Ahhh.. leganya, akhirnya kegalauanku yang ga jelas itu berakhir juga, seiring berakhirnya tayangan episode terkahir The Heirs hari Jumat lalu. Seperti saat datang, galau itu pergi dengan mudahnya juga. Beruntung juga aku punya bakat "mudah lupa".hihihi... Membaca tentang kegalauanku, rupanya masyer cukup cepat tanggap. Dia segera download semua episode The Heirs untukku. Tapi sayangnya sekarang aku sudah tidak terlalu berminat menontonnya. Bagaimanapun juga, makasih ya Mas, udah mengusahakannya buatku.. :)
Mudah galau memang menjadi salah satu masalahku. Tapi Puji Tuhan, aku punya obat yang mujarab, yaitu mudah bersyukur. Aku selalu mencoba untuk mensyukuri segala sesuatu yang kuterima dan kualami. Segala hal buruk bisa jadi masalah, begitu juga hal baik. Namun jika kita melihat dan menerimanya dengan penuh syukur, maka masalah tersebut akan terasa berkurang, bahkan mungkin juga bisa hilang.
Di kehidupan ini, aku merasa heran dengan pola pikir orang dalam memandang dan memperlakukan suatu masalah. Beberapa waktu lalu aku dan masyer membahas tentang iklan perawatan kecantikan wajah di perempatan Gondomanan. Dalam iklan itu,terdapat kata-kata "membantu masalah penuaan...". Aku dan masyer sepakat, bahwa tua adalah hakikat manusia, dan semua orang panjang umur akan menjadi tua. Mungkin yang dimaksud di iklan itu adalah menyediakan perawatan untuk kulit kusam, keriput, noda hitam dll. Tapi kenapa ga dijelaskan aja serinci itu? Kenapa malah menggunakan kata penuaan, dan menyebutnya sebagai masalah? Keriput, kulit kusam, noda hitam, tidak melulu karena penuaan lho. Bagiku dan masyer, iklan itu seperti mempermasalahkan yang bukan permasalahan.
Mungkin sekarang ini banyak orang yang hidupnya tidak bahagia, karena selalu mempermasalahkan hal yang bukan permasalahan seperti itu. Hal-hal kecil bisa bikin stres, atau bisa memicu pertengkaran/perpecahan. Hal yang sebenarnya bukanlah masalah besar, dipermasalahkan sehingga menjadi hal yang memicu amarah dan efek buruk lainnya. Kejadian seperti itu sudah sering terjadi.
Jika kita mampu mempermasalahkan hal yang bukan permasalahan, kenapa kita tidak mencoba menghilangkan permasalahan? Jika punya permasalahan, sekecil apapun itu, kita bisa kok berusaha menghilangkannya. Ada banyak solusi yang dapat menyelesaikan masalah. Kita bisa memilih salah satu, agar permasalahan itu tidak mengganggu/menyusahkan hidup kita dan orang-orang disekitar kita.
Hidup tanpa permasalahan pasti akan terasa hambar. Tapi cara kita memandang dan mengatasi permasalahan, juga akan mempengaruhi hidup kita. Jika kita memandang dan mengatasi masalah dengan positif dan penuh syukur, maka hidup kita akan berwarna dan tetap terasa indah. Tapi jika kita memandang permasalahan dengan negatif dan penuh prasangka buruk, maka hidup kita akan penuh gejolak dan menyedihkan. Lalu bagaimana jika kita mempermasalahkan hal yang sebenarnya bukan permasalahan? Kurasa hidup akan jauh jauh lebih buruk daripada hal-hal buruk.
Tetap positif, dan selalu bersyukur... :)
This is my page. My space. I share what's in my head. Sometime it's inspiring thing. Sometime it's just vent of my mind. What's in this page is just a little piece(s) of my life. You can judge what I write. But not my life ;) - I write what I want to write. Because this is my space
Selasa, 16 Desember 2014
Kamis, 11 Desember 2014
Galau Ga Penting
Aku lagi sebel. Sebel karena aku galau. Yang bikin sebel adalah karena aku galau karena hal ga penting, yaitu galau karena ketinggalan nonton drama korea. Mending-mending kalo galau karena memikirkan masa depan atau keputusan yang menyangkut hidup manusia, galaunya lebih keren dan bermartabat. Nah ini, aku galau karena ga nonton drama korea. Galau yg sangat useless dan ga jelas banget. -_-"
Masih nyambung sama postinganku sebelumnya, aku lagi keranjingan nonton The Heirs. Awal mulanya karena suatu sore, aku lagi sakit. Jadi ga bisa pergi2. Karena aku sudah bosen nonton Masha and The Bear di TV, aku ganti channel ke RCTI, nonton The Heirs. Aku nonton tanpa tau jalan ceritanya. Sampai selesai, aku masih biasa aja. Keesokan harinya, aku ga nonton lanjutannya, karena kebetulan lagi ga di rumah. Keesokan lusanya, aku nonton lagi. Dari situ aku mulai terpikat oleh tatapannya Kim Tan. Dan aku juga mulai penasaran dengan jalan ceritanya. Lalu kucarilah sinopsis, lengkap dengan screenshot tiap adegannya. Awalnya aku mencari sinopsis di episode yang kutonton, sekitar episode 8. Dasarnya aku punya jiwa penasaran yang amat sangat pada hal mendetail, ujung-ujungnya kubaca semua sinopsis dari episode 1-20.
Sejak itu, aku mulai keranjingan nonton drama itu di RCTI. Meskipun sudah tahu jalan cerita dan ending-nya, aku merasa belum mantab kalo belum nonton beneran. Mulailah aku mantengin itu stasiun TV. Masih menyisakan beberapa episode yg belum tayang, RCTI bilang kalau akan ada drama korea lain yg akan tayang. Kupikir hari Rabu 10 Desember akan dikebut untuk menamatkan semua tayangan. Tapi ternyata baru sampai episode 18. Berarti The Heirs akan tamat besok Jumat.
Hari ini aku pergi jemput om-ku di Bandara. Jadwalnya sih jam 12.30 udah sampai Jogja. Jadi jam 14.00 aku sudah bisa nongkrong di depan TV. Tapi karena cuaca buruk, pendaratan dialihkan ke bandara lain. Alhasil om baru sampai jogja jam 16.30. Selama menunggu, aku masih bahagia, karena main-main sama keponakanku sambil belanja di carrefour. Saat balik lagi ke bandara, aku tiba-tiba tersentak karena ga nonton The Heirs! Seketika aku jadi galau. Aku jadi kepikiran terus menerus dan bilang sama kakakku kalau aku galau. Kakakku cuma bilang "Lebayyy... Ga nonton belasan episode, biasa aja. Lha kok ini cuma ketinggalan 1 episode langsung galau!"
Ahhhh, kakakku tidak mengerti perasaanku... Kalo ga nonton tuh rasanya ga mantepppp...Uuugghhh... Harusnya kan hari ini episode manis-manisnya.... (biar sekalian lebay-nya)
Ga penting banget kan kegalauan ini....
Arrrggghhh sebel deh rasanya, galau tapi galaunya ga penting gini...
Kayak begini nih yg paling ga aku suka kalo udah penasaran ato suka sama sesuatu... Ga penting pun bisa mempengaruhi suasana hati...
Hmmm... postingan ini pun sebenernya ga penting... Yah sudahlah....
Masih nyambung sama postinganku sebelumnya, aku lagi keranjingan nonton The Heirs. Awal mulanya karena suatu sore, aku lagi sakit. Jadi ga bisa pergi2. Karena aku sudah bosen nonton Masha and The Bear di TV, aku ganti channel ke RCTI, nonton The Heirs. Aku nonton tanpa tau jalan ceritanya. Sampai selesai, aku masih biasa aja. Keesokan harinya, aku ga nonton lanjutannya, karena kebetulan lagi ga di rumah. Keesokan lusanya, aku nonton lagi. Dari situ aku mulai terpikat oleh tatapannya Kim Tan. Dan aku juga mulai penasaran dengan jalan ceritanya. Lalu kucarilah sinopsis, lengkap dengan screenshot tiap adegannya. Awalnya aku mencari sinopsis di episode yang kutonton, sekitar episode 8. Dasarnya aku punya jiwa penasaran yang amat sangat pada hal mendetail, ujung-ujungnya kubaca semua sinopsis dari episode 1-20.
Sejak itu, aku mulai keranjingan nonton drama itu di RCTI. Meskipun sudah tahu jalan cerita dan ending-nya, aku merasa belum mantab kalo belum nonton beneran. Mulailah aku mantengin itu stasiun TV. Masih menyisakan beberapa episode yg belum tayang, RCTI bilang kalau akan ada drama korea lain yg akan tayang. Kupikir hari Rabu 10 Desember akan dikebut untuk menamatkan semua tayangan. Tapi ternyata baru sampai episode 18. Berarti The Heirs akan tamat besok Jumat.
Hari ini aku pergi jemput om-ku di Bandara. Jadwalnya sih jam 12.30 udah sampai Jogja. Jadi jam 14.00 aku sudah bisa nongkrong di depan TV. Tapi karena cuaca buruk, pendaratan dialihkan ke bandara lain. Alhasil om baru sampai jogja jam 16.30. Selama menunggu, aku masih bahagia, karena main-main sama keponakanku sambil belanja di carrefour. Saat balik lagi ke bandara, aku tiba-tiba tersentak karena ga nonton The Heirs! Seketika aku jadi galau. Aku jadi kepikiran terus menerus dan bilang sama kakakku kalau aku galau. Kakakku cuma bilang "Lebayyy... Ga nonton belasan episode, biasa aja. Lha kok ini cuma ketinggalan 1 episode langsung galau!"
Ahhhh, kakakku tidak mengerti perasaanku... Kalo ga nonton tuh rasanya ga mantepppp...Uuugghhh... Harusnya kan hari ini episode manis-manisnya.... (biar sekalian lebay-nya)
Ga penting banget kan kegalauan ini....
Arrrggghhh sebel deh rasanya, galau tapi galaunya ga penting gini...
Kayak begini nih yg paling ga aku suka kalo udah penasaran ato suka sama sesuatu... Ga penting pun bisa mempengaruhi suasana hati...
Hmmm... postingan ini pun sebenernya ga penting... Yah sudahlah....
Selasa, 09 Desember 2014
Terjebak Drama Korea
Beberapa hari ini aku sering merasa melow karena drama korea. Yup, aku sedang terjebak (lagi) dalam "lingkaran setan" drama korea. Kali ini aku sedang terjebak cerita dan pesona para pemain drama "The Heirs". Terakhir kali aku berada dalam keadaan seperti ini adalah sekitar tahun 2011. Kalo ga salah drama korea yang menjebakku adalah drama "Secret Garden". Sejak itu, aku tak pernah benar-benar membiarkan diriku larut dalam drama-drama yang seperti candu itu. Mungkin juga karena aku sudah sibuk kerja, jadi tidak punya waktu untuk marathon nonton dvd drama lagi.hehe
Aku tidak menyukai keadaan seperti ini, dimana aku sangat-sangat terbawa cerita dan terpesona tokoh utama suatu drama. Setiap hari aku bisa memikirkan drama itu, dan enggan melakukan apapun, karena sepanjang hari aku akan melow terbawa kisah yang biasanya dramatis, manis, tapi lucu juga. Seketika aku bisa tergila-gila pada tokoh yang karakternya aku suka. Menyadari hal itu membuat pikiranku jadi tidak sehat, aku seringkali mencari-cari foto pemeran yang kugilai itu. Yang kucari bukanlah foto-foto tampan mempesona. Tapi aku mencari foto-foto jeleknya, untuk menyadarkanku bahwa aku suka pada karakter orang itu, bukan pada aktornya. Aku tidak suka kalau merasa tergila-gila pada orang sampai segitunya. Sebelum aku benar-benar ngefans dengan aktor yang bersangkutan, lebih baik aku mencari hal-hal yang bikin aku ilfil.
Saat ini, untuk kesekian kalinya (eh, baru 2 kali ding) aku menyukai Lee Min Ho. Di drama The Heirs, dia memainkan tokoh Kim Tan, yang ceritanya dia ganteng. Dua hari ini aku sedang banyak mencari foto-foto jelek Lee Min Ho, biar aku ilfil padanya, dan tidak jadi tergila-gila pada Kim Tan ini. Jadi Kim Tan ini ceritanya orang ganteng, keren, kaya, kurang kasih sayang, (dulunya) temperamen, tapi kalo udah sayang sama cewek pasti bener2 diperjuangkan dan juga setia. Kalo diingat-ingat semua drama korea yg aku suka, yg paling berkesan adalah karakter-karakter seperti itu. Sebut saja Gu Jun Pyo (Lee Min Ho) di Boys Before Flower. Kim Joo Won (Hyun Bin) di Secret Garden. Han Tae Seok (Won Bin) di Endless Love. Juga ada Baek Seung Jo (Kim Hyun Joong) di Playful kiss. Setidaknya mereka-mereka inilah yang pernah membuatku terpesona oleh karakter yang mereka mainkan.
Sepanjang hari ini aku berfikir, sebenarnya apa yang membuatku bisa sebegini sukanya sama karakter-karakter mereka, lebih rincinya karakter cowok yang terkesan seenaknya sendiri di hadapan orang-orang sekitarnya. Tapi mereka akan berjuang sekuat tenaga untuk bisa mendapatkan dan membahagiakan wanita yang mereka sukai. Mungkinkah karakter pria seperti inilah yang jadi kriteriaku? hahaha...
Dari karakter-karakter yang kusukai itu, hampir semuanya mengisahkan tentang seorang pria yang ketika berhadapan dengan orang yang mereka sayangi, mereka bisa menjadi diri mereka sendiri dalam segala hal. Mereka menampakkan sisi yang selama ini tidak pernah ditunjukkan di hadapan orang banyak. Ketika berhadapan dengan orang yang disayangi itu, mereka terlihat nyaman dan terlihat bebas karena dia bersikap apa adanya.
Selain itu, yang kusukai dari karakter-karakter yang kusebutkan tadi adalah tatapan mereka. Aktor-aktor yang sebenarnya jauh dari ganteng itu mampu memancarkan kegantengannya melalui akting mereka ketika memandang/menatap orang yang mereka sayangi. Karakter yang kadang terlihat urakan dan sembarangan, tapi mampu memandang seorang wanita dengan penuh sayang dan keseriusan. Asli, tatapan seperti itu benar-benar bikin melting. Tatapan mata seorang pria yang penuh kekaguman, saat dia memandang wanitanya, adalah hal yang paling bisa meluluhkanku. Tatapan tulus yang jauh dari niat menggoda, bisa membuat kakiku lemas seketika.. hehehe...
Balik ke dunia nyata, aku merasa beruntung, aku punya pria yang seperti itu. Pria yang selalu bersikap apa adanya di depanku, meskipun kadang masih suka jaga sikap (karena takut aku marah :p).Pria yang selalu memperjuangkanku sekuat tenaga, walau kadang dia mengabaikan hal-hal penting untuk hal sepele, hanya untukku (masih jadi satu hal yg tidak kusuka, karena dia kurang memikirkan dirinya sendiri). Pria yang bisa menatap tulus pada diriku.
