Jumat, 28 Oktober 2011

Rindu

Akhir-akhir ini hujan merupakan harapan bagi sebagian besar orang. Siang-malam yang terasa panas dan 'sumuk', mendung nanggung yang selalu mondar-mandir yang membuat bumi menjadi semakin pengap, dan kekeringan yang melanda di beberapa wilayah, membuat banyak orang mendambakan hujan, termasuk aku.
Malam ini, aku dibuat terkenang oleh bau khas tanah tersiram hujan. Hujan yang hanya turun sejenak cukup kuat untuk melempar memoriku pada saat-saat hujan sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu, saat aku masih tinggal di kamar kecil di sebuah rumah di Jl. Solo, kost wanita Djasol.
Dulu, aku adalah mahasiswi yang hobi begadang. Tugas kuliah atau koneksi internet gratis atau kumpulan film-film favorit selalu menemaniku menghabiskan malam. Jadwal ujian juga pasti selalu menjadi salah satu alasanku untuk begadang. Tapi ada satu hal yang tidak pernah absen menemaniku, secangkir cappuccino...
Karena sebagian besar penghuni kost itu banyak yang tidak suka beraktifitas di malam hari, maka kegiatan begadang selalu aku jalani sendirian. Internet atau film kadang membuatku bosan (kalo tugas dan ujian, nggak perlu ditanya, pasti juga membuatku bosan ;p), tapi ada satu teman yang tidak pernah membuatku bosan. Hujan... Waktu dia datang, segera aku menyambutnya dengan membuka pintu kamarku yang terletak di lantai atas itu. Aku tinggalkan kegiatanku sebelumnya, kuambil teman setiaku, secangkir cappucino, dan kunikmati suara hujan yang membuat malam jadi ramai tapi tetap damai. Saat-saat seperti itu adalah saat yang sangat nyaman.
Segera aku buat secangkir cappuccino, dan kunikmati sisa-sisa hujan sambil menikmati cappuccinoku, dan kubayangkan aku sedang berada di kamar kostku... :)

Selasa, 11 Oktober 2011

Dangerous and Sweet - Lenka

It's difficult to see from the surface
But everything goes in
And it stings like a spider
Hits you deep inside and

I know that you are just like me oversensitive
We're an ordinary breed
Taking everything for much more than it means
Well, it's dangerous and it's sweet
Cut us and we bleed

All these words we speak casually
Well, maybe I'm just weak, but it hurts me
Everything you said, everything you said
Everything you said, well it cuts like a knife
It hurts me deep inside and


I know that you are just like me oversensitive
We're an ordinary breed
Taking everything for much more than it means
Well, it's dangerous and it's sweet
Cut us and we bleed

I should put on my armor the next time I see you
So I won't be harmed
But I know I can shoot my own arrows, I'm sorry I hurt you
I know that like me you can be oversensitive

I know that you are just like me oversensitive
We're an ordinary breed
Taking everything for much more than it means
Well, it's dangerous and it's sweet
Yeah, it's dangerous and sweet
Don't you know it's dangerous and it's sweet?
Cut us and we bleed

Senin, 03 Oktober 2011

Hari Spesial (re-post)


Buat bapak dan Ibu... :)
Hari Spesial
Senin pagi,saat aku terbangun,badan terasa lemas.capek sekali rasanya.meskipun tidak begadang,mata terasa berat..masih saja aku bermalas-malasan di tempat tidur,padahal saat itu sudah waktunya para pelajar memulai kegiatannya di sekolah..
Melihat anaknya yg masih memeluk guling saat hendak berangkat kerja,ibuku tidak marah,atau memaksaku bangun.beliau hanya membuka pintu kamarku,dan membiarkan pintu lain terbuka agar sinar matahari langsung masuk kamarku.ibu hanya berkata 'pintunya dibuka saja ya,biar udara segar bisa masuk',lalu ibu berangkat kerja.tak lama,aku pun beranjak bangun,karena terlalu silau utk kembali tidur..
Begitu cara ibu membangunkanku pagi ini.tanpa marah,tanpa banyak kata2. Betapa sabarnya ibu menghadapi anaknya yg susah bangun pagi..
Ini hanya tentang bangun pagi..tidak terhitung tingkah2 menjengkelkan yg kulakukan,tapi ibu selalu tetap sabar.marahpun hanya sebentar,tak selama marahku ketika kesalahan2 kecil yg kadang tak sengaja ibu lakukan.
Bapak,beliau lebih sabar lagi.sejak aku lahir,sampai sekarang,bapak marah padaku tidak lebih dari jumlah jari salah satu tanganku..
Ibuku selalu perhatian.saat aku gelisah,ibu pasti tahu.ibu selalu membuatku kembali tenang..
Bapak pun begitu.bapak hafal makanan2 kesukaanku.bapak selalu membelikan untukku tiap ada kesempatan.
Saat anak2nya sedang dalam beratnya cobaan,bapak dan ibu selalu berdoa untuk kami.tengah malam mereka bangun,hanya untuk kami,anak-anaknya.
Betapa beruntungnya aku,dilahirkan dan dibesarkan oleh orang-orang hebat seperti mereka..yang selalu menyayangi kami,anak-anaknya..

