Tapi bukan berarti aku membenci makanan tak berdosa itu.. Kalo disuruh(dipaksa) makan ya hajar saja. Asalkan orang yang memakai toilet yg sama denganku tidak ikut memakannya. hahaha...
tambahan:
Kalo ibu masak makanan yang ada pete-nya, aku selalu diam2 mengambil pete itu dan membuangnya. Kalo ketahuan ibu, aku pasti aku diomelin... :D
Selasa, 04 Februari 2014
Sehat (saat sakit) itu Mahal
Setelah kehilangan suara dan terkapar di tempat tidur selama berhari-hari, akhirnya suara saya kembali pulih, dan badan saya menjadi lebih segar. Meskipun tenggorokan masih berasa geli-geli gatal, dan sesekali masih ingin batuk. Batuknya tp batuk maksa, untuk mengurangi rasa gatal di tenggorokan. Jadinya batukku seperti dibuat-buat. Tapi beneran, ini tenggorokan rasanya geli, yang ujung-ujungnya bikin gatel. yaah, setidaknya sekarang aku sudah bisa bersuara saat ngomong.
Disaat sakit seperti itu, aku merasa bahwa untuk menjadi sehat itu mahal. Selain mengorbankan uang jajan untuk dibagikan dengan dokter, aku juga harus mengorbankan waktuku untuk rajin minum obat. Minum obat adalah hal yang sangat kubenci. Aku harus menyingkirkan kebencianku agar bisa sehat. Aku harus dengan ikhlas dan senang hati rajin minum obat. Dan yang harus kubayar mahal adalah saat aku harus merasakan pahitnya mulut. entah itu pahit karena sakit, atau pahit karena obat. Aku sangat sangat tidak suka saat mulutku terasa pahit. Selain itu, aku juga harus menggunakan waktuku untuk banyak beristirahat. Aku tidak bisa pergi-pergi untuk bermain. Aku juga tidak bisa merasa makan enak. Boro-boro makan enak. Untuk makan saja aku harus menahan sakit. Tapi aku harus melalui itu semua agar aku bisa sehat kembali.
Itulah harga mahal yang harus dibayarkan untuk kembali sehat saat sakit. Padahal kalau kita bisa menjaga kesehatan, sehat itu tidak mahal. Karena kalau sehat, kita tidak perlu biaya ekstra untuk obat, tidak perlu meluangkan waktu untuk minum obat sesuai jadwal, dan tidak perlu menyediakan waktu ekstra untuk tidur. Jadi alangkah baiknya kalau kita selalu berlaku hidup sehat, agar bisa lebih hemat dan tetap sehat. Agar sehat menjadi tidak mahal. :)
Sakit yang menyerang di tubuhku berawal sejak tanggal 24 Januari lalu. Hari itu aku dijadwalkan untuk pulang ke Jogja dengan naik kereta pada jam 9 malam. Sepulang kerja, aku sempat mandi dulu, lalu mampir cari makan untuk makan malam sebelum berangkat ke stasiun. Biar praktis, aku beli Oriental Bento dan french fries di KFC. Niatnya sih biar bisa sambil dimakan di bus saat mau ke stasiun Pasar Senen. Malam itu aku kurang beruntung, karena setelah sekian lama menunggu, bus yang harusnya kutumpangi tidak lewat juga. Akhirnya aku naik ojek biar nggak becek, ehh, biar nggak telat sampai stasiun. Artinya, aku nggak bisa makan makananku di perjalanan ke stasiun.
Sesaat menjelang sampai stasiun, aku sempat kehujanan. Cuma gerimis sih, tapi cukup membuat bajuku jadi agak basah. Sesampainya di stasiun, aku buru-buru menyantap makan malamku yang sudah sangat terlambat. Yaa, aku telat makan malam itu. Dan sekalinya makan, makananku banyak mengandung minyak.
Di perjalananku menuju Jogja dengan kereta Senja Utama Solo itu, aku mulai merasa badanku tidak nyaman. Aku sulit tidur, meskipun mataku terasa sangat berat. Malam itu aku tidur tidak lebih dari 4jam, dan itupun sudah dihitung akumulasi. Setiap kereta berhenti, aku pasti terbangun, dan lalu sulit tidur lagi. Singkat cerita, aku kurang istirahat. Lalu menjelang sampai Jogja, aku merasa ada sesuatu mengganjal di tenggorokanku, rasanya seperti saat setelah tersedak. Rasanya pengen batuk, tapi ga bisa.
Sesampainya di Jogja, sesuai dengan misi utamaku, aku pergi ke Seminari Tinggi Kenthungan, untuk menghadiri pentahbisan seorang frater yang sudah menjadi sahabat kami di OMK. Hari itu, Sabtu 25 Januari 2014, akan ada misa Tahbisan Diakon salah satu teman kami, Fr.A.Sulardi. Setelah selesai acara itu dan keluar dari Seminari, dalam perjalanan pulang aku merasa badanku mulai "nggregesi". Rasa tak nyaman di tenggorokanku juga makin parah. Kata temanku di OMK, "cen neng ndi2 sing jenengane setan njur mriang nek bar ketemu wong suci. opo meneh bar mlebu markas'e wong suci". Hahahahasyeeem tenan kata-katanya.. (Tapi ada benernya juga sih. Belakangan aku memang seperti 'setan', karena sudah berminggu-minggu ga ke gereja. Ampuuun Tuhan.... *pengakuan*)
Sesampainya di rumah, segala cara kulakukan untuk menyembuhkan badanku. Mulai dari minum obat flu, hingga pijat refleksi yang membuatku berteriak-teriak kesakitan malam itu. Setelah melalui malam minggu yang menyakitkan, aku bangun tidur dengan keadaan demam. Aku tidak bisa beranjak dari tempat tidur. Dan aku mulai terbatuk-batuk tiap saat. Ditambah lagi, muncul sariawan di lidahku, yang makin membuatku tak nyaman saat makan. Setelah aku minum OBH Combi, badanku jadi lebih membaik. Dan setelah istirahat seharian, di Minggu malam aku siap untuk kembali ke Jakarta, meskipun sempat dilarang oleh ibu.