Tujuanku nulis ini adalah untuk mengembalikan pikiranku ke kehidupan nyata. Maklum, saat ini aku masih memiliki banyak waktu kosong untuk memikirkan hal-hal ga penting seperti ini. Menulis apa yang ada di pikiranku seperti ini cukup bisa mengalihkan perhatian dan pikiranku, agar aku tidak terlalu memikirkan Kim Tan lagi. Besok adalah tayangan terakhir The Heirs. Aku sudah tau bagaimana ending ceritanya melalui sinopsis lengkapnya. Semoga besok aku sudah tidak memikirkan drama yang bikin aku termehek-mehek ini. :p
* note: di The Heirs, Choi Young Do (Kim Woo Bin) juga sempet bikin terpesona. Apalagi saat memandangi cewek yang dia suka. Cuma sayangnya dia kasar bgt, jd agak serem deh.
Aku tidak menyukai keadaan seperti ini, dimana aku sangat-sangat terbawa cerita dan terpesona tokoh utama suatu drama. Setiap hari aku bisa memikirkan drama itu, dan enggan melakukan apapun, karena sepanjang hari aku akan melow terbawa kisah yang biasanya dramatis, manis, tapi lucu juga. Seketika aku bisa tergila-gila pada tokoh yang karakternya aku suka. Menyadari hal itu membuat pikiranku jadi tidak sehat, aku seringkali mencari-cari foto pemeran yang kugilai itu. Yang kucari bukanlah foto-foto tampan mempesona. Tapi aku mencari foto-foto jeleknya, untuk menyadarkanku bahwa aku suka pada karakter orang itu, bukan pada aktornya. Aku tidak suka kalau merasa tergila-gila pada orang sampai segitunya. Sebelum aku benar-benar ngefans dengan aktor yang bersangkutan, lebih baik aku mencari hal-hal yang bikin aku ilfil.
Saat ini, untuk kesekian kalinya (eh, baru 2 kali ding) aku menyukai Lee Min Ho. Di drama The Heirs, dia memainkan tokoh Kim Tan, yang ceritanya dia ganteng. Dua hari ini aku sedang banyak mencari foto-foto jelek Lee Min Ho, biar aku ilfil padanya, dan tidak jadi tergila-gila pada Kim Tan ini. Jadi Kim Tan ini ceritanya orang ganteng, keren, kaya, kurang kasih sayang, (dulunya) temperamen, tapi kalo udah sayang sama cewek pasti bener2 diperjuangkan dan juga setia. Kalo diingat-ingat semua drama korea yg aku suka, yg paling berkesan adalah karakter-karakter seperti itu. Sebut saja Gu Jun Pyo (Lee Min Ho) di Boys Before Flower. Kim Joo Won (Hyun Bin) di Secret Garden. Han Tae Seok (Won Bin) di Endless Love. Juga ada Baek Seung Jo (Kim Hyun Joong) di Playful kiss. Setidaknya mereka-mereka inilah yang pernah membuatku terpesona oleh karakter yang mereka mainkan.
Sepanjang hari ini aku berfikir, sebenarnya apa yang membuatku bisa sebegini sukanya sama karakter-karakter mereka, lebih rincinya karakter cowok yang terkesan seenaknya sendiri di hadapan orang-orang sekitarnya. Tapi mereka akan berjuang sekuat tenaga untuk bisa mendapatkan dan membahagiakan wanita yang mereka sukai. Mungkinkah karakter pria seperti inilah yang jadi kriteriaku? hahaha...
Dari karakter-karakter yang kusukai itu, hampir semuanya mengisahkan tentang seorang pria yang ketika berhadapan dengan orang yang mereka sayangi, mereka bisa menjadi diri mereka sendiri dalam segala hal. Mereka menampakkan sisi yang selama ini tidak pernah ditunjukkan di hadapan orang banyak. Ketika berhadapan dengan orang yang disayangi itu, mereka terlihat nyaman dan terlihat bebas karena dia bersikap apa adanya.
Selain itu, yang kusukai dari karakter-karakter yang kusebutkan tadi adalah tatapan mereka. Aktor-aktor yang sebenarnya jauh dari ganteng itu mampu memancarkan kegantengannya melalui akting mereka ketika memandang/menatap orang yang mereka sayangi. Karakter yang kadang terlihat urakan dan sembarangan, tapi mampu memandang seorang wanita dengan penuh sayang dan keseriusan. Asli, tatapan seperti itu benar-benar bikin melting. Tatapan mata seorang pria yang penuh kekaguman, saat dia memandang wanitanya, adalah hal yang paling bisa meluluhkanku. Tatapan tulus yang jauh dari niat menggoda, bisa membuat kakiku lemas seketika.. hehehe...
Balik ke dunia nyata, aku merasa beruntung, aku punya pria yang seperti itu. Pria yang selalu bersikap apa adanya di depanku, meskipun kadang masih suka jaga sikap (karena takut aku marah :p).Pria yang selalu memperjuangkanku sekuat tenaga, walau kadang dia mengabaikan hal-hal penting untuk hal sepele, hanya untukku (masih jadi satu hal yg tidak kusuka, karena dia kurang memikirkan dirinya sendiri). Pria yang bisa menatap tulus pada diriku.
Tujuanku nulis ini adalah untuk mengembalikan pikiranku ke kehidupan nyata. Maklum, saat ini aku masih memiliki banyak waktu kosong untuk memikirkan hal-hal ga penting seperti ini. Menulis apa yang ada di pikiranku seperti ini cukup bisa mengalihkan perhatian dan pikiranku, agar aku tidak terlalu memikirkan Kim Tan lagi. Besok adalah tayangan terakhir The Heirs. Aku sudah tau bagaimana ending ceritanya melalui sinopsis lengkapnya. Semoga besok aku sudah tidak memikirkan drama yang bikin aku termehek-mehek ini. :p
* note: di The Heirs, Choi Young Do (Kim Woo Bin) juga sempet bikin terpesona. Apalagi saat memandangi cewek yang dia suka. Cuma sayangnya dia kasar bgt, jd agak serem deh.
Selasa, 25 November 2014
Janji Sasi Mei
Janji, janji sasi Mei
Kliwat enem sasi
Nanging ya ora dadi
Janji, janji wis rolas sasi
Nganti wis arep Mei
Nanging anane ya mung janji
Janji, janji ora bakal nguciwani
Uwis bola bali
Nanging ora ana bukti
Janji, mbok ya ora usah janji
Yen ora isa nglakoni...
Kliwat enem sasi
Nanging ya ora dadi
Janji, janji wis rolas sasi
Nganti wis arep Mei
Nanging anane ya mung janji
Janji, janji ora bakal nguciwani
Uwis bola bali
Nanging ora ana bukti
Janji, mbok ya ora usah janji
Yen ora isa nglakoni...
Jumat, 14 November 2014
Mirror
Jika lagu hanyalah sebuah lagu, mungkin hari ini aku tidak akan menjadi galau. Cuaca juga sangat mendukung suasana untuk menjadi tambah galau. Rasa galau yang sedang kualami ini bukan karena aku merasa bimbang, resah, atau patah hati. Bisa dibilang aku baik-baik saja, sampai aku mendengarkan sebuah lagu.
Lagu memang bukanlah sekedar musik yang digabung dengan lirik. Bagiku lagu adalah suatu karya yang memiliki daya "magis", yang mampu membawa kembali segala macam kenangan, semangat, kebahagiaan, bahkan perasaan sakit hati yang pernah dirasakan.
Hari ini, aku mendengarkan sebuah lagu, yang hampir sepanjang tahun lalu selalu menjadi temanku tiap malam. Lagu yang selalu kuputar di hari-hari beratku, saat aku berusaha mengatasi dan mengusir segala perasaan kacau yang selalu kusembunyikan. Semua perasaan yang kusimpan dalam kesendirian
Semua yang pernah kurasakan itu kini seakan muncul kembali bersama setiap alunan musik dan liriknya. Perasaan sedih dan sakit yang pernah kurasakan seolah-olah masih ada. Hati dan pikiranku ikut bergejolak bersama kegalauan ini.
Tapi, tak ada sedikitpun niatku untuk menghentikan lagu ini. Aku menikmati kenangan ini, rasa sakit ini. Aku ingin hati dan pikiranku menjadi kebal dan bisa menerimanya. Bukan menolak kenangan, tapi menerimanya sebagai pembelajaran.
Lagu memang bukanlah sekedar musik yang digabung dengan lirik. Bagiku lagu adalah suatu karya yang memiliki daya "magis", yang mampu membawa kembali segala macam kenangan, semangat, kebahagiaan, bahkan perasaan sakit hati yang pernah dirasakan.
Hari ini, aku mendengarkan sebuah lagu, yang hampir sepanjang tahun lalu selalu menjadi temanku tiap malam. Lagu yang selalu kuputar di hari-hari beratku, saat aku berusaha mengatasi dan mengusir segala perasaan kacau yang selalu kusembunyikan. Semua perasaan yang kusimpan dalam kesendirian
Semua yang pernah kurasakan itu kini seakan muncul kembali bersama setiap alunan musik dan liriknya. Perasaan sedih dan sakit yang pernah kurasakan seolah-olah masih ada. Hati dan pikiranku ikut bergejolak bersama kegalauan ini.
Tapi, tak ada sedikitpun niatku untuk menghentikan lagu ini. Aku menikmati kenangan ini, rasa sakit ini. Aku ingin hati dan pikiranku menjadi kebal dan bisa menerimanya. Bukan menolak kenangan, tapi menerimanya sebagai pembelajaran.
"Mirror on the wall, here we are again. Through my rise and fall, you've been my only friend. You told me that they can understand the man I am. So why are we talking to each other again..."
Mirror - Lil' Wayne ft Bruno Mars
Rabu, 12 November 2014
Kota Itu
Kota itu pernah menjadi bagian dari hidupku
Kota itu memberiku banyak kenangan
Dari kenangan yang mengharu biru
Hingga kenangan yang membawa kebahagiaan
Kota itu mengajarkanku tentang kesabaran
Kota itu mengajarkanku tentang kepercayaan
Kota itu juga meresahkanku dengan kebisingan
Kota itu selalu membuatku lelah dalam pikiran
Tapi semua itu tersusun rapi menjadi sebuah kenangan
Aku meninggalkan kota itu
Bukan berarti aku tak ingin lagi bersekutu
Aku hanya tak ingin lagi dihantui rasa sendu
Seperti ketika hati dan pikiranku diserang rindu
Rindu tentang kenyamanan rumahku
Rindu akan kehidupan yang selalu jadi impianku
Aku pergi, namun aku tak pernah membenci
Rindu selalu ada kemanapun aku pergi
Rindu pada segala tempat yang melekat dalam memori
Aku ingin kembali ke sana untuk sekedar meredam rindu ini
Kini aku berada di rumah yang dulu selalu kurindu
Kini hari-hariku tak pernah diliputi rasa sendu
Tapi kini ada seonggok rindu lain yang mulai mengusik
Rindu akan jalanan yang tak pernah tak berisik
Rindu teman seperjuangan yang pernah membuat hidupku asik
Rindu bernostalgia di tempat kupernah tertawa dan bergidik
Kota itu, bukanlah tempat kejam seperti yang orang bilang
Kota itu, meskipun kutinggalkan tapi tetap kusayang
Kota itu, adalah saksi hidupku hingga menjadi seperti sekarang
Kota itu, layak pula untuk kusebut tempat tujuan pulang
Salam rinduku untuk kota itu
Yogyakarta, 12 November 2014
Kota itu memberiku banyak kenangan
Dari kenangan yang mengharu biru
Hingga kenangan yang membawa kebahagiaan
Kota itu mengajarkanku tentang kesabaran
Kota itu mengajarkanku tentang kepercayaan
Kota itu juga meresahkanku dengan kebisingan
Kota itu selalu membuatku lelah dalam pikiran
Tapi semua itu tersusun rapi menjadi sebuah kenangan
Aku meninggalkan kota itu
Bukan berarti aku tak ingin lagi bersekutu
Aku hanya tak ingin lagi dihantui rasa sendu
Seperti ketika hati dan pikiranku diserang rindu
Rindu tentang kenyamanan rumahku
Rindu akan kehidupan yang selalu jadi impianku
Aku pergi, namun aku tak pernah membenci
Rindu selalu ada kemanapun aku pergi
Rindu pada segala tempat yang melekat dalam memori
Aku ingin kembali ke sana untuk sekedar meredam rindu ini
Kini aku berada di rumah yang dulu selalu kurindu
Kini hari-hariku tak pernah diliputi rasa sendu
Tapi kini ada seonggok rindu lain yang mulai mengusik
Rindu akan jalanan yang tak pernah tak berisik
Rindu teman seperjuangan yang pernah membuat hidupku asik
Rindu bernostalgia di tempat kupernah tertawa dan bergidik
Kota itu, bukanlah tempat kejam seperti yang orang bilang
Kota itu, meskipun kutinggalkan tapi tetap kusayang
Kota itu, adalah saksi hidupku hingga menjadi seperti sekarang
Kota itu, layak pula untuk kusebut tempat tujuan pulang
Salam rinduku untuk kota itu
Yogyakarta, 12 November 2014
Sabtu, 13 September 2014
Tentang PMS
Beberapa waktu lalu, aku membaca suatu thread yang isinya menyatakan bahwa; “sikap seorang wanita saat PMS mencerminkan kepribadian wanita itu”. Saat itu juga aku menyatakan tidak setuju. Ketidaksetujuanku bukan karena aku seorang wanita, tetapi karena merasa pernyataan itu terlalu kejam. Kenapa kejam? Karena sebagian besar wanita yang mengalami PMS, biasanya berubah jadi garang, ganas, galak, dan kawan2nya lah (contohnya si penulis ini :p). 1000:1 orang yang lagi PMS bisa bersikap baik dan lembut. Kalau benar kepribadian wanita tercermin dari sikapnya saat PMS, berarti wanita baik dan lemah lembut di dunia ini sangat sedikit? wah..wah..wah... Sebagai wanita baik dan lemah lembut, aku ga terima dengan pernyataan itu!!! *sambil gebrak meja* #eh
PMS yang kepanjangannya Pre Menstrual Syndrome, adalah ... (emhhh, untuk lebih jelasnya silahkan buka2 gudang wiki aja ya. ato tanya mbah gugel juga boleh. lagi rada males nulis yg ilmiah2 gitu.) intinya adalah saat dimana hormon wanita menjadi kacau balau ketika menjelang/saat/setelah menstruasi. Syndome ini merupakan momok yang mengerikan bagi orang yang berada di dekat wanita yang sedang mengalami PMS, karena emosi wanita itu menjadi labil dan rapuh serapuh snack nori. Tidak ada yang bisa memprediksi apa yg membuat emosi dan kapan emosi tersebut akan meledak. Dari senyum bahagia bisa saja tiba-tiba menjadi ledakan amarah hanya dalam hitungan menit. Kurang lebih begitulah PMS.
Aku yang juga termasuk kategori wanita, yang pastinya juga pernah mengalami syndrome itu pun selalu merasa bahwa PMS merupakan suatu momok yang mengerikan. Jujur, saat mengalami PMS, aku merasa tidak mampu mengendalikan emosi dan mood-ku. Bagiku, ketidakmampuan ini menjadi siksaan tersendiri. Aku menjadi super sensitif, mudah marah dan sulit berpikir dengan jernih. Aku selalu merasa hanya punya 2 pilihan. Yang pertama membiarkan emosi itu keluar dan meledak, tapi bisa menyakiti orang lain. Atau yang kedua, aku berusaha meyakinkan diriku bahwa emosi itu adalah efek PMS dan berjuang keras untuk meredamnya. Tapi efeknya emosiku akan meledak kedalam dan aku akan menangis sepanjang waktu tanpa sebab yang jelas. Setidaknya sejauh ini hanya ada pilihan itu yang bisa kulakukan saat PMS.
