Sabtu,8 Mei 2010. Hari itu aku menjalani berbagai kegiatan yang cukup padat. Perjalanan panjang dan berbagai kegiatan, yang cukup melelahkan. Jam 11 malam, aku baru aja selesai mempersiapkan bahan-bahan sekolah minggu bersama teman-temanku. Persiapan yang sebenarnya hal kecil, tapi butuh ketelatenan. Apalagi malam itu terasa melelahkan karena perjalanan dan kegiatan di siang harinya.
Sebelumnya, di sabtu pagi setelah bangun tidur, sesuai rencana semula, aku dan teman-temanku akan mengunjungi tempat Ziarah baru bagi umat Katolik-agama yang kupercayai- di daerah Kulon Progo, Yaitu Goa Maria Lawangsih. Kami semua sama-sama belum tahu, dimana tepatnya letak Goa Maria Lawangsih. Berdasarkan informasi dari teman yang sudah pernah berkunjung ke sana, kami berangkat dengan penuh semangat. Kami belum tahu bagaimana medan yang akan kami lalui. Yang kami tahu, tempat itu berada di daerah pegunungan. Kami mengira jalan yang kami lalui biasa-biasa saja. Tapi perkiraan kami tidak sesuai dengan kenyataan. Ternyata, jalan menuju tempat Ziarah baru itu merupakan jalan di pegunungan yang terjal. Sangat terjal, dan panjang. Kami tak menyangka bahwa perjalanan akan se-mengerikan dan se-melelahkan itu. Motor yang kami pakai hamper saja tidak kuat saat jalan menanjak. Kami berjalan sangat pelan. Sehingga perjalanan itu terasa sangaaaat panjaaang….
Tapi sesampainya di sana, Kami tidak kecewa. Kami mendapatkan suasana yang sangat adem, sunyi, nyaman. Tempat yang tepat untuk mencari ketenangan. Perjalanan yang mendebarkan dan melelahkan seolah terhapus dengan apa yang kami peroleh di Goa Maria Lawangsih itu. Tempat doa yang adem, membuat badan dan pikiran juga ikut adem, suasana yang tenang, tempat doa yang sunyi, dan diiringi dengan suara alam khas hutan, serta suara air mengalir bergemericik dan tetesan air dari dinding goa, yang sangat mendukung untuk memperoleh ketenangah batin.
Saat perjalanan pulang, kami melewati pemukiman penduduk(yang juga kami lewati saat berangkat), yang saat itu banyak penduduk yang sedang beraktifitas. Kami melewati mereka begitu saja, tanpa mengucap permisi. Sampai akhirnya ada warga yang berseru “nggih,monggo” (artinya “ya,silahkan..”) Kata-kata tersebut merupakan jawaban dari kata “permisi” dalam bahasa jawa. Ya, kami disindir. Kejadian kecil itu membuat temanku jadi terinspirasi untuk melakukan sesuatu yang berbeda.
Setelah perjalanan pulang kami berakhir, kami melaksanakan tugas kami, yaitu bertugas jaga parkir di Gereja. Biasanya kami bertugas hanya menempelkan karcis parkir, menunggu misa selesai, dan menarik kembali karcis plus uang seikhlasnya dari umat yang selesai misa. Semua itu kami lakukan sambil mengobrol. Terkadang sambil bercanda.
Temanku yang tadi merasa tersindir dengan ucapan seorang penduduk di sekitar tempa Ziarah mulai menyampaikan ide-nya untuk melakukan hal yang berbeda, berdasarkan kejadian yang dialami di jalan tadi. Kami ditantang untuk melakukan 3S(senyum salam sapa) seperti moto pegawai pom bensin, kepada seluruh umat yang datang, saat kami menempelkan dan menarik kembali karcis parkir. “Selamat sore pak,bu.. Silahkan maju” kurang lebih seperti itu, saat menempelkan karcis parkir. Dan “Terimakasih pak, bu… Selamat Jalan, hati-hati di jalan…” saat menarik uang dan karcis parkir kembali. Saat mendengar ide itu, kami semua hanya tertawa. Malu untuk melakukannya. Hal itu terasa sangat aneh. Tapi karena merasa tertantang, aku dan teman-teman mau melakukannya. Meskipun awalnya kami terkesan tidak serius, karena kami merasa canggung, dan menutupi rasa itu dengan tertawa. Saat aku mencoba, pertama kali aku merasa malu. Tapi saat aku mendapatkan respon yang baik, saat umat yang aku sapa kembali menyapaku, dan tersenyum, aku merasakan kebahagiaan tersendiri. Aku benar-benar merasa senang, saat aku bisa membuat orang lain tersenyum padaku, dengan tulus. Orang yang saat datang sedikit cemberut, saat kami sapa, mereka tersenyum. Mereka terlihat sangat senang. Sensasi saat melakukan hal itu sangat luar biasa. Kali ini aku tidak lebay. Benar-benar sangat senang saat bisa melihat dan merasakan hal itu. Tidak sampai di situ saja. Saat misa selesai, sebagian besar umat malah justru menyapa kami terlebih dulu. Woow! Kami merasa sangat dihargai.