Perjalanan ke Jakarta dengan naik kereta Jogja-Jakarta yang paling nyaman, tak lantas membuatku bisa tidur malam itu. Lagi-lagi aku merasa badan tidak nyaman, dan sulit tidur. Singkat cerita sampai Jakarta, aku kembali merasakan tenggorokanku tidak nyaman. Kali ini tenggorokanku terasa panas, dan batuk makin menjadi-jadi. OBH COmbi kali ini tidak banyak menolong. Akhirnya hari itu pun aku tidak masuk kantor karena merasa badanku tidak kuat.
Siangnya, aku menguatkan diri untuk ke RS Siloam dekat kostQ. Karena aku dicurigai kena radang, aku langsung ke dokter THT. Dengan sedikit mengeluh karena biaya periksa di RS (eks) International itu cukup mahal, aku masuk ke ruang periksa dokter THT. Yang mengejutkanku, sang dokter sama sekali tidak mengatakan kalau aku radang. Dia bilang tenggorokanku sedang sensitif. Aku pun diberi 2 jenis obat yang keduanya hanya diminum 1x sehari. Yang bikin rada kesel adalah saat mengetahui ongkos dokternya lebih mahal drpd biaya obatnya.hadeehhh...
Setelah minum obat,siang itu aku tertidur. Saat bangun, aku mendapati badanku yang kembali demam, dan suaraku menghilang. Aku makin panik kala itu. Aku sempat minta tolong temanku untuk dibelikan parasetamol, untuk jaga-jaga kalau nanti malam panasku makin parah. Malam harinya aku minum obat lagi, dengan harapan aku bisa cepat sembuh. Tapi keesokan harinya, keadaanku justru makin parah. Kepalaku pusing, seperti dunia ini muter-muter. Batuk makin parah, suara makin hilang, dan sariawanku makin melebar. Untuk ngomong, aku perlu berjuang keras menahan sakit. Karena keadaanku yang makin parah, aku diantarkan oleh teman kantorku untuk ke Rumah Sakit lagi. Kali ini aku ke dokter umum.
Aku bertemu dengan dr.Andrian. Dokter yang ramah dan baik hati itu mengatakan bahwa aku terkena radang. Dia membuatkan resep obat yang banyak sekali buatku. Untungnya obat-obat itu diracik, sehingga aku tidak perlu meminum berbutir-butir obat setiap harinya. Selain itu aku juga diberi parasetamol dan antibiotik. Kali ini setelah periksa aku merasa lebih optimis akan segera sembuh. Biaya yang kukeluarkan tidak jauh beda dari kemarinnya. Selisih sedikit, tapi tidak lebih mahal dari biaya periksa ke dokter spesialis. Kali ini mahalnya di obatnya. Gapapalah, yang penting semoga cepet sembuh.
Benar saja, sore harinya setelah minum obat, badanku jadi merasa lebih enak. Meskipun suara hilang, tapi kepala dan badanku menjadi lebih enteng. Besok paginya, aku pun sudah kuat untuk kembali berangkat ke kantor dengan suaraku yang seperti habis nge-rock semalam suntuk :D
Disaat sakit seperti itu, aku merasa bahwa untuk menjadi sehat itu mahal. Selain mengorbankan uang jajan untuk dibagikan dengan dokter, aku juga harus mengorbankan waktuku untuk rajin minum obat. Minum obat adalah hal yang sangat kubenci. Aku harus menyingkirkan kebencianku agar bisa sehat. Aku harus dengan ikhlas dan senang hati rajin minum obat. Dan yang harus kubayar mahal adalah saat aku harus merasakan pahitnya mulut. entah itu pahit karena sakit, atau pahit karena obat. Aku sangat sangat tidak suka saat mulutku terasa pahit. Selain itu, aku juga harus menggunakan waktuku untuk banyak beristirahat. Aku tidak bisa pergi-pergi untuk bermain. Aku juga tidak bisa merasa makan enak. Boro-boro makan enak. Untuk makan saja aku harus menahan sakit. Tapi aku harus melalui itu semua agar aku bisa sehat kembali.
Itulah harga mahal yang harus dibayarkan untuk kembali sehat saat sakit. Padahal kalau kita bisa menjaga kesehatan, sehat itu tidak mahal. Karena kalau sehat, kita tidak perlu biaya ekstra untuk obat, tidak perlu meluangkan waktu untuk minum obat sesuai jadwal, dan tidak perlu menyediakan waktu ekstra untuk tidur. Jadi alangkah baiknya kalau kita selalu berlaku hidup sehat, agar bisa lebih hemat dan tetap sehat. Agar sehat menjadi tidak mahal. :)
Langganan:
Postingan (Atom)