Dengan apa yang aku alami dan aku rasakan tentang PMS, aku merasa sangat tidak adil jika kepribadian seorang wanita dinilai dari sikapnya saat PMS. Bagiku, saat PMS adalah saat yang paling sulit untuk berpikir jernih. Segala emosi dan pikiran dikacaukan oleh hormon yang konon katanya lagi ga stabil. Ditambah lagi hampir seluruh badan terasa sakit/ngilu/pegel menjelang/saat hari-hari berdarah. Di saat seperti itu sangat sulit untuk bersikap manis. Daripada sikap saat PMS dinilai sebagai kepribadian, akan lebih tepat kalau dibilang, “kalau ingin melihat sikap terburuk wanita, lihatlah sikapnya saat PMS.” Bagiku, ini lebih fair.
Ada berbagai macam artikel, yang mengungkapkan bahwa PMS yang berupa emosi meledak-ledak sebenarnya bisa dihindari. Salah satunya dengan menciptakan suasana nyaman bagi wanita tsb. Aku tidak membantah, karena aku juga pernah merasakan bisa melalui PMS dengan tenang, bahagia, damai sejahtera. Tapi saat-saat itu adalah saat yang langka dan jarang terjadi. Karena untuk mewujudkan saat-saat seperti itu memerlukan kondisi, situasi dan toleransi yang terkombinasi dengan sempurna. Sayangnya ya itu, jarang banget bisa terjadi kayak gitu.
Mengakui sedang mengalami PMS adalah hal yang tidak mudah. Ego yang mendadak jadi tinggi, membuat gengsi untuk mengakui kalau sedang PMS. Karena biasanya orang PMS itu maunya menang sendiri dan merasa dirinya paling benar. Kalau disalahkan, pasti emosinya meledak. Apalagi kalau dibilangin "kamu tu lg PMS..." wah, bisa makin meledak-ledak rasanya. Aku pribadi mengakui, di saat seperti itu aku memang harus dimengerti. Dalam artian, jangan terlalu memikirkan apa yang kukatakan, jangan sakit hati atas kata-kata penuh amarah, pokoknya tiap omongan diiya-iyain aja lah. Udah diiya-iyain pun kadang masih saja tetep emosi. Apalagi kalau pake dibantah. Bisa perang dunia deh.hehehe... Jadi intinya tiap kata2 dan sikap tak mengenakkan lebih baik dimengerti saja dan jangan dimasukkan ke dalam hati. Saat hari-hari sudah normal, biasanya aku malu sendiri atas sikap-sikap konyolku. Tapi beruntung aku punya pacar yang bisa mengerti keadaanku, terutama di saat seperti itu. Jadi semua menjadi terasa lebih ringan.
Bagi sebagian orang, membicarakan tentang siklus bulanan pada laki-laki adalah hal yang tabu. Tapi bagiku tidak sama sekali. Bahkan aku merasa harus membicarakan hal itu dengan pacarku. Aku selalu katakan apa yang kurasakan di badanku dan perasaanku di saat seperti itu. Tidak perlu malu untuk membicarakannya. Bukan karena masalah tabu atau tidak, tapi karena hal itu sangat berkaitan dengan emosi, yang akan berujung pada perasaan. Dengan pengetahuan yang baik tentang keadaan wanita, lelaki akan menjadi lebih mudah dalam memahaminya. Dalam hal PMS, kalau pacar kita mengetahui siklus bulanan kita, mereka akan bisa memperkirakan kapan syndrome itu akan melanda. Jadi mereka juga bisa siap-siap untuk mengerti jika sewaktu-waktu emosi kita akan meledak. Syukur2 bisa membantu kita menangkal hal-hal buruk.hehe... Dan aku bersyukur pacarku selalu concern dengan hal seperti ini.
---
PMS tidak selalu akan dilalui dengan penuh emosi dan amarah. Aku pernah beberapa kali merasa sangat bahagia dalam saat-saat itu. Sangat-sangat bahagia sampai ke ubun-ubun. Jadi memang, PMS merupakan efek dari ketidakseimbangan hormon,entah apa yang mempengaruhinya. Tak selamanya PMS itu buruk.
PMS yang kepanjangannya Pre Menstrual Syndrome, adalah ... (emhhh, untuk lebih jelasnya silahkan buka2 gudang wiki aja ya. ato tanya mbah gugel juga boleh. lagi rada males nulis yg ilmiah2 gitu.) intinya adalah saat dimana hormon wanita menjadi kacau balau ketika menjelang/saat/setelah menstruasi. Syndome ini merupakan momok yang mengerikan bagi orang yang berada di dekat wanita yang sedang mengalami PMS, karena emosi wanita itu menjadi labil dan rapuh serapuh snack nori. Tidak ada yang bisa memprediksi apa yg membuat emosi dan kapan emosi tersebut akan meledak. Dari senyum bahagia bisa saja tiba-tiba menjadi ledakan amarah hanya dalam hitungan menit. Kurang lebih begitulah PMS.
Aku yang juga termasuk kategori wanita, yang pastinya juga pernah mengalami syndrome itu pun selalu merasa bahwa PMS merupakan suatu momok yang mengerikan. Jujur, saat mengalami PMS, aku merasa tidak mampu mengendalikan emosi dan mood-ku. Bagiku, ketidakmampuan ini menjadi siksaan tersendiri. Aku menjadi super sensitif, mudah marah dan sulit berpikir dengan jernih. Aku selalu merasa hanya punya 2 pilihan. Yang pertama membiarkan emosi itu keluar dan meledak, tapi bisa menyakiti orang lain. Atau yang kedua, aku berusaha meyakinkan diriku bahwa emosi itu adalah efek PMS dan berjuang keras untuk meredamnya. Tapi efeknya emosiku akan meledak kedalam dan aku akan menangis sepanjang waktu tanpa sebab yang jelas. Setidaknya sejauh ini hanya ada pilihan itu yang bisa kulakukan saat PMS.
Dengan apa yang aku alami dan aku rasakan tentang PMS, aku merasa sangat tidak adil jika kepribadian seorang wanita dinilai dari sikapnya saat PMS. Bagiku, saat PMS adalah saat yang paling sulit untuk berpikir jernih. Segala emosi dan pikiran dikacaukan oleh hormon yang konon katanya lagi ga stabil. Ditambah lagi hampir seluruh badan terasa sakit/ngilu/pegel menjelang/saat hari-hari berdarah. Di saat seperti itu sangat sulit untuk bersikap manis. Daripada sikap saat PMS dinilai sebagai kepribadian, akan lebih tepat kalau dibilang, “kalau ingin melihat sikap terburuk wanita, lihatlah sikapnya saat PMS.” Bagiku, ini lebih fair.
Ada berbagai macam artikel, yang mengungkapkan bahwa PMS yang berupa emosi meledak-ledak sebenarnya bisa dihindari. Salah satunya dengan menciptakan suasana nyaman bagi wanita tsb. Aku tidak membantah, karena aku juga pernah merasakan bisa melalui PMS dengan tenang, bahagia, damai sejahtera. Tapi saat-saat itu adalah saat yang langka dan jarang terjadi. Karena untuk mewujudkan saat-saat seperti itu memerlukan kondisi, situasi dan toleransi yang terkombinasi dengan sempurna. Sayangnya ya itu, jarang banget bisa terjadi kayak gitu.
Mengakui sedang mengalami PMS adalah hal yang tidak mudah. Ego yang mendadak jadi tinggi, membuat gengsi untuk mengakui kalau sedang PMS. Karena biasanya orang PMS itu maunya menang sendiri dan merasa dirinya paling benar. Kalau disalahkan, pasti emosinya meledak. Apalagi kalau dibilangin "kamu tu lg PMS..." wah, bisa makin meledak-ledak rasanya. Aku pribadi mengakui, di saat seperti itu aku memang harus dimengerti. Dalam artian, jangan terlalu memikirkan apa yang kukatakan, jangan sakit hati atas kata-kata penuh amarah, pokoknya tiap omongan diiya-iyain aja lah. Udah diiya-iyain pun kadang masih saja tetep emosi. Apalagi kalau pake dibantah. Bisa perang dunia deh.hehehe... Jadi intinya tiap kata2 dan sikap tak mengenakkan lebih baik dimengerti saja dan jangan dimasukkan ke dalam hati. Saat hari-hari sudah normal, biasanya aku malu sendiri atas sikap-sikap konyolku. Tapi beruntung aku punya pacar yang bisa mengerti keadaanku, terutama di saat seperti itu. Jadi semua menjadi terasa lebih ringan.
Bagi sebagian orang, membicarakan tentang siklus bulanan pada laki-laki adalah hal yang tabu. Tapi bagiku tidak sama sekali. Bahkan aku merasa harus membicarakan hal itu dengan pacarku. Aku selalu katakan apa yang kurasakan di badanku dan perasaanku di saat seperti itu. Tidak perlu malu untuk membicarakannya. Bukan karena masalah tabu atau tidak, tapi karena hal itu sangat berkaitan dengan emosi, yang akan berujung pada perasaan. Dengan pengetahuan yang baik tentang keadaan wanita, lelaki akan menjadi lebih mudah dalam memahaminya. Dalam hal PMS, kalau pacar kita mengetahui siklus bulanan kita, mereka akan bisa memperkirakan kapan syndrome itu akan melanda. Jadi mereka juga bisa siap-siap untuk mengerti jika sewaktu-waktu emosi kita akan meledak. Syukur2 bisa membantu kita menangkal hal-hal buruk.hehe... Dan aku bersyukur pacarku selalu concern dengan hal seperti ini.
---
PMS tidak selalu akan dilalui dengan penuh emosi dan amarah. Aku pernah beberapa kali merasa sangat bahagia dalam saat-saat itu. Sangat-sangat bahagia sampai ke ubun-ubun. Jadi memang, PMS merupakan efek dari ketidakseimbangan hormon,entah apa yang mempengaruhinya. Tak selamanya PMS itu buruk.
Rabu, 06 Agustus 2014
Saya Kembali :)
Woaaa, kalo diibaratkan ruangan, halaman ini sekarang pasti sudah berdebu. Dua bulan lebih aku tidak menjamah blog ini. Terlalu banyak cerita yang seharusnya bisa kutulis di tempat ini. Tapi, belakangan aku terlalu menikmati dunia nyata. Jadi aku sering lupa untuk mengisi halaman ini lagi.hehe
Awal Juni lalu, aku resmi resign dari kantor pertamaku ( m a s s i n do ). Ada banyak alasan kenapa aku memutuskan untuk resign tahun ini. Salah satunya karena ada mimpi yang sempat terkubur pelan-pelan yang bangkit lagi dan membuatku ingin mencapainya (baca : rada mengkeret ). Sejak awal tahun 2013, aku mulai mempertimbangkan untuk mencoba memasuki dunia yang dulu pernah kukagumi itu. Sejak itu pula banyak motivasi yang muncul. Singkat cerita aku makin mantap untuk resign. Aku berencana untuk pulang ke Jogja, istirahat 2-3 bulan, sambil mempersiapkan diri untuk masuk dunia itu.
Alasan lainnya, aku ingin kembali dekat dengan keluarga, dan orang-orang terdekatku. Aku sempat menganggap bahwa alasan ini adalah alasan cengeng seorang perantau abal-abal sepertiku. Dengan kata lain, itu hanya karena homesick saja. Aku rasa 2-3 bulan akan cukup mengobati semua kerinduanku, dan setelah itu aku akan bisa kembali ke ibukota untuk mewujudkan mimpi lama itu.
Saat ini, aku sudah 2 bulan berada di Jogja. Tinggal bersama kedua orang tuaku. Dekat dengan kakak dan keponakanku yang makin hari makin unyu. Dekat dengan masyer. Dan tentu saja dekat dengan makhluk2 penggemarku: Onyet, Pong-pong, AO, dan anjing-anjing kecil lain yang belum kuberi nama. Tidak ketinggalan aku juga jadi lebih dekat dengan Pluto. Mereka semua adalah sumber semangatku.
Selama 1 bulan pertama aku merasakan kenyamanan yang amat sangat. Hidupku jauh lebih nyaman dari 2,5 tahun yang telah kulalui di Jakarta. Sudah pasti, aku merasa nyaman dengan semua yang ada di sekelilingku. Aku bisa menikmati hidupku dengan leluasa, tanpa beban dan tekanan. Lalu datanglah informasi bahwa ada lowongan magang Accounting di sebuah perusahaan game di Jogja. mereka membutuhkan tenaga untuk 1-2 bulan, katanya. Kuambil kesempatan itu. Kupikir waktunya sangat pas. Selama 1-2 bulan ke depan aku akan punya kegiatan, dan setelah itu aku bisa lanjut melaksanakan rencana-rencanaku.
Hidup dekat dengan keluarga. Hidup di lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk, dan orang-orang yang penuh obsesi. Hidup di kota yang masih lekat dengan alam. Hidup di tempat yang mudah untuk mencari ketenangan.
Dulu saat masih di Jakarta, setiap sore aku pasti merasa badan sangat lelah dan kepala selalu pusing. Punggung dan leher selalu terasa seperti remuk, meskipun seharian kegiatanku hanya di kantor, dan aku bepergian hanya dengan duduk manis di angkot.
Sekarang, sejauh apapun aku berkendara, dan selelah apapun aku bekerja, aku tidak pernah merasakan hal itu lagi.
Dulu saat masih di Jakarta, ketika aku perlu hiburan, satu-satunya tempat yang masih dalam jangkauan adalah Mall. Ada banyak mall sebagai alternatif. Dan keadaan ini sepertinya mengajarkanku pada hedonisme. Kalau mau wisata alam, aku meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk menjangkaunya. Yang ada hanya makin capek.
Sekarang, jika aku merasa penat, aku cukup berkeliling naik motor, ke tempat yang banyak pepohonan.
Apa yang kurasakan 2 bulan belakangan mengubah pandanganku. Aku ingin tetap tinggal di Jogja saja.Apa lagi yang mau aku cari? Hidup seperti ini sudah nyaman.
Lalu ada yang bilang, "gimana kamu mau maju, kalau kamu tetap di Jogja?"
Aku sendiri tidak tahu apa yang disebut dengan maju. Apakah itu kaya raya? Mungkin iya. Tapi makin hari aku makin berpikir,bahwa materi bukanlah segalanya.
Kakakku pernah bilang, "Sebanyak-banyaknya yang kita dapat pasti akan kurang. Sesedikit-sedikitnya yang kita dapat pasti akan cukup."
Aku merasa hidupku saat ini serba kecukupan. Aku cukup tenang bisa dekat dengan orang yang kusayang. Aku cukup nyaman tinggal di tempat yang jauh dari tekanan. Aku cukup bahagia karena aku bisa lebih dekat dengan alam. Aku cukup jauh dari yang namanya stress, dan cukup puas untuk selalu bisa bersyukur.
Mungkin aku bukanlah pejuang sejati. Aku mudah merasa puas, mudah merasa cukup. Tapi memang begitulah, tidak ada lagi yang ingin kucari. Semua sudah cukup kudapat.
Saya kembali. Saya tidak ingin pergi lagi.
Tapi, jika nanti mimpiku memanggil lagi, maka aku akan pergi jika hanya berbekal ikhlas hati.