Memang, awalnya kami malu untuk memulai. Tapi saat kami mencoba memberanikan diri untuk memulai, kami dapat merasakan hasilnya. Ya, sesuai kata yang diucapkan temanku saat mencoba mengajak kami untuk memulai hal yang berbeda; “selalu ada yang pertama dalam segala hal” memang sulit untuk menjadi yang pertama dan memulai sesuatu yang berbeda. Tapi asalkan ada niat, kemauan dan keberanian untuk memulai menjadi berbeda, kita pasti bisa! Let’s try…
-Dicuekin saat kita menyapa orang, ternyata sangat menjengkelkan dan menyakitkan. Hal ini mengingatkan kami dengan pegawai pom bensin saat melayani kita, yang sering kita cuekin. Setelah penngalaman sore ini di tempat parkir gereja, kami berniat untuk membalas sapaan mereka. Semoga kami bisa selalu ingat akan apa yang kami alami hari ini-
Sebelumnya, di sabtu pagi setelah bangun tidur, sesuai rencana semula, aku dan teman-temanku akan mengunjungi tempat Ziarah baru bagi umat Katolik-agama yang kupercayai- di daerah Kulon Progo, Yaitu Goa Maria Lawangsih. Kami semua sama-sama belum tahu, dimana tepatnya letak Goa Maria Lawangsih. Berdasarkan informasi dari teman yang sudah pernah berkunjung ke sana, kami berangkat dengan penuh semangat. Kami belum tahu bagaimana medan yang akan kami lalui. Yang kami tahu, tempat itu berada di daerah pegunungan. Kami mengira jalan yang kami lalui biasa-biasa saja. Tapi perkiraan kami tidak sesuai dengan kenyataan. Ternyata, jalan menuju tempat Ziarah baru itu merupakan jalan di pegunungan yang terjal. Sangat terjal, dan panjang. Kami tak menyangka bahwa perjalanan akan se-mengerikan dan se-melelahkan itu. Motor yang kami pakai hamper saja tidak kuat saat jalan menanjak. Kami berjalan sangat pelan. Sehingga perjalanan itu terasa sangaaaat panjaaang….
Tapi sesampainya di sana, Kami tidak kecewa. Kami mendapatkan suasana yang sangat adem, sunyi, nyaman. Tempat yang tepat untuk mencari ketenangan. Perjalanan yang mendebarkan dan melelahkan seolah terhapus dengan apa yang kami peroleh di Goa Maria Lawangsih itu. Tempat doa yang adem, membuat badan dan pikiran juga ikut adem, suasana yang tenang, tempat doa yang sunyi, dan diiringi dengan suara alam khas hutan, serta suara air mengalir bergemericik dan tetesan air dari dinding goa, yang sangat mendukung untuk memperoleh ketenangah batin.
Saat perjalanan pulang, kami melewati pemukiman penduduk(yang juga kami lewati saat berangkat), yang saat itu banyak penduduk yang sedang beraktifitas. Kami melewati mereka begitu saja, tanpa mengucap permisi. Sampai akhirnya ada warga yang berseru “nggih,monggo” (artinya “ya,silahkan..”) Kata-kata tersebut merupakan jawaban dari kata “permisi” dalam bahasa jawa. Ya, kami disindir. Kejadian kecil itu membuat temanku jadi terinspirasi untuk melakukan sesuatu yang berbeda.
Setelah perjalanan pulang kami berakhir, kami melaksanakan tugas kami, yaitu bertugas jaga parkir di Gereja. Biasanya kami bertugas hanya menempelkan karcis parkir, menunggu misa selesai, dan menarik kembali karcis plus uang seikhlasnya dari umat yang selesai misa. Semua itu kami lakukan sambil mengobrol. Terkadang sambil bercanda.