Hari ini,6 juni 2011,mereka berulang tahun.. Semoga mereka tetap selalu menjadi orang tua terhebat bagi kami.semoga mereka selalu diberi kekuatan dan kesehatan dalam mendampingi kami..
Maturnuwun Pak,Bu....
Selamat hari ulang tahun pernikahan yang ke-31...

-anakmu-



Perahu Kertas ngebut


Belum lama ini aku baru saja selesai memaca ‘Perahu Kertas’, novel setebal 434halaman karangan Dewi Lestari, yang kubaca dalam waktu kurang dari 12jam! Ini rekor tersendiri buatku. Untuk ukuran novel yang pada awalnya tidak aku tahu bagaimana ceritanya, rekor ini sangat luar biasa buatku.hehehe... Novel dengan cerita yang dulu membuatku sangat penasaran pun tak bisa kuselesaikan dalam waktu secepat itu. Twilight misalnya. Aku butuh waktu sekitar seminggu untuk selesai membacanya. Padahal dari bentuknya aja sudah terlihat kalau Twilight lebih tipis daripada Perahu Kertas. Niat dan Ada waktu. Mungkin itu sebabnya. J
Seharian mulai dari jam 1 siang setelah aku bangun tidur (maklum, karena beberapa hari sebelumnya aku begadang, jadi masih butuh extra sleep time. :p), aku mulai membuka buku itu. Setelah setengah jam membaca, aku sudah masuk di dunia lain, ga peduli apa yg terjadi di sekitarku. Semua sms aku cuekin, ibu yang ngajak ngobrol Cuma aku jawab dengan “hmmm” atau “yaa”. Sampe akhirnya kakakku pulang sekitar jam 10 malam, dan membawakanku swikee, aku baru ingat kalo seharian belom makan! Aku pun makan dengan segera, pengen cepet-cepet lanjutin baca. Selesai makan, aku baca lagi, dan tidak lama aku merasa badanku lengket2 ga enak gitu. Ternyata karena seharian belom mandi! :p. Jam 11 malam aku selesai mandi dan menyelesaikan sedikit halaman yang belum terbaca itu. Dan akhirnya....akhirnya.... akhirnyaaaaa, jam 1.30 aku selesai membaca! Horeeee.... :D (apa deh...)
Perahu kertas ini menceritakan tentang kisah dua orang aneh yang sangat berbeda dunianya. Yang cewek, Kugy, seorang pengkhayal yang bercita-cita jadi seorang ‘juru dongeng’ yang acak-acakan baik sikap atau penampilannya. Yang cowok, Keenan, adalah seorang (yang ingin jadi) seniman, yang suka sekali melukis. Dunia dan kehidupan mereka jauh berbeda. Yang satu super cerewet dan berantakan, yang satu cenderung anteng dan ganteng. Yang satu keluarganya bahagia dan ceria, satunya keluarganya hidup dalam luka masa lalu. Dan masih banyak perbedaan. Satu-satunya kesamaan mereka adalah predikat ‘orang aneh’ yang diberikan teman-teman mereka.
Love at first sight, perasaan yang tak terungkapkan, harapan, gejolak hati. Kurang lebih itu yang ada di cerita Perahu Kertas. Setidaknya itu yang membuatku tertarik dengannya. Rata-rata cerita kayak beginian yang menarik buat aku baca. Kisah-kisah yang hanya dibaca saja rasanya bisa ikut merasakannya. :D
Membaca buku ini rasanya seperti makan permen nano-nano. Nggak terus tiba merasa manis/asem/asin di lidah juga sih. Membaca buku ini bisa dibuat senyum dikit, senyum agak banyak, senyum banyak, dan akhirnya ngakak. Lalu bisa juga dibuat hatinya ikut teriris-iris (lebay bgt ga ya istilahnya?), seperti merasakan apa yang dirasakan tokohnya. Kalau membaca dengan sepenuh hati dan segenap jiwa plus sensitifitas yang tinggi,membaca buku ini bisa dibuat mewek, nangis gitu. Tapi kaya naik roller coaster, dalam keadaan mewek dan berair mata, tiba-tiba dibuat ketawa! Seru pokoknya. :D