Awal Juni lalu, aku resmi resign dari kantor pertamaku ( m a s s i n do ). Ada banyak alasan kenapa aku memutuskan untuk resign tahun ini. Salah satunya karena ada mimpi yang sempat terkubur pelan-pelan yang bangkit lagi dan membuatku ingin mencapainya (baca : rada mengkeret ). Sejak awal tahun 2013, aku mulai mempertimbangkan untuk mencoba memasuki dunia yang dulu pernah kukagumi itu. Sejak itu pula banyak motivasi yang muncul. Singkat cerita aku makin mantap untuk resign. Aku berencana untuk pulang ke Jogja, istirahat 2-3 bulan, sambil mempersiapkan diri untuk masuk dunia itu.
Alasan lainnya, aku ingin kembali dekat dengan keluarga, dan orang-orang terdekatku. Aku sempat menganggap bahwa alasan ini adalah alasan cengeng seorang perantau abal-abal sepertiku. Dengan kata lain, itu hanya karena homesick saja. Aku rasa 2-3 bulan akan cukup mengobati semua kerinduanku, dan setelah itu aku akan bisa kembali ke ibukota untuk mewujudkan mimpi lama itu.
Saat ini, aku sudah 2 bulan berada di Jogja. Tinggal bersama kedua orang tuaku. Dekat dengan kakak dan keponakanku yang makin hari makin unyu. Dekat dengan masyer. Dan tentu saja dekat dengan makhluk2 penggemarku: Onyet, Pong-pong, AO, dan anjing-anjing kecil lain yang belum kuberi nama. Tidak ketinggalan aku juga jadi lebih dekat dengan Pluto. Mereka semua adalah sumber semangatku.
Selama 1 bulan pertama aku merasakan kenyamanan yang amat sangat. Hidupku jauh lebih nyaman dari 2,5 tahun yang telah kulalui di Jakarta. Sudah pasti, aku merasa nyaman dengan semua yang ada di sekelilingku. Aku bisa menikmati hidupku dengan leluasa, tanpa beban dan tekanan. Lalu datanglah informasi bahwa ada lowongan magang Accounting di sebuah perusahaan game di Jogja. mereka membutuhkan tenaga untuk 1-2 bulan, katanya. Kuambil kesempatan itu. Kupikir waktunya sangat pas. Selama 1-2 bulan ke depan aku akan punya kegiatan, dan setelah itu aku bisa lanjut melaksanakan rencana-rencanaku.
Hidup dekat dengan keluarga. Hidup di lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk, dan orang-orang yang penuh obsesi. Hidup di kota yang masih lekat dengan alam. Hidup di tempat yang mudah untuk mencari ketenangan.
Dulu saat masih di Jakarta, setiap sore aku pasti merasa badan sangat lelah dan kepala selalu pusing. Punggung dan leher selalu terasa seperti remuk, meskipun seharian kegiatanku hanya di kantor, dan aku bepergian hanya dengan duduk manis di angkot.
Sekarang, sejauh apapun aku berkendara, dan selelah apapun aku bekerja, aku tidak pernah merasakan hal itu lagi.
Dulu saat masih di Jakarta, ketika aku perlu hiburan, satu-satunya tempat yang masih dalam jangkauan adalah Mall. Ada banyak mall sebagai alternatif. Dan keadaan ini sepertinya mengajarkanku pada hedonisme. Kalau mau wisata alam, aku meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk menjangkaunya. Yang ada hanya makin capek.
Sekarang, jika aku merasa penat, aku cukup berkeliling naik motor, ke tempat yang banyak pepohonan.
Apa yang kurasakan 2 bulan belakangan mengubah pandanganku. Aku ingin tetap tinggal di Jogja saja.Apa lagi yang mau aku cari? Hidup seperti ini sudah nyaman.
Lalu ada yang bilang, "gimana kamu mau maju, kalau kamu tetap di Jogja?"
Aku sendiri tidak tahu apa yang disebut dengan maju. Apakah itu kaya raya? Mungkin iya. Tapi makin hari aku makin berpikir,bahwa materi bukanlah segalanya.
Kakakku pernah bilang, "Sebanyak-banyaknya yang kita dapat pasti akan kurang. Sesedikit-sedikitnya yang kita dapat pasti akan cukup."
Aku merasa hidupku saat ini serba kecukupan. Aku cukup tenang bisa dekat dengan orang yang kusayang. Aku cukup nyaman tinggal di tempat yang jauh dari tekanan. Aku cukup bahagia karena aku bisa lebih dekat dengan alam. Aku cukup jauh dari yang namanya stress, dan cukup puas untuk selalu bisa bersyukur.
Mungkin aku bukanlah pejuang sejati. Aku mudah merasa puas, mudah merasa cukup. Tapi memang begitulah, tidak ada lagi yang ingin kucari. Semua sudah cukup kudapat.
Saya kembali. Saya tidak ingin pergi lagi.
Tapi, jika nanti mimpiku memanggil lagi, maka aku akan pergi jika hanya berbekal ikhlas hati.
Minggu, 18 Mei 2014
Masih Ada Waktu
waktu terus berlalu seiring ragu yang kian menderu,ragu akan suatu kehidupan yang baru
keraguan itu membawa pikiranku ke masa lalu,dan meyakinkanku agar ku tak usah ragu
ragu atas keraguan itu membuat hariku terkadang pilu
saran untuk menunggu seorang yang baru mulai mengganggu pikiranku,benarkah aku harus menunggu?
masa lalu tidak harus menjadi hidup baru,kata orang padaku
jika kau tak mampu,jangan paksakan dirimu
ahhh,ragu ragu ragu...
benarkah kamu itu yang akan disebut satu?
lalu kenapa semakin hari kamu makin membuatku ragu?
masih ada waktu untuk memastikan itu...
jikalau bukan kamu,pasti ada satu yang juga sedang menunggu...
menunggu untuk menyambut hidup baru...
ya,masih ada waktu...
keraguan itu membawa pikiranku ke masa lalu,dan meyakinkanku agar ku tak usah ragu
ragu atas keraguan itu membuat hariku terkadang pilu
saran untuk menunggu seorang yang baru mulai mengganggu pikiranku,benarkah aku harus menunggu?
masa lalu tidak harus menjadi hidup baru,kata orang padaku
jika kau tak mampu,jangan paksakan dirimu
ahhh,ragu ragu ragu...
benarkah kamu itu yang akan disebut satu?
lalu kenapa semakin hari kamu makin membuatku ragu?
masih ada waktu untuk memastikan itu...
jikalau bukan kamu,pasti ada satu yang juga sedang menunggu...
menunggu untuk menyambut hidup baru...
ya,masih ada waktu...
Minggu, 11 Mei 2014
Teguran
Selamat malam dunia... Malam ini aku sedang tiduran di sofa di rumah kakakku di Bandung. Ya,weekend ini aku ke Bandung lagi. Aku capcus dari Jakarta siang tadi. Misi utama di Bandung kali ini adalah aku mau terapi/refleksi/apalah namanya,yg pada intinya aku mau beresin badan yang belakangan berasa ada yang ga beres. Jadi ceritanya hari ini terapist langganan keluargaku itu lagi dateng ke Bandung. Mumpung ada kesempatan,aku dateng ke Bandung aja deh,biar badan cepet sehat...
Siang tadi di kereta,aku sempat membaca tulisanku di blog ini saat perjalanan naik Taksaka ke Jogja. Entah kenapa aku merasa ilfil sendiri dengan tulisan itu. Temanya aneh,isinya aneh,dan aneh juga aku ngomongin hal2 kayak gitu.. Semacam narsis..haha.. Rasanya pengen hapus tulisan itu,tapi apa yg tertulis di situ benar adanya. Aku tadinya pengen mengulas tulisan itu. Tapi daripada makin aneh,aku diamkan saja. Kututup halaman blogQ dan kusimpan hapeQ. Kuambil bukunya Paulo Coelho,Aleph,dan sepanjang perjalanan ke Bandung kuhabiskan dengan membaca buku itu.
Malam ini aku ingin berkisah. Sejak terakhir kali pulang ke Jogja,aku merasa hidupku tidak tenang. Kemudian beberapa hari belakangan aku merasa mendapat teguran. Teguran dari Tuhan melalui semesta dan sesama.
Teguran itu berawal dari hari Jumat lalu,tiba-tiba aku sangat ingin ikut Persekutuan Doa hari Jumat di kantor. Padahal biasanya aku sangat malas untuk ikut. Tema yg dibawakan pembicara hari itu adalah tentang kekhawatiran. Tuhan sudah bersabda agar kita jangan khawatir tentang apapun di dunia ini. Sang pembicara menambahkan,agar bs lebih bahagia kita tidak perlu menyesali masa lalu,dan janganlah mengkhawatirkan masa depan.
Teguran berlanjut hari ini. Saat membaca Aleph,aku aku menemukan di beberapa bagian tertulis bahwa janganlah kita terlalu memikirkan masa lalu dan masa depan. Tapi pikirkanlah masa kini,saat ini,waktu yang sedang kita jalani. Aku masih belum menyadari bahwa ini adalag teguran.
Lalu,saat aku sedang diterapi tadi,tiba-tiba pak terapist berpesan padaku,agar aku tidak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang belum terjadi -masa depan-. Jalani saja apa yang di depan mata,yang terjadi biarlah terjadi. Jangan terlalu khawatir. Terutama saat sebelum tidur,kurangi pikiran dan kekhawatiran,agar tidurnya jadi lebih berkualitas.
Omg,what did he say??!
Saat itu aku langsung teringat dengan pesan pembicara di Persekutuan Doa dan juga teringat cerita Paulo Coelho di Aleph. Saat itu juga aku merasa aku sedang ditegur.
Ya,belakangan aku memang terlalu cemas akan hal-hal yang belum terjadi. Hal-hal yang di luar kendaliku. Hal-hal yang mungkin tak seburuk yang kubayangkan. Mungkin saja kekhawatiran ini yang membuatku tidak sehat. Tidak sehat pikiran yang membuat badanku juga tidak sehat karena tidur yang kurang berkualitas.
Ya,mungkin saja itu yang terjadi padaku. Belum terbukti kebenarannya sih. Tapi masuk akal juga.
Ada baiknya jika kita mengurangi kekhawatiran kita. Ada baiknya kita santai dalam menghadapi masalah. Ada baiknya kita mengistirahatkan otak kita dari hal-hal di luar kendali kita. Pikiran sehat akan membuat badan sehat.
Yakk....mari kita sukseskan menyehatkan badan kita. Dan saya mau tidur dulu,soalnya seluruh badan rasanya ngilu abis 'dianiaya'. Semoga besok pagi bangun pagi dengan pikiran dan badan yang sehat. Sekali lagi,selamat malam dunia.... :)
ps: buat mas yer yang lagi sakit jg,cepet sembuh yaa... :*
Siang tadi di kereta,aku sempat membaca tulisanku di blog ini saat perjalanan naik Taksaka ke Jogja. Entah kenapa aku merasa ilfil sendiri dengan tulisan itu. Temanya aneh,isinya aneh,dan aneh juga aku ngomongin hal2 kayak gitu.. Semacam narsis..haha.. Rasanya pengen hapus tulisan itu,tapi apa yg tertulis di situ benar adanya. Aku tadinya pengen mengulas tulisan itu. Tapi daripada makin aneh,aku diamkan saja. Kututup halaman blogQ dan kusimpan hapeQ. Kuambil bukunya Paulo Coelho,Aleph,dan sepanjang perjalanan ke Bandung kuhabiskan dengan membaca buku itu.
Malam ini aku ingin berkisah. Sejak terakhir kali pulang ke Jogja,aku merasa hidupku tidak tenang. Kemudian beberapa hari belakangan aku merasa mendapat teguran. Teguran dari Tuhan melalui semesta dan sesama.
Teguran itu berawal dari hari Jumat lalu,tiba-tiba aku sangat ingin ikut Persekutuan Doa hari Jumat di kantor. Padahal biasanya aku sangat malas untuk ikut. Tema yg dibawakan pembicara hari itu adalah tentang kekhawatiran. Tuhan sudah bersabda agar kita jangan khawatir tentang apapun di dunia ini. Sang pembicara menambahkan,agar bs lebih bahagia kita tidak perlu menyesali masa lalu,dan janganlah mengkhawatirkan masa depan.
Teguran berlanjut hari ini. Saat membaca Aleph,aku aku menemukan di beberapa bagian tertulis bahwa janganlah kita terlalu memikirkan masa lalu dan masa depan. Tapi pikirkanlah masa kini,saat ini,waktu yang sedang kita jalani. Aku masih belum menyadari bahwa ini adalag teguran.
Lalu,saat aku sedang diterapi tadi,tiba-tiba pak terapist berpesan padaku,agar aku tidak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang belum terjadi -masa depan-. Jalani saja apa yang di depan mata,yang terjadi biarlah terjadi. Jangan terlalu khawatir. Terutama saat sebelum tidur,kurangi pikiran dan kekhawatiran,agar tidurnya jadi lebih berkualitas.
Omg,what did he say??!
Saat itu aku langsung teringat dengan pesan pembicara di Persekutuan Doa dan juga teringat cerita Paulo Coelho di Aleph. Saat itu juga aku merasa aku sedang ditegur.
Ya,belakangan aku memang terlalu cemas akan hal-hal yang belum terjadi. Hal-hal yang di luar kendaliku. Hal-hal yang mungkin tak seburuk yang kubayangkan. Mungkin saja kekhawatiran ini yang membuatku tidak sehat. Tidak sehat pikiran yang membuat badanku juga tidak sehat karena tidur yang kurang berkualitas.
Ya,mungkin saja itu yang terjadi padaku. Belum terbukti kebenarannya sih. Tapi masuk akal juga.
Ada baiknya jika kita mengurangi kekhawatiran kita. Ada baiknya kita santai dalam menghadapi masalah. Ada baiknya kita mengistirahatkan otak kita dari hal-hal di luar kendali kita. Pikiran sehat akan membuat badan sehat.
Yakk....mari kita sukseskan menyehatkan badan kita. Dan saya mau tidur dulu,soalnya seluruh badan rasanya ngilu abis 'dianiaya'. Semoga besok pagi bangun pagi dengan pikiran dan badan yang sehat. Sekali lagi,selamat malam dunia.... :)
ps: buat mas yer yang lagi sakit jg,cepet sembuh yaa... :*
Kamis, 01 Mei 2014
Cerita Dari Dalam Kereta
Pagi ini aku sedang berada di dalam kereta lagi. Kali ini naik Argo Parahyangan Tujuan Bandung. Ya,aku akan meninggalkan Jakarta sejenak untuk berlibur. Meninggalkan segala kejenuhan dan kelelahan. Lelah untuk berusaha memahami dan menerima sesuatu yang sangat bertentangan dengan pikiranku. Aku bakalan istirahat di Bandung untuk mengistirahatkan badanku yg masih lelah setelah pulang ke Jogja beberapa minggu lalu.
Pagi tadi aku berangkat dari kost dengan semangat dan senang hati. Bapak supir taksi yg mengantarkanku ke stasiun cukup baik,ramah tapi tidak kepo. Itu membuat moodku makin baik. Sesampainya di stasiun aku menghela nafas ketika melihat stasiun yg sangat ramai. Sambil mencari tempat tunggu,kupasang headsetku untuk mendengarkan musik. Kupasang sebelah kanan saja,agar ak bisa mendengar pengumuman jika kereta sudah datang.