Temanku yang tadi merasa tersindir dengan ucapan seorang penduduk di sekitar tempa Ziarah mulai menyampaikan ide-nya untuk melakukan hal yang berbeda, berdasarkan kejadian yang dialami di jalan tadi. Kami ditantang untuk melakukan 3S(senyum salam sapa) seperti moto pegawai pom bensin, kepada seluruh umat yang datang, saat kami menempelkan dan menarik kembali karcis parkir. “Selamat sore pak,bu.. Silahkan maju” kurang lebih seperti itu, saat menempelkan karcis parkir. Dan “Terimakasih pak, bu… Selamat Jalan, hati-hati di jalan…” saat menarik uang dan karcis parkir kembali. Saat mendengar ide itu, kami semua hanya tertawa. Malu untuk melakukannya. Hal itu terasa sangat aneh. Tapi karena merasa tertantang, aku dan teman-teman mau melakukannya. Meskipun awalnya kami terkesan tidak serius, karena kami merasa canggung, dan menutupi rasa itu dengan tertawa. Saat aku mencoba, pertama kali aku merasa malu. Tapi saat aku mendapatkan respon yang baik, saat umat yang aku sapa kembali menyapaku, dan tersenyum, aku merasakan kebahagiaan tersendiri. Aku benar-benar merasa senang, saat aku bisa membuat orang lain tersenyum padaku, dengan tulus. Orang yang saat datang sedikit cemberut, saat kami sapa, mereka tersenyum. Mereka terlihat sangat senang. Sensasi saat melakukan hal itu sangat luar biasa. Kali ini aku tidak lebay. Benar-benar sangat senang saat bisa melihat dan merasakan hal itu. Tidak sampai di situ saja. Saat misa selesai, sebagian besar umat malah justru menyapa kami terlebih dulu. Woow! Kami merasa sangat dihargai.
Memang, awalnya kami malu untuk memulai. Tapi saat kami mencoba memberanikan diri untuk memulai, kami dapat merasakan hasilnya. Ya, sesuai kata yang diucapkan temanku saat mencoba mengajak kami untuk memulai hal yang berbeda; “selalu ada yang pertama dalam segala hal” memang sulit untuk menjadi yang pertama dan memulai sesuatu yang berbeda. Tapi asalkan ada niat, kemauan dan keberanian untuk memulai menjadi berbeda, kita pasti bisa! Let’s try…
-Dicuekin saat kita menyapa orang, ternyata sangat menjengkelkan dan menyakitkan. Hal ini mengingatkan kami dengan pegawai pom bensin saat melayani kita, yang sering kita cuekin. Setelah penngalaman sore ini di tempat parkir gereja, kami berniat untuk membalas sapaan mereka. Semoga kami bisa selalu ingat akan apa yang kami alami hari ini-
3 komentar:
Aq baca ken,,
sip sip di dlmny aq ikut mengalaminy,,
ad comment baru dr ibu2 yg qt sapa 'wah mbk kaya pegawai bank'...hehe
ow 3s ini d awali dr sapaan orng yg qt jumpai tho..aq ndak menydariny,,
tetap menyenangkan d hari itu walaupun together n forever ber-4 yo..hehe
andaikan hr itu lbh rame..
iya mit.... :)
emang kok, 3s sangat menyenangkan.
menyenangkan diri sendiri sekaligus orang lain. buat mengawalinya emang sulit, tapi itu harus dilakukan. dan itu bisa dimulai dengan menyapa orang yang kita jumpai..
hohoho...iya, seharian semalaman ber-4. (malamnya minus pupu ding..)
ditunggu touring berikutnya, dan 3s berikutnya bersama2... :)
Di sebuah gereja Bdg, pertama kali dengar sapaan hbs parkir, jd ketawa, jd ingat waktu dl suka tgs parkir.
'Terimakasih.Hati-hati di Jalan. Semoga selamat sampai tujuan.'
Kata2 ini diteriakkan rame2 oleh OMK yg bertugas parkir.
Tapi lama2 sapaan itu terdengar garing coz diucapkan sambil lalu. Mereka mengucapkan itu tanpa ekspresi terkesan hafalan di luar kepala, seperti hanya memutar kaset aja. Habis mengucapkan salam, tanpa jeda, lanjut ngobrol, becanda ma temen2nya.
So pesanku, klo menyapa, sapalah dgn tulus, biar org yg disapa merasa benar2 disapa, bkn coz sebuah basa-basi belaka.
Hayo hayo.... Lanjutkan.
Bagus bagus....
Posting Komentar