Mengeluh


Disaat merasa mentok, kecewa, sedih, kesulitan atau hal-hal susah lainnya, biasanya banyak yang berujung dengan melakukan seperti judul tulisan ini. Mengeluh. Sepertinya mengeluh adalah ujung dari segala kesusahan yang dialami manusia. Aku yang juga manusia sering mengalami dan melakukannya. Mengeluh itu seperti sampai di ujung jalan. Jalan itu bukan jalan yang membawa kita sampai ke tujuan, tetapi jalan itu adalah jalan buntu! Ketika mengeluh, ya sudah, sampai disitu saja, tidak akan ada solusi. Belum lagi efek mengeluh pada orang-orang di sekitar kita. Mereka bisa jengah, merasa yg mengeluh itu manusia yang kurang bersyukur, dan lain-lain. Belum tentu orang di sekitar kita ada dalam keadaan yang lebih nyaman daripada apa yang kita alami. Ujung-ujungnya dengan mengeluh hanya akan menyebarkan energi negatif.  
Ketika dalam keadaan hati dan emosi yang baik-baik saja, aku sadar tentang apa yang kutulis diatas. Ngomong emang gampang ya. Saat aku merasa dalam keadaan sulit,atau kecewa, tidak jarang aku mengeluh. Aku seperti lupa kalau mengeluh itu tidak baik. Seperti lupa bersyukur. Seperti lupa memperhatikan keadaan orang di sekitarku. Di saat aku ingat,seperti saat ini, aku Cuma bisa menyesal. Untuk bapak,ibu, kakak-kakakku, pacarku, sahabat-sahabatku, teman-temanku, dan siapapun yang mengenalku, yang pernah mendengarku mengeluh, aku minta maaf... Meskipun aku belum sampai pada tingkat kesabaran tinggi, yang bisa ketika sedang kesusahan bisa mengingat bahwa mengeluh itu tidak baik, aku akan berusaha untuk sampai pada tingkatan itu.
Kata Ajahn Brahm, ada pepatah Budhis yang mengatakan “daripada mengeluhkan kegelapan, lebih baik menyalakan lilin.” Kalau mengeluh dalam kegelapan, gelap itu akan jadi lebih gelap dan pengap buat orang lain. Tapi kalau menyalakan lilin, orang lain akan ikut merasakan terangnya. Ya!Mencari solusi lebih baik daripada mengeluh. Mari berusaha... J