Setelah menunggu beberapa saat,akhirnya kereta tiba juga. Lalu aku masuk dan mencari tempat dudukku. Setelah merasa nyaman di tempat duduk,aku memasang headset sebelah kiri yang belum terpasang. Taukah apa yang kudapati? Suara pecah dari headset kiriku. Seketika moodku jadi kacau. Hal ini bahkan lebih buruk dari headset mati total. >_<
Telingaku memang cukup peka dalam mendengar kejernihan suatu suara. Aku bisa merasa sangat tidak nyaman saat mendengar suara musik dari segala jenis perangkat yang tidak bagus. Kata mas Yer,kemungkinan aku ada 'gejala' audiophile;yaitu sangat peka dalam memperhatikan kualitas suara.
Aku memang gampang pusing saat mendengar suara musik dari pengeras suara yang abal2. Aku juga enggan memakai headset ecek2 yang membuat telingaku terasa panas saat mendengarkan musik. Saat ini headsetku rusak,suaranya pecah sebelah. Memang tidak sampai membuatku pusing. Tapi aku merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Mau tidak mau aku harus melepas headset sebelah kiri,atau moodku akan berantakan.
Saat ini rasanya aku ingin kembali ke kost,mengambil kartu garansi,dan ke service center headsetku ini buat klaim garansinya...huhuhu...
Okelah,tidak banyak yg bisa kulakukan. Semoga beberapa hari kedepan Bandung bisa menghiburku...
Bandung,i'm coming... Be nice to me yaa...
Pagi tadi aku berangkat dari kost dengan semangat dan senang hati. Bapak supir taksi yg mengantarkanku ke stasiun cukup baik,ramah tapi tidak kepo. Itu membuat moodku makin baik. Sesampainya di stasiun aku menghela nafas ketika melihat stasiun yg sangat ramai. Sambil mencari tempat tunggu,kupasang headsetku untuk mendengarkan musik. Kupasang sebelah kanan saja,agar ak bisa mendengar pengumuman jika kereta sudah datang.
Setelah menunggu beberapa saat,akhirnya kereta tiba juga. Lalu aku masuk dan mencari tempat dudukku. Setelah merasa nyaman di tempat duduk,aku memasang headset sebelah kiri yang belum terpasang. Taukah apa yang kudapati? Suara pecah dari headset kiriku. Seketika moodku jadi kacau. Hal ini bahkan lebih buruk dari headset mati total. >_<
Telingaku memang cukup peka dalam mendengar kejernihan suatu suara. Aku bisa merasa sangat tidak nyaman saat mendengar suara musik dari segala jenis perangkat yang tidak bagus. Kata mas Yer,kemungkinan aku ada 'gejala' audiophile;yaitu sangat peka dalam memperhatikan kualitas suara.
Aku memang gampang pusing saat mendengar suara musik dari pengeras suara yang abal2. Aku juga enggan memakai headset ecek2 yang membuat telingaku terasa panas saat mendengarkan musik. Saat ini headsetku rusak,suaranya pecah sebelah. Memang tidak sampai membuatku pusing. Tapi aku merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Mau tidak mau aku harus melepas headset sebelah kiri,atau moodku akan berantakan.
Saat ini rasanya aku ingin kembali ke kost,mengambil kartu garansi,dan ke service center headsetku ini buat klaim garansinya...huhuhu...
Okelah,tidak banyak yg bisa kulakukan. Semoga beberapa hari kedepan Bandung bisa menghiburku...
Bandung,i'm coming... Be nice to me yaa...
Selasa, 29 April 2014
Heran
Hari makin berlalu. Waktu juga berjalan makin cepat. Perubahan akan segera terjadi, sesuatu yang semula kunanti-nanti. Awalnya segalanya terlihat indah, dan aku tidak sabar untuk segera menyongsong perubahan itu. Segala rencana mulai tersusun. Ahh, segalanya makin terlihat baik di depan sana...
Satu persatu, segala hal yang makin dekat itu makin diperjelas. Tapi, satu persatu perubahan justru mengaburkan hal-hal yang sebelumnya sudah jelas. Yang dulu halus kini berubah jadi kasar. Yang dulu mengagumkan kini jadi membingungkan. Yang dulu sering menyerap air mata, sekarang justru sering memerasnya...
Heran.. Aku heran dengan segala proses ini.. Makin diperjelas kok malah makin ga jelas...
Satu persatu, segala hal yang makin dekat itu makin diperjelas. Tapi, satu persatu perubahan justru mengaburkan hal-hal yang sebelumnya sudah jelas. Yang dulu halus kini berubah jadi kasar. Yang dulu mengagumkan kini jadi membingungkan. Yang dulu sering menyerap air mata, sekarang justru sering memerasnya...
Heran.. Aku heran dengan segala proses ini.. Makin diperjelas kok malah makin ga jelas...
Kamis, 13 Maret 2014
Rock N Roll Night
Aku ga bisa berkata2 untuk menggambarkan kepuasanku nonton konser Avril Lavigne semalam. Aku ga punya gambar yang bisa membuktikan keseruannya. Malam tadi, Avril benar2 Rock N Roll!!! Mantap!!! Suasananya membuatku lupa segalanya, bahkan karena saking menikmati suasana, aku tak berpikir untuk mengambil gambarnya! Thank you Avril fot the great night! :)
Rabu, 05 Maret 2014
Mestakung
"Ati-ati kalo ngomong.. Kalo di-amin-in sama malaikat trus disampaikan ke Tuhan, bisa saja omonganmu terwujud.."
Kurang lebih kata-kata seperti itu sering terdengar tiap kali ada yang berucap buruk. Banyak pula yang mengatakan agar ucapan kita dijaga, ngomong yang baik-baik, biar yang terjadi hal-hal yang baik.
Jika banyak orang mengatakan bahwa malaikat mendengar, mencatat, atau menyampaikan ucapan manusia kepada Tuhan, aku yakin bahwa tidak hanya malaikat yang berperan. Aku percaya, alam semesta ini juga ikut ambil bagian dalam terwujudnya tiap kata-kata manusia (Meskipun kepastiannya hanya datang dari Tuhan).
Aku percaya jika semua makhluk dan semua benda yang ada di muka bumi ini, di alam semesta ini, semuanya memiliki jiwa. Mereka mampu mendengar dan mampu merasakan setiap ucapan dan perilaku manusia. Sayangnya mereka semua terdiam, dan tidak mampu untuk mengungkapkannya saat itu juga.
Aku percaya di alam tempat kita hidup ini, ada banyak mata, telinga dan mulut tak terlihat, yang selalu mengawasi, mendengar dan saling mengucapkan apa yang kita lakukan dan kita ucapkan. Alam semesta akan selalu mendengar ucapan kita. Lalu ucapan kita akan tersebar melalui mulut dan telinga tak terlihat, sampai akhirnya terwujudlah ucapan itu. Dan benar, aku percaya bahwa tidak seharusnya kita manusia berkata buruk. Aku selalu mencoba, meskipun terkadang aku tidak bisa mengendalikan perkataanku (dan pikiranku).
Beberapa hari ini aku membuktikan (kembali) bahwa hal itu benar-benar terjadi. Suatu hari, aku pernah mengucapkan keinginanku untuk mendapatkan sesuatu pada waktu tertentu. Seiring berjalannya waktu, aku melupakan ucapan (dan keinginan) itu. Beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan apa yang pernah kuinginkan itu. Saat itu Mas Yer mengatakan bahwa keinginanku terwujud, bahkan terwujud tepat di saat yang seperti apa yang pernah kuucapkan. Aku terkejut, dan ingatanku kembali pada saat aku mengucapkan kata-kata itu. Ya, alam semesta telah mendengarkan ucapanku. Alam semesta mendukung ku.. Mestakung... (semesta mendukung)
Tentu saja atas ijin Tuhan keinginanku dapat terkabul. Terima kasih Tuhan, terima kasih semesta...
Kita bisa lupa dengan ucapan kita. Tapi (malaikat dan) semesta tidak akan pernah lupa. Lebih baik kita jaga ucapan kita, selalu berpikir positif, agar hal buruk tak menimpa pada kita.
Kurang lebih kata-kata seperti itu sering terdengar tiap kali ada yang berucap buruk. Banyak pula yang mengatakan agar ucapan kita dijaga, ngomong yang baik-baik, biar yang terjadi hal-hal yang baik.
Jika banyak orang mengatakan bahwa malaikat mendengar, mencatat, atau menyampaikan ucapan manusia kepada Tuhan, aku yakin bahwa tidak hanya malaikat yang berperan. Aku percaya, alam semesta ini juga ikut ambil bagian dalam terwujudnya tiap kata-kata manusia (Meskipun kepastiannya hanya datang dari Tuhan).
Aku percaya jika semua makhluk dan semua benda yang ada di muka bumi ini, di alam semesta ini, semuanya memiliki jiwa. Mereka mampu mendengar dan mampu merasakan setiap ucapan dan perilaku manusia. Sayangnya mereka semua terdiam, dan tidak mampu untuk mengungkapkannya saat itu juga.
Aku percaya di alam tempat kita hidup ini, ada banyak mata, telinga dan mulut tak terlihat, yang selalu mengawasi, mendengar dan saling mengucapkan apa yang kita lakukan dan kita ucapkan. Alam semesta akan selalu mendengar ucapan kita. Lalu ucapan kita akan tersebar melalui mulut dan telinga tak terlihat, sampai akhirnya terwujudlah ucapan itu. Dan benar, aku percaya bahwa tidak seharusnya kita manusia berkata buruk. Aku selalu mencoba, meskipun terkadang aku tidak bisa mengendalikan perkataanku (dan pikiranku).
Beberapa hari ini aku membuktikan (kembali) bahwa hal itu benar-benar terjadi. Suatu hari, aku pernah mengucapkan keinginanku untuk mendapatkan sesuatu pada waktu tertentu. Seiring berjalannya waktu, aku melupakan ucapan (dan keinginan) itu. Beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan apa yang pernah kuinginkan itu. Saat itu Mas Yer mengatakan bahwa keinginanku terwujud, bahkan terwujud tepat di saat yang seperti apa yang pernah kuucapkan. Aku terkejut, dan ingatanku kembali pada saat aku mengucapkan kata-kata itu. Ya, alam semesta telah mendengarkan ucapanku. Alam semesta mendukung ku.. Mestakung... (semesta mendukung)
Tentu saja atas ijin Tuhan keinginanku dapat terkabul. Terima kasih Tuhan, terima kasih semesta...
Kita bisa lupa dengan ucapan kita. Tapi (malaikat dan) semesta tidak akan pernah lupa. Lebih baik kita jaga ucapan kita, selalu berpikir positif, agar hal buruk tak menimpa pada kita.
Minggu, 02 Maret 2014
Tentang Ketagihan dan Aku
Hari ini aku kembali merasakan semacam ngidam. Tapi bukan ngidam dlm arti yg sebenarnya ya. Tidak jarang aku menginginkan sesuatu, dan itu terbayang-bayang terus menerus, sampai aku bisa mendapatkannya. Aku tidak akan berhenti memikirkan atau membicarakannya sampai keinginanku terpenuhi. Biasanya hal ini berlaku pada makanan atau minuman. Dan hari ini hal yang sangat menggoda lidahku adalah cappuccino. Lebih spesifik lagi cappucinno mekdi. Tapi perjalananku sepajang hari ini tidak menakdirkanku untuk bisa mampir ke tempat makan itu. Rasa kopi kesukaanku itu membuatku berkali-kali menelan ludah. Tiap kali lewat kedai kopi, aku jadi otomatis berhenti sejenak untuk melihat menu dan menganalisis sambil menebak-nebak apakah cappuccino-nya enak. Dalam pencarian itu, langkahku terhenti di starbak, kedai yang kukira tidak ada di west mall grand indonesia. Dan herannya aku bisa sampai di kedai kopi itu, rasanya seperti ada yang menuntunku untuk bisa sampai ke sana. Tanpa rencana dan hanya jalan begitu saja. Setelah memesan cappuccino, aku dikejutkan dengan kenyataan bahwa aku mendapatkan customer voice, yang singkatnya aku punya kesempatan untuk mendapat free minuman, setelah aku memberi penilaian ttg starbak di website-nya. Beruntungnya diriku... Pada titik ini aku merasa alam semesta sudah berkompromi untuk memberikan keberuntungan ini padaku.. Oh, Thanks God, thanks universe...
Berbicara tentang kopi, kudengar dari temanku bahwa salah seorang teman kuliah yang merupakan teman ngopi-ku (karena di dalam geng hanya kami berdua yg paling suka minum kopi. dan selera kami sama), katanya dia sudah mulai berhenti minum kopi dalam beberapa bulan ini. Dalam obrolanku dengan teman-temanku tadi muncul pertanyaan "emang dia udah ketagihan kopi, sampai berusaha berhenti gitu?" Aku tertarik dengan kata "ketagihan". Kata itu membuatku berfikir, apa aku pernah ketagihan? Sulit buatku untuk menemukan jawaban itu. Satu per satu makanan, benda-benda dan idola-idolaku bermunculan dikepalau. Seperti sedang diabsen, mereka muncul dan seolah olah bertanya padaku "apa kamu ketagihan padaku?"
Cappuccino. Aku suka sekali dengan jenis kopi ini. Tapi aku tidak selalu setiap saat ingin minum minuman ini. Bahkan aku juga tidak mempunyai standard khusus, cappuccino mana yang paling pas di lidahku. Bahkan ada kalanya aku merasa bahwa cappuccino itu biasa aja. Dan kalau disuruh menjelaskan tentang komposisi cappuccino, aku masih meraba-raba dan tidak yakin pasti. Jelas, aku tidak ketagihan padanya.
Handphone. Benda ini adalah benda yang paling lama kedua yang melekat pada tubuhku setelah pakaian. Aku sangat membutuhkannya setiap hari. Tapi, ada kalanya juga aku tidak peduli dengan gadget satu ini. Aku bisa seharian tidak peduli padanya, meskipun aku lagi bengong-bengong ga ada kerjaan. Itu artinya jelas bahwa aku tidak ketagihan pada handphone.
Iker Casillas. Kiper asal Spanyol ini sudah kunobatkan sebagai pria paling ganteng sejagad raya ini. Kalo melihat fotonya aku bisa heboh sendiri. Tapi kegantengannya itu tak membuatku jadi benar-benar tergila-gila padanya. Tak membuatku rajin mantengin berita tentangnya, atau rajin nonton pertandingannya. Kalo ditanya biografinyapun belum tentu aku bisa jawab. Dan kadang kalo liat fotonya pas jadi model iklan aku bisa komen jelek, ato sekedar "ihh, ga maskulin!". Aku tidak ketagihan padanya juga.
Berbagai hal yang muncul dan bertanya "apakah kamu ketagihan padaku?" itu tak ada satupun yang membuatku menjawab "ya". Kalau ada orang yang suka atau punya hobi khusus, kebanyakan mereka akan sangat mendalaminya. Tapi tidak demikian denganku. Semua hal bagiku sama saja. Meskipun ada beberapa hal yang luar biasa, tapi selalu ada sisi "biasa saja"-nya bagiku. Tidak ada hal yang kupandang perfect, dan aku tidak pernah mengejar untuk membuatnya perfect. Aku lebih suka menikmati apa yang ada apa adanya. Aku menikmati semuanya yang berjalan dengan natural.
Aku tidak tahu, sebenarnya sikapku ini adalah hal yang baik atau buruk. Aku tidak tahu apakah ini berkah buatku atau malah musibah. Apakah hidupku datar dan tidak spesifik? Entahlah... Aku hanya khawatir jika sikap ini membuatku jadi tidak peduli sekitarku. Tapi aku bersyukur, karena sikap itu membuatku bisa lebih menikmati hidup. Tidak ngoyo dan tidak berlebihan. Dan ketidakspesifikan itu memudahkanku saat menjalani hari-hariku, karena aku bisa menganggap bahwa semuanya sama saja.