Sabtu, 01 Oktober 2011

Petunjuk Kedamaian Pikiran untuk si Bodoh

Judul dari tulisan ini adalah salah judul dari kumpulan cerita milik Ajahn Brahm yang lain. Cerita ini ada sedikit kaitannya dengan cerita 'yang sudah selesai, ya sudah selesai'. Cerita ini membuatku lebih mengerti maksud yang ingin Ajahn Brahm sampaikan dalam cerita sebelumnya. selamat membaca... :)
“Petunjuk Kedamaian Pikiran untuk si Bodoh”
Saya menceritakan kisah sebelumnya (Yang sudah selesay, ya sudah selesai) kepada sekelompok besar pendengar, pada suatu jumat petang di Perth. Pada hari Minggu-nya seorang ayah datang dengan marah-marah untuk berbicara kepada saya. Dia mengikuti ceramah tersebut dengan anak remajanya. Masalahnya, ketika hari Sabtu siang si anak ingin pergi bersama teman-temannya, si ayah bertanya kepada anaknya, “Kamu sudah bikin PR belum?” Anaknya menjawab, “Seperti yang diajarkan Ajahn Brahm semalam di wihara, Papa, yang sudah selesai, ya sudah selesai! Daa...daaa...!”
Pada hari minggu berikutnya, saya menceritakan kisah yang lain.
Kebanyakan orang di Australia memiliki taman di rumahnya, tetapi hanya segelintir orang yang tahu bagaimana menemukan kedamaina di taman mereka. Bagi orang lainnya, taman hanyalah tempat bekerja yang lain. Jadi saya menganjurkan mereka yang punya taman untuk memelihara keindahan taman dengan berkebun sejenak, dan memelihara hati mereka dengan sejenak duduk dalam damai di tamannya, menikmati berkah alam.
Orang bodoh pertama akan berpikir, ini gagasan bagus yang mengasyikkan. Jadi, pertama-tama mereka memutuskan ntuk membereskan segala pekerjaan remeh-temeh, sesudah itumereka baru akan melarutkan diri dalam kedamaian di taman. Jadi, hamparan rumput harus dipotong, bunga perlu disirami, dedaunan perlu dipangkas, semak-semak harus dibabat, jalan setapak harus disapu.... Tentu saja itu bsemua menghabiskan seluruh waktu luang mereka, dan pekerjaan yang beres pun baru sebagian kecil. Pekerjaan merekan jadinya tak pernah selesai, dan mereka tak akan pernah memiliki sejenak waktu untuk diam dalam damai. Pernahkah Anda perhatikan bahwa di dalam budaya kita, orang-orang yang “istirahat dalam damai” hanya dapat ditemukan di pekuburan?
Orang bodoh kedua berpikir bahwa mereka lebih pintar dari orang bodoh pertama. Mereka menyingkirkan semua garu dan penyiram, lantas duduk di taman sambil membaca majalah, bisa jadi, yang berisi gambar pemandangan alam nan aduhai. Tetapi, itu berarti menikmati majalah, bukannya menemukan kedamaian di taman.
Orang bodoh ketiga menyingkirkan semua peralatan berkebun, semua majalah, koran dan radio, dan duduk diam dalam damai di tamannya....selama kira-kira 2 detik! Lalu mereka mulai berpikir, “Rumput itu perlu dipotong dan semak-semak di sana harus dibabat segera. Jika saya tidak segera menyiram bunga-bunga itu, mereka akan layu. Dan rasanya tanaman kaca-piring yang indah akan tampak bagus di sudut sana. Ya! Dengan sedikit hiasan tempat mandi burung di depan situ. Saya bisa membelinya di tempat pembibitan....” Itu sih namanya menikmati berpikir dan berencana. Tak ada kedamaian pikiran di situ.
Pekebun yang bijak akan mempertimbangkan, “Saya telah bekerja cukup lama, sekarang waktunya untuk menikmati buah dari pekerjaan saya untuk mendengarkan kedamaian. Jadi biarpun rumput perlu dipotong dan dedaunan harus dipangkas dan bla, bla, bla! TIDAK SEKARANG.” Dengan cara inilah, kita temukan kebijaksanaan untuk menikmati taman, sekalipun tidak sempurna.
Siapa tahu ada seorang biksu tua Jepang bersembunyi di balik salah atu semak siap untuk melompat keluar dan memberitahu kita betapa sempurnanya taman tua kita yang berantakan. Sungguh, jika kita memusatkan perhatian kepada pekerjaan yang telah kita selesaikan, alih-alih memusatkan pada pekerjaan yang masih harus diselesaikan, mungkin kita akan mengerti bahwa yang sudah selesai, ya sudah selesai. Namun, jika kita memusatkan perhatian hanya untuk melihat kesalahan pada sesuatu yang harus diperbaiki, seperti dalam kasus tembok bata di wihara saya, kita tidak akan pernah tahu apa itu kedamaian.
Pekebun yang bijak akan menikmati lima belas menit kedamaian di tengah kesempurnaan dari tidak sempurnanya alam, tidak berpikir, tidak berencana, dan tidak merasa bersalah. Kita semua berhak untuk pegi dan mendapatkan kedamaian; tetapi orang lain pantas kehilangan kedamaian dengan cara mereka sendiri! Lalu setelah memperoleh bagian penting dan vital dari lima belas menit dalam damai, kita bisa meneruskan tugas berkebun kita.
Saat memahami bagaimana menemukan kedamaian di taman, kita akan tahu bagaimana menemukannya kapan saja, di mana saja. Khususnya, kita akan tahu bagaimana menemukan kedamaian di dalam taman hati kita, sekalipun pada saat kita berpikir bahwa adabegitu banyak ketidakberesan, begitu banyak yang harus diselesaikan.
Ajahn Brahm