Jakarta, 1 Maret 2014
Berbicara tentang kopi, kudengar dari temanku bahwa salah seorang teman kuliah yang merupakan teman ngopi-ku (karena di dalam geng hanya kami berdua yg paling suka minum kopi. dan selera kami sama), katanya dia sudah mulai berhenti minum kopi dalam beberapa bulan ini. Dalam obrolanku dengan teman-temanku tadi muncul pertanyaan "emang dia udah ketagihan kopi, sampai berusaha berhenti gitu?" Aku tertarik dengan kata "ketagihan". Kata itu membuatku berfikir, apa aku pernah ketagihan? Sulit buatku untuk menemukan jawaban itu. Satu per satu makanan, benda-benda dan idola-idolaku bermunculan dikepalau. Seperti sedang diabsen, mereka muncul dan seolah olah bertanya padaku "apa kamu ketagihan padaku?"
Cappuccino. Aku suka sekali dengan jenis kopi ini. Tapi aku tidak selalu setiap saat ingin minum minuman ini. Bahkan aku juga tidak mempunyai standard khusus, cappuccino mana yang paling pas di lidahku. Bahkan ada kalanya aku merasa bahwa cappuccino itu biasa aja. Dan kalau disuruh menjelaskan tentang komposisi cappuccino, aku masih meraba-raba dan tidak yakin pasti. Jelas, aku tidak ketagihan padanya.
Handphone. Benda ini adalah benda yang paling lama kedua yang melekat pada tubuhku setelah pakaian. Aku sangat membutuhkannya setiap hari. Tapi, ada kalanya juga aku tidak peduli dengan gadget satu ini. Aku bisa seharian tidak peduli padanya, meskipun aku lagi bengong-bengong ga ada kerjaan. Itu artinya jelas bahwa aku tidak ketagihan pada handphone.
Iker Casillas. Kiper asal Spanyol ini sudah kunobatkan sebagai pria paling ganteng sejagad raya ini. Kalo melihat fotonya aku bisa heboh sendiri. Tapi kegantengannya itu tak membuatku jadi benar-benar tergila-gila padanya. Tak membuatku rajin mantengin berita tentangnya, atau rajin nonton pertandingannya. Kalo ditanya biografinyapun belum tentu aku bisa jawab. Dan kadang kalo liat fotonya pas jadi model iklan aku bisa komen jelek, ato sekedar "ihh, ga maskulin!". Aku tidak ketagihan padanya juga.
Berbagai hal yang muncul dan bertanya "apakah kamu ketagihan padaku?" itu tak ada satupun yang membuatku menjawab "ya". Kalau ada orang yang suka atau punya hobi khusus, kebanyakan mereka akan sangat mendalaminya. Tapi tidak demikian denganku. Semua hal bagiku sama saja. Meskipun ada beberapa hal yang luar biasa, tapi selalu ada sisi "biasa saja"-nya bagiku. Tidak ada hal yang kupandang perfect, dan aku tidak pernah mengejar untuk membuatnya perfect. Aku lebih suka menikmati apa yang ada apa adanya. Aku menikmati semuanya yang berjalan dengan natural.
Aku tidak tahu, sebenarnya sikapku ini adalah hal yang baik atau buruk. Aku tidak tahu apakah ini berkah buatku atau malah musibah. Apakah hidupku datar dan tidak spesifik? Entahlah... Aku hanya khawatir jika sikap ini membuatku jadi tidak peduli sekitarku. Tapi aku bersyukur, karena sikap itu membuatku bisa lebih menikmati hidup. Tidak ngoyo dan tidak berlebihan. Dan ketidakspesifikan itu memudahkanku saat menjalani hari-hariku, karena aku bisa menganggap bahwa semuanya sama saja.
Jakarta, 1 Maret 2014
Senin, 17 Februari 2014
Ga Enak Makan itu Ga Enak
Beberapa hari belakangan banyak yang berkomentar tentang badanku. Banyak sekali yg bilang kalo aku makin kurus. Menurut angka timbangan, berat badanku memang turun sekitar 3kg setelah sakit beberapa minggu yang lalu. Aku ga merasakan banyak perubahan, meskipun sudah banyak orang yang mengatakan demikian.
Disaat seperti ini aku mengalami dilema. Aku senang, karena banyak yang bilang aku kurus (walopun sebenernya aku ga merasa, secara ga ada satupun baju yg jd longgar :D). Tapi aku sedih karena kehilangan nafsu makan. Meskipun (sepertinya) sudah sembuh dari sakit, aku masih belum bisa banyak makan. Bukan karena nggak bisa, tapi karena ga selera.
Aku yang pada dasarnya doyan makan, tiba-tiba jadi tidak mudah tergoda dengan makanan enak sekalipun. Sampai-sampai mendengar kata 'leko' pun aku tetap ga selera makan, padahal itu adalah kata keramat yang selalu bisa membuatku menelan ludah saat membayangkan iga penyetnya. Parahnya, belakangan aku merasa makan hanyalah formalitas. Kalo ga makan, maag bakal kambuh, plus diomeli teman2. Kalo pagi ga pernah sarapan. Makan siang hanya formalitas. Kalo malam, aku memang merasa lapar, tapi sedikitpun ga ada nafsu makan. Menyedihkan ya...
Dalam keadaan seperti ini aku masih bisa bersyukur, karena kadang-kadang aku suka tiba-tiba kepengen makan makanan tertentu. Biasanya kepengen yang aneh-aneh dan tidak mudah dijangkau sih. Tapi ini adalah celah buatku agar mau makan. Saat pengen makan sesuatu, aku akan berusaha mendapatkan makanan itu, dengan harapan aku bisa makan banyak dan bisa mengembalikan selera makanku. Meskipun seringnya hasilnya nihil. Makan dikit langsung kenyang.
Kalau boleh milih, aku pengen bisa kembali kayak dulu, bisa ngrasaain enaknya makanan, dan bisa makan dengan enak.
Kalo boleh serakah, aku juga pengen ga tambah gemuk lagi, tapi nafsu makanku juga kembali seperti semula :D
Apa yang sedang kualami, sangatlah tidak nyaman, kawan... Maka bersyukurlah bagi yang diberkahi dengan kesehatan, dan bisa merasakan enaknya makan..
Disaat seperti ini aku mengalami dilema. Aku senang, karena banyak yang bilang aku kurus (walopun sebenernya aku ga merasa, secara ga ada satupun baju yg jd longgar :D). Tapi aku sedih karena kehilangan nafsu makan. Meskipun (sepertinya) sudah sembuh dari sakit, aku masih belum bisa banyak makan. Bukan karena nggak bisa, tapi karena ga selera.
Aku yang pada dasarnya doyan makan, tiba-tiba jadi tidak mudah tergoda dengan makanan enak sekalipun. Sampai-sampai mendengar kata 'leko' pun aku tetap ga selera makan, padahal itu adalah kata keramat yang selalu bisa membuatku menelan ludah saat membayangkan iga penyetnya. Parahnya, belakangan aku merasa makan hanyalah formalitas. Kalo ga makan, maag bakal kambuh, plus diomeli teman2. Kalo pagi ga pernah sarapan. Makan siang hanya formalitas. Kalo malam, aku memang merasa lapar, tapi sedikitpun ga ada nafsu makan. Menyedihkan ya...
Dalam keadaan seperti ini aku masih bisa bersyukur, karena kadang-kadang aku suka tiba-tiba kepengen makan makanan tertentu. Biasanya kepengen yang aneh-aneh dan tidak mudah dijangkau sih. Tapi ini adalah celah buatku agar mau makan. Saat pengen makan sesuatu, aku akan berusaha mendapatkan makanan itu, dengan harapan aku bisa makan banyak dan bisa mengembalikan selera makanku. Meskipun seringnya hasilnya nihil. Makan dikit langsung kenyang.
Kalau boleh milih, aku pengen bisa kembali kayak dulu, bisa ngrasaain enaknya makanan, dan bisa makan dengan enak.
Kalo boleh serakah, aku juga pengen ga tambah gemuk lagi, tapi nafsu makanku juga kembali seperti semula :D
Apa yang sedang kualami, sangatlah tidak nyaman, kawan... Maka bersyukurlah bagi yang diberkahi dengan kesehatan, dan bisa merasakan enaknya makan..
Senin, 10 Februari 2014
Cerita Seru di Penghujung Tahun
Pertengahan Bulan Desember tahun lalu, Socialiezt '07 (SCZ) cabang Jakarta kedatangan tamu yaitu Hanip, salah satu anggota SCZ pusat (Jogja). Karena itu SCZ cabang Jakarta yg diwakili aku, Zukko dan Eca, menghabiskan akhir pekan bersama dengannya. Dari jumat sore kami berkumpul di kost Eca. Setelah makan malam di Lotte Shopping Avenue yang terletak di halaman belakang kost Eca, kami mengadakan rapat serius yang berlangsung sejak jam 10 malam hingga hari Sabtu dini hari. Rapat yang berlangsung cukup alot itu bertujuan untuk memutuskan kemanakah kami akan pergi pada hari Sabtu.
Tempat hiburan yang paling umum di Jakarta adalah mall. Beberapa mall sempat disebut sebagai salah satu alternatif tujuan. Tapi hanip request ingin melihat pepohonan. Jadi Mal dihapus dari daftar tujuan. Selain Mal, di Jakarta ada Kota Tua dan juga Monas. Hanip cukup tertarik untuk ke sana. Sayangnya Kota Tua sedang direnovasi. Lalu Monas? Ahhh, ngapain ke Monas?? Sempat ada celetukan untuk ke Bogor saja. Tapi kami ragu apakah waktunya cukup, mengingat Sabtu sorenya Hanip harus pulang ke Jogja. Lagipula, kemampuan kami untuk bangun pagi juga diragukan. Padahal kalau mau ke Bogor, setidaknya jam 7 pagi kami sudah harus berangkat. Pilihan yg lain adalah kebun Binatang Ragunan. Tapi, di Jogja kan ada kebun binatang juga..
Menjelang jam 12 malam, belum juga diputuskan kemana tujuan kami. Karena waktu sudah larut malam, rapat makin terasa alot, kami memutuskan untuk voting. Peserta voting adalah Zukko, Eca, dan Aku. Setelah hopeless dengan rapat yang tak kunjung selesai itu, voting pun dimulai. Dengan lesu aku menyeletuk Ragunan. Lalu tak lama Zukko mengatakan Ragunan. Dan Eca menyusul dengan menyebut Ragunan juga. Hanip dengan cerianya menyambut keputusan 'musyawarah untuk mufakat' itu. Bukan antusias dengan tujuan wisatanya, tapi senang karena akhirnya rapat selesai juga dan menghasilkan keputusan. Rapat yang dilalui dengan alot itupun akhirnya selesai dengan gampangnya.
Kami berencana untuk berangkat sepagi mungkin. Melihat kemampuan molor kami yang luar biasa, Hanip meramalkan bahwa kami baru akan berangkat jam 10. Tapi dengan yakin, yang lain berkata akan berangkat jam 8 pagi.
Pagi diawali dengan drama dorong-dorongan untuk mandi, dan saling mempersilahkan untuk mandi duluan. Sebenarnya itu hanya kamuflase untuk menutupi kemampuan tidur kami yang luar biasa itu. Dan bisa ditebak, sesuai ramalan Hanip, kami baru siap pergi jam 10 lewat. Tapi itu semua tidak mengurangi semangat kami. Dengan ceria, kami naik busway menuju Ragunan. Misi pribadiku, aku mau melihat pinguin! :D
Sesampainya di Ragunan, aku agak sedikit kecewa karena tidak ada pinguin. Tapi tak apalah.. Dari sekian banyak binatang yang ada di Ragunan, kami semua ingin melihat Macan dan hewan-hewan primata. Kalo ke kebun binatang, hewan primata hukumnya wajib untuk dikunjungi. Pertemuan pertama kami dengan hewan di Ragunan adalah dengan Gajah. Gajah itu meskipun hewan besar, bagiku mereka itu unyu sekaliiii... Apalagi bayi-bayi gajahnya, bikin gemessshh...
Karena kebun binatang cukup luas, kami memutuskan untuk menyewa sepeda untuk berkeliling. Sepeda biasa biaya sewanya Rp.10.000,- per jam. Sedangkan sepeda tandem Rp.15.000,- per jam. Kami menyewa 2 sepeda biasa dan 1 sepeda tandem. Setelah menyewa sepeda, acara jalan-jalan kami jadi lebih menyenangkan. Kami dapat bergerak dengan lebih cepat. Kami langsung menuju kandang harimau, hewan yang sangat ingin kami lihat. Setelah puas memandangi binatang buas yang terlihat manis itu, kami menuju kandang hewan primata. Setelah melihat monyet-monyet bergelantungan, kami lanjut ke kandang ular. Kami melihat ular sanca dan ular kobra.
Setelah selesai melihat ular, dan kami mulai merasa capek, kami memutuskan untuk mencari hewan terakhir yang menjadi misi kami, yaitu Macan Tutul. kami berkeliling mengikuti petunjuk arah kandang Macan tutul. Dalam pencarian panjang kami, kami terhenti di kandang Rakun. Astaga.... Rakun itu lucu sekaliiii.... Kami mampir di kandang hewan super unyu itu. Kami melihatnya berdiri dengan badan berbulu dan gendut itu... Lucu sekaliii....
Setelah puas melihat Rakun, kami melanjutkan misi kami mencari Macan Tutul. Dengan menempuh perjalanan panjang, juga menembus gerimis yang mulai membuat udara menjadi dingin, kami berputar-putar mencari kandang yang tak kunjung kami temukan itu. Ketika kami melihat sebuah kandang dengan tulisan Macan Tutul, kami semakin bersemangat mengayuh sepeda kami ke arah sana. Kami berhenti di tepi jalan yang berjarak sekitar 10 meter di depan kandang macan tutul. Sepeda kami tidak bisa kami bawa untuk mendekati kandang..
Dengan girangnya kami celingukan di depan kandang itu. Tapi tak ada satupun dari kami yang turun dari sepeda. Setelah beberapa menit menunggu munculnya si macan tutul, kami tak juga melihat wujud makhluk itu. Rupanya sang macan tutul sedang beristirahat di atas dahan pohon di dalam kandangnya. Kami tidak bisa melihatnya karena terhalang penutup kandang di bagian atas. Karena tak ada satupun yang turun dari sepeda, aku berkata sambil menunjuk gambar Macan Tutul di dekat kami, "Macan tutul itu bentuknya kayak gitu kan? Udah lah ya, kita lanjut jalan aja.." Dengan datarnya teman-temanku mengiyakan dan kami berlalu..
Sesampainya di kost Eca, kami baru tersadar, ngapain kami jauh-jauh ke Ragunan kalo cuma mau liat GAMBAR Macan Tutul??? Dan kami pun tertawa ngakak atas apa yang telah terjadi.
Photo by: Eca
Tempat hiburan yang paling umum di Jakarta adalah mall. Beberapa mall sempat disebut sebagai salah satu alternatif tujuan. Tapi hanip request ingin melihat pepohonan. Jadi Mal dihapus dari daftar tujuan. Selain Mal, di Jakarta ada Kota Tua dan juga Monas. Hanip cukup tertarik untuk ke sana. Sayangnya Kota Tua sedang direnovasi. Lalu Monas? Ahhh, ngapain ke Monas?? Sempat ada celetukan untuk ke Bogor saja. Tapi kami ragu apakah waktunya cukup, mengingat Sabtu sorenya Hanip harus pulang ke Jogja. Lagipula, kemampuan kami untuk bangun pagi juga diragukan. Padahal kalau mau ke Bogor, setidaknya jam 7 pagi kami sudah harus berangkat. Pilihan yg lain adalah kebun Binatang Ragunan. Tapi, di Jogja kan ada kebun binatang juga..
Menjelang jam 12 malam, belum juga diputuskan kemana tujuan kami. Karena waktu sudah larut malam, rapat makin terasa alot, kami memutuskan untuk voting. Peserta voting adalah Zukko, Eca, dan Aku. Setelah hopeless dengan rapat yang tak kunjung selesai itu, voting pun dimulai. Dengan lesu aku menyeletuk Ragunan. Lalu tak lama Zukko mengatakan Ragunan. Dan Eca menyusul dengan menyebut Ragunan juga. Hanip dengan cerianya menyambut keputusan 'musyawarah untuk mufakat' itu. Bukan antusias dengan tujuan wisatanya, tapi senang karena akhirnya rapat selesai juga dan menghasilkan keputusan. Rapat yang dilalui dengan alot itupun akhirnya selesai dengan gampangnya.
Kami berencana untuk berangkat sepagi mungkin. Melihat kemampuan molor kami yang luar biasa, Hanip meramalkan bahwa kami baru akan berangkat jam 10. Tapi dengan yakin, yang lain berkata akan berangkat jam 8 pagi.
Pagi diawali dengan drama dorong-dorongan untuk mandi, dan saling mempersilahkan untuk mandi duluan. Sebenarnya itu hanya kamuflase untuk menutupi kemampuan tidur kami yang luar biasa itu. Dan bisa ditebak, sesuai ramalan Hanip, kami baru siap pergi jam 10 lewat. Tapi itu semua tidak mengurangi semangat kami. Dengan ceria, kami naik busway menuju Ragunan. Misi pribadiku, aku mau melihat pinguin! :D
Sesampainya di Ragunan, aku agak sedikit kecewa karena tidak ada pinguin. Tapi tak apalah.. Dari sekian banyak binatang yang ada di Ragunan, kami semua ingin melihat Macan dan hewan-hewan primata. Kalo ke kebun binatang, hewan primata hukumnya wajib untuk dikunjungi. Pertemuan pertama kami dengan hewan di Ragunan adalah dengan Gajah. Gajah itu meskipun hewan besar, bagiku mereka itu unyu sekaliiii... Apalagi bayi-bayi gajahnya, bikin gemessshh...
Karena kebun binatang cukup luas, kami memutuskan untuk menyewa sepeda untuk berkeliling. Sepeda biasa biaya sewanya Rp.10.000,- per jam. Sedangkan sepeda tandem Rp.15.000,- per jam. Kami menyewa 2 sepeda biasa dan 1 sepeda tandem. Setelah menyewa sepeda, acara jalan-jalan kami jadi lebih menyenangkan. Kami dapat bergerak dengan lebih cepat. Kami langsung menuju kandang harimau, hewan yang sangat ingin kami lihat. Setelah puas memandangi binatang buas yang terlihat manis itu, kami menuju kandang hewan primata. Setelah melihat monyet-monyet bergelantungan, kami lanjut ke kandang ular. Kami melihat ular sanca dan ular kobra.
Setelah selesai melihat ular, dan kami mulai merasa capek, kami memutuskan untuk mencari hewan terakhir yang menjadi misi kami, yaitu Macan Tutul. kami berkeliling mengikuti petunjuk arah kandang Macan tutul. Dalam pencarian panjang kami, kami terhenti di kandang Rakun. Astaga.... Rakun itu lucu sekaliiii.... Kami mampir di kandang hewan super unyu itu. Kami melihatnya berdiri dengan badan berbulu dan gendut itu... Lucu sekaliii....
Setelah puas melihat Rakun, kami melanjutkan misi kami mencari Macan Tutul. Dengan menempuh perjalanan panjang, juga menembus gerimis yang mulai membuat udara menjadi dingin, kami berputar-putar mencari kandang yang tak kunjung kami temukan itu. Ketika kami melihat sebuah kandang dengan tulisan Macan Tutul, kami semakin bersemangat mengayuh sepeda kami ke arah sana. Kami berhenti di tepi jalan yang berjarak sekitar 10 meter di depan kandang macan tutul. Sepeda kami tidak bisa kami bawa untuk mendekati kandang..
Dengan girangnya kami celingukan di depan kandang itu. Tapi tak ada satupun dari kami yang turun dari sepeda. Setelah beberapa menit menunggu munculnya si macan tutul, kami tak juga melihat wujud makhluk itu. Rupanya sang macan tutul sedang beristirahat di atas dahan pohon di dalam kandangnya. Kami tidak bisa melihatnya karena terhalang penutup kandang di bagian atas. Karena tak ada satupun yang turun dari sepeda, aku berkata sambil menunjuk gambar Macan Tutul di dekat kami, "Macan tutul itu bentuknya kayak gitu kan? Udah lah ya, kita lanjut jalan aja.." Dengan datarnya teman-temanku mengiyakan dan kami berlalu..
Sesampainya di kost Eca, kami baru tersadar, ngapain kami jauh-jauh ke Ragunan kalo cuma mau liat GAMBAR Macan Tutul??? Dan kami pun tertawa ngakak atas apa yang telah terjadi.
Photo by: Eca
Minggu, 09 Februari 2014
Me and Foods
Aku adalah penyuka makanan alias pemakan segala. Aku bisa makan segala jenis makanan. Kali ini aku ingin bercerita tentang makanan. Fakta-fakta unik mengenai reaksiku terhadap makanan.
Makanan adalah hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa makanan, kita akan sulit bertahan hidup. Jika berbicara tentang makanan, maka akan ada kaitannya dengan selera. Selera makan tiap orang pasti berbeda. Ada orang yang bersifat 'picky eaters', yaitu orang yang suka memilih-milih makanan, atau orang yang ga mau makan kalo ga makan makanan kesukaannya. Padahal, pada dasarnya semua makanan punya manfaat besar bagi manusia (manusia sehat yang tidak mengidap alergi makanan). Aku bersyukur aku tidak alergi terhadap semua jenis makanan. Aku bebas memakan apapun. Karena itu, aku berusaha untuk memakan semua jenis makanan tanpa pilih-pilih atau anti memakan makanan tertentu.
Memang, aku tidak suka dengan beberapa jenis makanan. Tapi aku berusaha untuk tidak membenci satu-pun jenis makanan. Makanan adalah salah satu jenis hal yang kaya manfaat. Dengan anugerah kesehatan yang kudapat, tidak sepantasnya aku membenci benda-benda tak berdosa itu. Bayangkan saja, kalau ada orang yang alergi kacang. Makan makanan yang diolah dengan alat yang sama dengan alat yang digunakan untuk mengolah kacang, meskipun tidak mengandung kacang, bisa saja tersiksa dengan sakit alergi kacang itu. Betapa repotnya untuk makan, karena harus benar-benar selektif memilih makanan dengan alasan kesehatan. Maka dari itu, aku yang Puji Tuhan tidak alergi makanan, berusaha untuk tak membenci satu jenis makanan pun. Meskipun belum bisa sepenuhnya berhasil...
Ngomongin soal kacang, kacang tanah, adalah makanan yang penuh misteri buatku... Kadang aku sangat tergoda dengan makanan ini.. Tapi tidak jarang aku eneg degan makanan ini, meskipun hanya melihatnya... Entah kacang yang sudah diolah, ataupun kacang untuk camilan, tidak ada satupun yang membuatku benar-benar ketagihan, ataupun benar-benar anti padanya. Makanan berbumbu kacang seperti pecel, gado-gado, lotek, ketoprak, dan kawan2nya, termasuk dalam jenis makanan yang aku suka. Kalo lagi pengen, bisa kayak orang ngidam, yang harus segera mendapatkannya.. Tapi ada kalanya aku sangat eneg dengan bumbu itu, meskipun hanya membayangkannya. Begitu juga dengan snack kacang. Saat lagi suka makan kacang, aku bisa ngemil kacang berbungkus-bungkus. Tapi kalo lagi ga suka, iddiih, makan satu butir pun aku tak mau... Begitulah kacang tanah buatku, penuh misteri...
Lain kacang lain cerita. Kedelai adalah jenis kacang-kacangan juga.. Tapi aku suka sekali dengan kacang kedelai yg sudah diolah menjadi tempe. Lain pengolahan lain pula kegemaraan. Meskipun sama-sama dibuat dari kedelai, aku kurang suka dengan tahu. Tapi karena sifat dasarku yg adalah 'pemakan segala' jenis makanan, dan aku punya impian untuk tak membenci satupun jenis makanan, pelan-pelan aku mulai berteman dengan tahu. Dari yang dulu sangat anti dengan tahu, sekarang sudah mulai mau makan tahu..
Selain tahu, aku juga mulai berteman dengan daun bawang. Aku dulu sangat-sangat benci kalo ada makanan yang dicampuri daun bawang. Berhubung mas pacar suka daun bawang, dan aku berharap tidak membenci makanan, aku pelan-pelan mulai berteman dengan daun bawang. Aku mulai tidak ngomel ketika ibu mencampurkan daun bawang dalam sop atau telur dadar. Aku juga mulai senang makan martabak telor. Aku tidak memilih2 dan membuang daun bawang ketika makan mi ayam yang ada daun bawangnya. Walaupun masih agak picky, kalo ada yang memotong daun bawang mentah yang terlalu besar.
Impianku untuk tidak membenci satupun jenis makanan agaknya belum bisa sepenuhnya terwujud. Aku masih benci dengan benda kecil berekor, yang sekilas seperti kecebong berwarna putih. Yakk, tauge. Aku masih belum bisa dengan ikhlas hati menyukainya. Hanya satu kondisi, dimana aku dengan ikhlas hati mau makan tauge, yaitu ketika tauge sudah dimasak dengan sangat empuknya. Kalau bisa nyaris hancur. Karena hanya dengan cara itu, baunya yang aneh itu jadi tidak terasa. Kalo ada tauge mentah atau setengah mateng tercium dihidungku, bisa-bisa selera makanku langsung lenyap. Ya, aku masih berusaha untuk tidak membenci tauge.
Lalu bagaimana dengan makanan yang nyaris dibenci oleh banyak orang, pete dan jengkol? Aku tidak membencinya. Aku cuma benci kalo ada orang makan makanan itu, lalu membuat toilet bau. Just it. Aku memang menghindari makan pete dan jengkol. Tapi bukan berarti aku membenci makanan tak berdosa itu.. Kalo disuruh(dipaksa) makan ya hajar saja. Asalkan orang yang memakai toilet yg sama denganku tidak ikut memakannya. hahaha...
tambahan:
Kalo ibu masak makanan yang ada pete-nya, aku selalu diam2 mengambil pete itu dan membuangnya. Kalo ketahuan ibu, aku pasti aku diomelin... :D
Makanan adalah hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa makanan, kita akan sulit bertahan hidup. Jika berbicara tentang makanan, maka akan ada kaitannya dengan selera. Selera makan tiap orang pasti berbeda. Ada orang yang bersifat 'picky eaters', yaitu orang yang suka memilih-milih makanan, atau orang yang ga mau makan kalo ga makan makanan kesukaannya. Padahal, pada dasarnya semua makanan punya manfaat besar bagi manusia (manusia sehat yang tidak mengidap alergi makanan). Aku bersyukur aku tidak alergi terhadap semua jenis makanan. Aku bebas memakan apapun. Karena itu, aku berusaha untuk memakan semua jenis makanan tanpa pilih-pilih atau anti memakan makanan tertentu.
Memang, aku tidak suka dengan beberapa jenis makanan. Tapi aku berusaha untuk tidak membenci satu-pun jenis makanan. Makanan adalah salah satu jenis hal yang kaya manfaat. Dengan anugerah kesehatan yang kudapat, tidak sepantasnya aku membenci benda-benda tak berdosa itu. Bayangkan saja, kalau ada orang yang alergi kacang. Makan makanan yang diolah dengan alat yang sama dengan alat yang digunakan untuk mengolah kacang, meskipun tidak mengandung kacang, bisa saja tersiksa dengan sakit alergi kacang itu. Betapa repotnya untuk makan, karena harus benar-benar selektif memilih makanan dengan alasan kesehatan. Maka dari itu, aku yang Puji Tuhan tidak alergi makanan, berusaha untuk tak membenci satu jenis makanan pun. Meskipun belum bisa sepenuhnya berhasil...
Ngomongin soal kacang, kacang tanah, adalah makanan yang penuh misteri buatku... Kadang aku sangat tergoda dengan makanan ini.. Tapi tidak jarang aku eneg degan makanan ini, meskipun hanya melihatnya... Entah kacang yang sudah diolah, ataupun kacang untuk camilan, tidak ada satupun yang membuatku benar-benar ketagihan, ataupun benar-benar anti padanya. Makanan berbumbu kacang seperti pecel, gado-gado, lotek, ketoprak, dan kawan2nya, termasuk dalam jenis makanan yang aku suka. Kalo lagi pengen, bisa kayak orang ngidam, yang harus segera mendapatkannya.. Tapi ada kalanya aku sangat eneg dengan bumbu itu, meskipun hanya membayangkannya. Begitu juga dengan snack kacang. Saat lagi suka makan kacang, aku bisa ngemil kacang berbungkus-bungkus. Tapi kalo lagi ga suka, iddiih, makan satu butir pun aku tak mau... Begitulah kacang tanah buatku, penuh misteri...
Lain kacang lain cerita. Kedelai adalah jenis kacang-kacangan juga.. Tapi aku suka sekali dengan kacang kedelai yg sudah diolah menjadi tempe. Lain pengolahan lain pula kegemaraan. Meskipun sama-sama dibuat dari kedelai, aku kurang suka dengan tahu. Tapi karena sifat dasarku yg adalah 'pemakan segala' jenis makanan, dan aku punya impian untuk tak membenci satupun jenis makanan, pelan-pelan aku mulai berteman dengan tahu. Dari yang dulu sangat anti dengan tahu, sekarang sudah mulai mau makan tahu..
Selain tahu, aku juga mulai berteman dengan daun bawang. Aku dulu sangat-sangat benci kalo ada makanan yang dicampuri daun bawang. Berhubung mas pacar suka daun bawang, dan aku berharap tidak membenci makanan, aku pelan-pelan mulai berteman dengan daun bawang. Aku mulai tidak ngomel ketika ibu mencampurkan daun bawang dalam sop atau telur dadar. Aku juga mulai senang makan martabak telor. Aku tidak memilih2 dan membuang daun bawang ketika makan mi ayam yang ada daun bawangnya. Walaupun masih agak picky, kalo ada yang memotong daun bawang mentah yang terlalu besar.
Impianku untuk tidak membenci satupun jenis makanan agaknya belum bisa sepenuhnya terwujud. Aku masih benci dengan benda kecil berekor, yang sekilas seperti kecebong berwarna putih. Yakk, tauge. Aku masih belum bisa dengan ikhlas hati menyukainya. Hanya satu kondisi, dimana aku dengan ikhlas hati mau makan tauge, yaitu ketika tauge sudah dimasak dengan sangat empuknya. Kalau bisa nyaris hancur. Karena hanya dengan cara itu, baunya yang aneh itu jadi tidak terasa. Kalo ada tauge mentah atau setengah mateng tercium dihidungku, bisa-bisa selera makanku langsung lenyap. Ya, aku masih berusaha untuk tidak membenci tauge.
Lalu bagaimana dengan makanan yang nyaris dibenci oleh banyak orang, pete dan jengkol? Aku tidak membencinya. Aku cuma benci kalo ada orang makan makanan itu, lalu membuat toilet bau. Just it. Aku memang menghindari makan pete dan jengkol. Tapi bukan berarti aku membenci makanan tak berdosa itu.. Kalo disuruh(dipaksa) makan ya hajar saja. Asalkan orang yang memakai toilet yg sama denganku tidak ikut memakannya. hahaha...
tambahan:
Kalo ibu masak makanan yang ada pete-nya, aku selalu diam2 mengambil pete itu dan membuangnya. Kalo ketahuan ibu, aku pasti aku diomelin... :D
Selasa, 04 Februari 2014
Sehat (saat sakit) itu Mahal
Setelah kehilangan suara dan terkapar di tempat tidur selama berhari-hari, akhirnya suara saya kembali pulih, dan badan saya menjadi lebih segar. Meskipun tenggorokan masih berasa geli-geli gatal, dan sesekali masih ingin batuk. Batuknya tp batuk maksa, untuk mengurangi rasa gatal di tenggorokan. Jadinya batukku seperti dibuat-buat. Tapi beneran, ini tenggorokan rasanya geli, yang ujung-ujungnya bikin gatel. yaah, setidaknya sekarang aku sudah bisa bersuara saat ngomong.
Disaat sakit seperti itu, aku merasa bahwa untuk menjadi sehat itu mahal. Selain mengorbankan uang jajan untuk dibagikan dengan dokter, aku juga harus mengorbankan waktuku untuk rajin minum obat. Minum obat adalah hal yang sangat kubenci. Aku harus menyingkirkan kebencianku agar bisa sehat. Aku harus dengan ikhlas dan senang hati rajin minum obat. Dan yang harus kubayar mahal adalah saat aku harus merasakan pahitnya mulut. entah itu pahit karena sakit, atau pahit karena obat. Aku sangat sangat tidak suka saat mulutku terasa pahit. Selain itu, aku juga harus menggunakan waktuku untuk banyak beristirahat. Aku tidak bisa pergi-pergi untuk bermain. Aku juga tidak bisa merasa makan enak. Boro-boro makan enak. Untuk makan saja aku harus menahan sakit. Tapi aku harus melalui itu semua agar aku bisa sehat kembali.
Itulah harga mahal yang harus dibayarkan untuk kembali sehat saat sakit. Padahal kalau kita bisa menjaga kesehatan, sehat itu tidak mahal. Karena kalau sehat, kita tidak perlu biaya ekstra untuk obat, tidak perlu meluangkan waktu untuk minum obat sesuai jadwal, dan tidak perlu menyediakan waktu ekstra untuk tidur. Jadi alangkah baiknya kalau kita selalu berlaku hidup sehat, agar bisa lebih hemat dan tetap sehat. Agar sehat menjadi tidak mahal. :)
Sakit yang menyerang di tubuhku berawal sejak tanggal 24 Januari lalu. Hari itu aku dijadwalkan untuk pulang ke Jogja dengan naik kereta pada jam 9 malam. Sepulang kerja, aku sempat mandi dulu, lalu mampir cari makan untuk makan malam sebelum berangkat ke stasiun. Biar praktis, aku beli Oriental Bento dan french fries di KFC. Niatnya sih biar bisa sambil dimakan di bus saat mau ke stasiun Pasar Senen. Malam itu aku kurang beruntung, karena setelah sekian lama menunggu, bus yang harusnya kutumpangi tidak lewat juga. Akhirnya aku naik ojek biar nggak becek, ehh, biar nggak telat sampai stasiun. Artinya, aku nggak bisa makan makananku di perjalanan ke stasiun.
Sesaat menjelang sampai stasiun, aku sempat kehujanan. Cuma gerimis sih, tapi cukup membuat bajuku jadi agak basah. Sesampainya di stasiun, aku buru-buru menyantap makan malamku yang sudah sangat terlambat. Yaa, aku telat makan malam itu. Dan sekalinya makan, makananku banyak mengandung minyak.
Di perjalananku menuju Jogja dengan kereta Senja Utama Solo itu, aku mulai merasa badanku tidak nyaman. Aku sulit tidur, meskipun mataku terasa sangat berat. Malam itu aku tidur tidak lebih dari 4jam, dan itupun sudah dihitung akumulasi. Setiap kereta berhenti, aku pasti terbangun, dan lalu sulit tidur lagi. Singkat cerita, aku kurang istirahat. Lalu menjelang sampai Jogja, aku merasa ada sesuatu mengganjal di tenggorokanku, rasanya seperti saat setelah tersedak. Rasanya pengen batuk, tapi ga bisa.
Sesampainya di Jogja, sesuai dengan misi utamaku, aku pergi ke Seminari Tinggi Kenthungan, untuk menghadiri pentahbisan seorang frater yang sudah menjadi sahabat kami di OMK. Hari itu, Sabtu 25 Januari 2014, akan ada misa Tahbisan Diakon salah satu teman kami, Fr.A.Sulardi. Setelah selesai acara itu dan keluar dari Seminari, dalam perjalanan pulang aku merasa badanku mulai "nggregesi". Rasa tak nyaman di tenggorokanku juga makin parah. Kata temanku di OMK, "cen neng ndi2 sing jenengane setan njur mriang nek bar ketemu wong suci. opo meneh bar mlebu markas'e wong suci". Hahahahasyeeem tenan kata-katanya.. (Tapi ada benernya juga sih. Belakangan aku memang seperti 'setan', karena sudah berminggu-minggu ga ke gereja. Ampuuun Tuhan.... *pengakuan*)
Sesampainya di rumah, segala cara kulakukan untuk menyembuhkan badanku. Mulai dari minum obat flu, hingga pijat refleksi yang membuatku berteriak-teriak kesakitan malam itu. Setelah melalui malam minggu yang menyakitkan, aku bangun tidur dengan keadaan demam. Aku tidak bisa beranjak dari tempat tidur. Dan aku mulai terbatuk-batuk tiap saat. Ditambah lagi, muncul sariawan di lidahku, yang makin membuatku tak nyaman saat makan. Setelah aku minum OBH Combi, badanku jadi lebih membaik. Dan setelah istirahat seharian, di Minggu malam aku siap untuk kembali ke Jakarta, meskipun sempat dilarang oleh ibu.
Perjalanan ke Jakarta dengan naik kereta Jogja-Jakarta yang paling nyaman, tak lantas membuatku bisa tidur malam itu. Lagi-lagi aku merasa badan tidak nyaman, dan sulit tidur. Singkat cerita sampai Jakarta, aku kembali merasakan tenggorokanku tidak nyaman. Kali ini tenggorokanku terasa panas, dan batuk makin menjadi-jadi. OBH COmbi kali ini tidak banyak menolong. Akhirnya hari itu pun aku tidak masuk kantor karena merasa badanku tidak kuat.
Siangnya, aku menguatkan diri untuk ke RS Siloam dekat kostQ. Karena aku dicurigai kena radang, aku langsung ke dokter THT. Dengan sedikit mengeluh karena biaya periksa di RS (eks) International itu cukup mahal, aku masuk ke ruang periksa dokter THT. Yang mengejutkanku, sang dokter sama sekali tidak mengatakan kalau aku radang. Dia bilang tenggorokanku sedang sensitif. Aku pun diberi 2 jenis obat yang keduanya hanya diminum 1x sehari. Yang bikin rada kesel adalah saat mengetahui ongkos dokternya lebih mahal drpd biaya obatnya.hadeehhh...
Setelah minum obat,siang itu aku tertidur. Saat bangun, aku mendapati badanku yang kembali demam, dan suaraku menghilang. Aku makin panik kala itu. Aku sempat minta tolong temanku untuk dibelikan parasetamol, untuk jaga-jaga kalau nanti malam panasku makin parah. Malam harinya aku minum obat lagi, dengan harapan aku bisa cepat sembuh. Tapi keesokan harinya, keadaanku justru makin parah. Kepalaku pusing, seperti dunia ini muter-muter. Batuk makin parah, suara makin hilang, dan sariawanku makin melebar. Untuk ngomong, aku perlu berjuang keras menahan sakit. Karena keadaanku yang makin parah, aku diantarkan oleh teman kantorku untuk ke Rumah Sakit lagi. Kali ini aku ke dokter umum.
Aku bertemu dengan dr.Andrian. Dokter yang ramah dan baik hati itu mengatakan bahwa aku terkena radang. Dia membuatkan resep obat yang banyak sekali buatku. Untungnya obat-obat itu diracik, sehingga aku tidak perlu meminum berbutir-butir obat setiap harinya. Selain itu aku juga diberi parasetamol dan antibiotik. Kali ini setelah periksa aku merasa lebih optimis akan segera sembuh. Biaya yang kukeluarkan tidak jauh beda dari kemarinnya. Selisih sedikit, tapi tidak lebih mahal dari biaya periksa ke dokter spesialis. Kali ini mahalnya di obatnya. Gapapalah, yang penting semoga cepet sembuh.
Benar saja, sore harinya setelah minum obat, badanku jadi merasa lebih enak. Meskipun suara hilang, tapi kepala dan badanku menjadi lebih enteng. Besok paginya, aku pun sudah kuat untuk kembali berangkat ke kantor dengan suaraku yang seperti habis nge-rock semalam suntuk :D
Disaat sakit seperti itu, aku merasa bahwa untuk menjadi sehat itu mahal. Selain mengorbankan uang jajan untuk dibagikan dengan dokter, aku juga harus mengorbankan waktuku untuk rajin minum obat. Minum obat adalah hal yang sangat kubenci. Aku harus menyingkirkan kebencianku agar bisa sehat. Aku harus dengan ikhlas dan senang hati rajin minum obat. Dan yang harus kubayar mahal adalah saat aku harus merasakan pahitnya mulut. entah itu pahit karena sakit, atau pahit karena obat. Aku sangat sangat tidak suka saat mulutku terasa pahit. Selain itu, aku juga harus menggunakan waktuku untuk banyak beristirahat. Aku tidak bisa pergi-pergi untuk bermain. Aku juga tidak bisa merasa makan enak. Boro-boro makan enak. Untuk makan saja aku harus menahan sakit. Tapi aku harus melalui itu semua agar aku bisa sehat kembali.
Itulah harga mahal yang harus dibayarkan untuk kembali sehat saat sakit. Padahal kalau kita bisa menjaga kesehatan, sehat itu tidak mahal. Karena kalau sehat, kita tidak perlu biaya ekstra untuk obat, tidak perlu meluangkan waktu untuk minum obat sesuai jadwal, dan tidak perlu menyediakan waktu ekstra untuk tidur. Jadi alangkah baiknya kalau kita selalu berlaku hidup sehat, agar bisa lebih hemat dan tetap sehat. Agar sehat menjadi tidak mahal. :)
Rabu, 22 Januari 2014
Happy New Life
Hai haiiii... Happy New Year Everyone!!
*baru keluar dari gua*
Uups... Tahun baruannya udah kelewat... Tapi gapapalah ya, semangat baru di tahun yg baru ini harusnya masih berasa sampai sekarang.. :)
Gimana-gimana, udah terbiasa nulis tahun 2014 belum? Ato masih saja kebawa masa lalu, tiap nulis tanggal masih aja nulis tahun 2013? :D
Tiap pergantian tahun, banyak orang selalu disibukkan dengan merefleksikan apa yang udah dilakuan sepanjang tahun, dan menyiapkan resolusi untuk tahun mendatang. Tapi tidak dengan aku.
Tahun baruku tidak dimulai sejak 1 Januari 2014. Aku mendapatkan hal yang lebih dari tahun baru, yaitu hidup baru. Aku mengalami perubahan yang (sampai saat ini dan semoga selamanya) terasa luar biasa.
Aku memperoleh apa yang selama ini aku harapkan. AKu masih memiliki apa yang yang selalu kumiliki. Dan bonusnya, semua yang kumiliki itu kini berubah menjadi hal yang kuat dan hangat. Tempaan yang sepanjang tahun kudapat, membuat segalanya menjadi makin berharga. Singkat kata, kini aku merasakan kehidupan baru yang selama ini aku harapkan. Dan semuanya kini berjalan ringan, dan mengalir apa adanya.
Tentang resolusi,
Karena aku bukanlah seorang perencana yang baik, aku kurang baik juga dalam menentukan resolusi. Aku juga sedang enggan dipusingkan dengan target. Aku hanya berharap untuk kedepannya, aku dapat menjalani hidupku dengan mengalir seperti air.
Oya, aku juga berharap aku bisa belajar untuk 'forget', tidak hanya sekedar 'forgive'. Memaafkan adalah hal yang sangat mulia. Tapi, maaf tidak akan berarti banyak jika masih saja mengingat hal-hal buruk. Mengingat hal-hal buruk akan membuat jiwa kita tidak sehat. Dengan belajar melupakan, aku berharap hidupku akan jauh menjadi lebih baik. Sehat jiwa dan raga. Amin. :)
Have a great year, everyone! :)
*baru keluar dari gua*
Uups... Tahun baruannya udah kelewat... Tapi gapapalah ya, semangat baru di tahun yg baru ini harusnya masih berasa sampai sekarang.. :)
Gimana-gimana, udah terbiasa nulis tahun 2014 belum? Ato masih saja kebawa masa lalu, tiap nulis tanggal masih aja nulis tahun 2013? :D
Tiap pergantian tahun, banyak orang selalu disibukkan dengan merefleksikan apa yang udah dilakuan sepanjang tahun, dan menyiapkan resolusi untuk tahun mendatang. Tapi tidak dengan aku.
Tahun baruku tidak dimulai sejak 1 Januari 2014. Aku mendapatkan hal yang lebih dari tahun baru, yaitu hidup baru. Aku mengalami perubahan yang (sampai saat ini dan semoga selamanya) terasa luar biasa.
Aku memperoleh apa yang selama ini aku harapkan. AKu masih memiliki apa yang yang selalu kumiliki. Dan bonusnya, semua yang kumiliki itu kini berubah menjadi hal yang kuat dan hangat. Tempaan yang sepanjang tahun kudapat, membuat segalanya menjadi makin berharga. Singkat kata, kini aku merasakan kehidupan baru yang selama ini aku harapkan. Dan semuanya kini berjalan ringan, dan mengalir apa adanya.
Tentang resolusi,
Karena aku bukanlah seorang perencana yang baik, aku kurang baik juga dalam menentukan resolusi. Aku juga sedang enggan dipusingkan dengan target. Aku hanya berharap untuk kedepannya, aku dapat menjalani hidupku dengan mengalir seperti air.
Oya, aku juga berharap aku bisa belajar untuk 'forget', tidak hanya sekedar 'forgive'. Memaafkan adalah hal yang sangat mulia. Tapi, maaf tidak akan berarti banyak jika masih saja mengingat hal-hal buruk. Mengingat hal-hal buruk akan membuat jiwa kita tidak sehat. Dengan belajar melupakan, aku berharap hidupku akan jauh menjadi lebih baik. Sehat jiwa dan raga. Amin. :)
Have a great year, everyone! :)
Langganan:
Postingan (Atom)